Kejadian ini terjadi beberapa hari yang lalu. Pagi – pagi ketika saya sedang di dalam angkudes kobutri dikagetkan oleh suara gemertak benturan. Rupanya ada pengendara sepada motor yang terjatuh. Peristiwa ini terjadi di sebelah selatan Masjid Pemanahan, dekat Pasar Desa Grogol Kecamatan Paliyan. Beberapa saat kemudian saya dibuat lebih kaget oleh suara pisuhan dan umpatan yang diteriakan secara lantang.
Saya kaget bukan karena tidak pernah mendengar umpatan pisuhan dengan kalimat – kalimat sekotor itu sebelumnya. Melainkan kekagetan saya itu lebih karena pisuhan itu keluar dari mulut anak – anak seusia SMP atau SD. Saya kurang dapat membedakan karena pengumpat – umpat itu mengenakan seragam Pramuka. Pengumpat umpat itu adalah pengendara sepeda motor yang baru saja terjatuh. Saya katakan pengedara itu mereka karena satu sepeda motor digunakan untuk berboncengan bertiga. Rupanya mereka ini menyalahkan pengemudi kendaraan pick up yang sedang mengangkut sapi sebagai penyebab kecelakaan sepeda motor yang mereka alami.
Tidak mudah untuk mengatakan siapa benar siapa salah dalam peristiwa kecelakaan itu. Bagi saya yang paling menyebabkan rasa miris di jalanan adalah pengendara – pengendara sepeda motor berusia sangat belia yang jarang – jarang bisa mengindahkan etika berlalu lintas. Memang sih, secara mereka juga belum cukup umur untuk mengantongi SIM sebagai lisensi untuk bisa mengendarai kendaraan di jalan raya. Ditambah lagi kultur berlalu lintas di daerah dimana saya tinggal yang menurut saya sangat semrawut. Dan menurut saya sangat – sangat membahayakan keselamatan terutama pada jam – jam menjelang masuk sekolah.
Demi keselamatan bersama, utamanya untuk kepedulian kita pada adik – adik usia belia ini, bukankah kasih sayang dan partisipasi orang tua bisa sangat membantu ….