Ahaaa, Ada Pelangi di Bulan Juli

Ada Pelangi di Bulan Juli

Ada Pelangi di Bulan Juli

Bila hujan bulan juni begitu istimewa bagi Sapardi Joko Damono, pelangi di bulan Juli hadir begitu mempesona bagi saya.

Pelangi itu hadir pada Jum’at sore suatu akhir Juli. Tepatnya pada tanggal 22 Juli 2016. Melengkung di atas hamparan kebun singkong. Di langit yang sebagian biru dan sebagian lainnya bermuram awan. Di atas lintasan dimana saya mulai berkeringat. Baca lebih lanjut

Mencari Gua Pertapan di Turunan Panggang Gunungkidul

Saya telah beberapa kali menyebut nama Gua Pertapan ketika saya menceritakan tentang betapa indahnya matahari terbit berbalut kabut di Watu Payung Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul. Bahkan saya sampai menamai “Punthuk Setumbu”nya Watu Payung sebagai Bukit Pertapan. Karena di punggung bukit ini konon terdapat sebuah gua yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai Gua Pertapan.

Bukit Pertapan  Turunan Watu Payung Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Bukit Pertapan Turunan Watu Payung Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Padahal, saat itu saya belum berhasil menemukan sendiri Gua Pertapan. Pencarian saya saat itu belum berhasil menemukan gua yang tak banyak dijamah orang. Jalan setapak di punggung bukit yang memang mempunyai banyak percabangan cukup menyesatkan saya ke belukar satu ke balik belukar yang lainnya.

Namun bukan saya namanya kalau tersesat sekali saja menjadi putus asa. Pencarian saya ulangi lagi pada Sabtu sore, 16 Juli 2016. Bukan 100% niat untuk ke Pertapan, melainkan alternatif ketika gerimis sore itu menggagalkan perjalanan saya ke Pantai Kayu Arum lagi.

Hawa adem yang sempoi menyambut begitu saya memarkir motor tidak jauh dari pohon sawo milik warga setempat. Seolah tak menghiraukan kesejukan yang mengajak berleha-leha itu saya langsung bergegas, berjalan cepat menyusuri setapak menuju ke balik bukit, ke Gua Pertapan. Seorang pecari rumput yang kebetulan saya temui saya sapa sekenanya saja. Baca lebih lanjut

Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor SAMSAT Gunungkidul

13730996_10209342855035688_4063768528437480310_oTahu masa berlaku STNK Sepeda Motor saya akan habis pada tanggal 24 Juli 2016 saya pun segera membayar pajak kendaraan sepeda motor saya hari ini juga. Kalau besok-besok saya khawatir malah lupa, telat pajak dan kena denda keterlambatan.

Sebelum memasuki kantor SAMSAT apa yang saya persiapkan adalah fotocopy BPKB, fotocopy KTP, STNK aseli beserta fotocopynya.

Memasuki ruang kantor pelayanan SAMSAT saya pun sejenak kaget. Ruang pelayanan SAMSAT kini telah didesain moderen. Loket kaca dengan lobang kecil seperti yang saya temui beberapa tahun lalu kini sudah dihilangkan. Yang ada adalah meja-meja pelayanan dengan petugas-petugas yang melaksanakan pekerjaan masing-masing.

Saya kemudian menuju meja antrian. Menyerahkan berkas yang telah saya siapkan dan duduk menunggu di kursi tunggu. Beberapa saat kemudian nama saya dipanggil dan diberikan nomer antrian.

Nomer antrian saya adalah A 280. Mengira masih banyak wajib pajak yang harus dilayani sampai giliran saya tiba, saya pun kembali menunggu di kursi kursi tunggu empuk berwarna hijau. Sampai memotret. Sambil memperhatikan saat ini nomer antrean berapa yang sedang dilayani.
Baca lebih lanjut

Bisakah Santun Berkendara di Jalan Raya?

13718766_10209319386048978_2964272318818173824_n

Topik yang dari tahun ke tahun selalu mewarnai cerita lebaran di desa kami adalah kisah heroik yang dibawa kawan-kawan, keluarga dan para handai taulan menembus kemacetan untuk menuntaskan perjalanan ritualnya, mudik ke kampung halaman tercinta.

