Everyday is Sunday in Jogja
Itu. Dulu tertulis di kaos kaos dagadu. Sekitar tahun berapa ya 97 an kali. Everyday is Sunday in Jogja. (Kota) Istimewa. Sangking istimewanya sehingga Setiap Hari adalah Hari Minggu. Luar Biasa ya. Istimewa banget.
Iya memang Keistimewaan (seharusnya) selalu melekat dengan Jogja, dan semua yang ada di Jogja tanpa terkecuali
[ Termasuk aku juga, sangat Istimewa, unik, mbedani dan tidak ada duanya he he he ]
Tetapi mengapa pembahasan tentang keistimewaan Jogja menjadi begitu berlarut larut. Padahal masalah ini sudah ada sejak jaman Orla, Orba, sampai era Mendagrinya Mr Mardiyanto. Masyarakat Jogja termasuk dan tidak terbatas pada Paguyupan Ismawa menuntut untuk segera ditetapkan/disahkanya UU tentang Keistimewaan Jogja. Segera …
“Keistimewaan Jogja harus diposisikan pada tempat yang pas. Dalam konteks penegakan Demokrasi ( dalam hukum legal RI tidak dikenal Gubernur/Presiden Seumur Hidup), keutuhan NKRI dan Pemahaman Kesejaharan D I Y”
[ Omongan siapa ya, WoooOoooW … Lha Embuuuh ]
Yang jelas sebagai warga Ngayogyakarto hadingingrat,
Saya ingin UU Keistimewaan Jogja segera ditetapkan dengan mengacu pada pemahaman Sejarah, Aspirasi Warga Jogja Bukan kepentingan politik praktis partai partai yang oportunis ( — mengingat setahun lagi akan berlangsung pesta Demo Crazy … eh maaf “Demokrasi”) dan Kemaslahatan Bangsa INDONESIA ( dalam konteks penegakan Demokrasi )
Lan dumatheng sedoyo warga Ngayogyakarto, Monggo sami sami mberjuangaken Keistimewaan Jogja, mawi cara cara ingkang “ISTIMEWA”, kanthi adab budaya inggil, sopan santun tata kromo, penggalihan ingkang tepo sarira.
Mugi ingkang mekaten saget dados tepo thulodo tumrap daerah sanes? Ngatonaken budoyo lan peradapan Inggil Ngayogyakarto
[ Nggiiiih Mmmbbaaaah ….]
Bagaimana “Keistimewaan Jogja menurut Anda?”
Menyukai ini:
Suka Memuat...