Seperti kita ketahui bersama tahun mudik lebaran kali ini titik kemacetan parah baru dicatatkan di pintu tol keluar Brebes. Kemudian diparodikan dengan istilah macet Brexit (baca: Brebes Exit). Merupakan istilah yang tercipta karena numpang keren dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa yang kemudian populer dengan Brexit (British Exit).

Bagian kisah mudik lain yang diceritakan dengan heroik oleh salah seorang kawan lama saya adalah bagaimana di jalan menghadapi pengendara sepeda motor yang ugal-ugalan. Pemotor-pemotor yang asal menyalip, asal memotong jalan dan abai terhadap rambu-rambu lalu lintas. Sungguh perilaku di jalan yang tidak beradap.

Bagian ini membuat saya mengernyitkan dahi. Saya pun merespon cerita kawan saya ini dengan pertanyaan.

“Apakah ketika sampean dulu belum punya mobil, masih mudik berkendarakan sepeda motor bisa cukup santun di jalan, tidak ugal-ugalan seperti pemotor yang sampean temui itu?” Baca lebih lanjut

Pantai Kayu Arum: Menemukan Melankoli di Hamparan Pasir Putih

Hamparan Pasir Putih di Pantai Kayu Arum - Kanigoro Gunungkidul Yogyakarta

Hamparan Melankoli di Pantai Kayu Arum – Kanigoro Gunungkidul Yogyakarta

Hamparan pasir putih di pantai yang masih sepi, yang belum banyak terjamah oleh kegaduhan, yang masih tersembunyi dari ketamakan selalu menjadi daya yang akan menarik jiwa saya untuk kembali.

Pantai seperti ini masih ada. Secara tidak sengaja saya menemukan jiwa ini terdampar di pantai yang namanya baru saya ketahui. Pantai ini bernama Pantai Kayu Arum. Terletak di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunungkidul. Persisnya di sebelah barat Baron Techno Park. Bisa ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 20 menit melewati jalan setapak. Baca lebih lanjut

Memotret Sunrise Berbalut Kabut di Watu Payung – Gunungkidul

Memotret Sunrise berbalut kabut di Watu Payung - Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Memotret Sunrise berbalut kabut di Watu Payung – Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Mulanya saya mengira sunrise berbalut kabut di Watu Payung – Turunan Geoforest Gunungkidul hanya bagus dinikmati setelah bulan Mei. Setelah posisi matahari terbit mulai tergelincir sedikit ke utara.

Pengalaman beberapa kali gagal mengejar sunrise di Watu Payung ketika hujan masih turun lebat pada bulan Februari – Maret lalu yang membuat saya berpikir demikian. Saat itu pemandangan kabut tebal memang saya akui luar biasa. Kabut turun menembus rimbunnya hutan jati. Bahkan sampai bertekuk lutut ke tanah, kepada semua rerumputan yang menghuni pegunungan karst sisi utara kecamatan Panggang itu.

Masalahnya posisi matahari terbit terhalang oleh sebuah bukit (punthuk) di sebelah tenggara gardu pandang. Matahari baru nampak bila sudah naik setinggi dua atau tiga penggalah. Baca lebih lanjut

Mencicipi Kopi Gayo

Oleh Oleh Kopi Aceh Gayo

Oleh Oleh Kopi Aceh Gayo

Bila ada yang degdegan setelah minum beberapa cangkir kopi, saya belum minum kopi saja sudah degdegan. Baru mencium aroma kopi saja sudah membuat saya degdegan. Tentu bukan jenis kopi saset/kopi instan lho ya.

Apalagi kemarin petang. Ketika adik saya membuka kopi Gayo oleh-oleh dari temannya yang merantau ke Aceh. Semerbak aroma kopi itu membuat saya degdegan tak karuan. Mirip-mirip degdegan mau ketemu gebetan tapi mau nyapa duluan malu-malu. Ditawari dibikinin kopi sama adik, saya pun setengah hati. Pengen tapi takut maag kambuh. Ini derita mantan penyuka kopi tapi belakangan punya masalah lambung. Baca lebih lanjut

Kuliner Malam Paliyan: Bakmi Jawa Pak Kamto

Bakmi Jawa "Pak Kamto" Depan Pasar Trowono Paliyan Gunungkidul Yogyakarta

Bakmi Jawa “Pak Kamto” Depan Pasar Trowono Paliyan Gunungkidul Yogyakarta

Habis menikmati indahnya matahari tenggelam di Pantai Laut Bekah di Panggang – Gunungkidul, kami ingin menuntaskan perjalanan dengan menikmati kuliner malam di sekitar Pasar Trowono.

Meski di sepanjang jalan kami pulang ada banyak pilihan kuliner, namun apa yang langsung ke pikiran adalah Bakmi Jawa di sebelah barat Pasar Trowono. Saya mendadak ingat dengan nenek penjual bakmi yang pernah saya kunjungi beberapa tahun yang lalu.

Saya pun  langsung mengajak adik saya, Sumar dan Mas Teguh ke sana. Sayangnya sesampai di sana, rupanya penjual bakmi yang rasa dan porsinya tak terlupakan itu belum siap. Sudah nampak buka namun belum bisa melayani pembeli.

Daripada lama menunggu, tadi malam kami memilih untuk mencari kuliner yang lain. Sempat bingung antara sate dan tongseng dengan bakmi yang lain, akhirnya pilihannya jatuh ke Bakmi Jawa “Pak Kamto”. Baca lebih lanjut

Syawal Run, Kembali ke Jalan yang Benar

Syawal Run, I am back to the road

Syawal Run, I am back to the road

Kapan waktu terbaik untuk memulai lari lagi. Jawabannya adalah: sekarang. Sekarang itu kapan? Bagi saya, “sekarang” itu adalah kemarin pagi.

Saya sudah kembali ke jalan yang benar lagi sejak kemarin. Alhamdulillah. Pelukan kemalasan habis lebaran bisa saya singkirkan. Kabut pagi yang tebal bisa tertepiskan oleh niat baik.

Hari pertama kembali ke jalan tidak perlu jauh-jauh, hihi. Cukup lari sejauh 3 km saja dengan pace mudah. Toh tidak baik untuk memaksakan diri setelah hiatus sebulan penuh selama lebaran. Yang dipaksa kemauannya saja.

Bismillah, ini adalah bagian dari komitmen saya untuk belajar menjalani latihan dengan baik. Ujiannya tinggal beberapa bulan lagi. Ujiannya adalah Jakarta Marathon yang dijadwalkan pada hari Minggu, 23 Oktober 2016 ini.

Semangat.

Iedul Fitri 1437 H: Hari Penuh Silaturahmi

Iedul Fitri 1437H di Desa Grogol

Iedul Fitri 1437H di Desa Grogol

Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Ja alanallahu wa iyyakum minal aidzin wal faidzin. 

Semoga Allah menerima amalanku dan amalanmu. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang kembali dan beruntung.

Iedul Fitri 1437H : Berangkat shalat Ied ke lapangan

Iedul Fitri 1437H : Berangkat shalat Ied ke lapangan

Di desa dimana kami tinggal, Hari Raya Iedul Fitri 1437H jatuh pada awal bulan Juli, tepatnya 6 Juli 2016. Bulan yang seharusnya sudah kemarau, dingin sudah mulai jatuh sejak semalam, namun aroma basah sisa hujan bulan Juni masih terasa menusuk hidung.

Iedul Fitri yang jatuh pada musim kemarau  membuat shalat hari raya leluasa dilaksanakan di tanah lapang. Tidak di dalam Masjid Pemanahan sebagaimana bila Ied di desa kami jatuh di kala hujan. Tahun-tahun ini kami mensyukuri betul nikmatnya cahaya matahari yang menghangatkan punggung-punggung ketika kami mengikuti rangkaian shalat Ied. Baca lebih lanjut