Tujuan saya mengikuti acara ini cukup jelas. Untuk menjajal secara langsung Zenfone Live dan Zenfone Zoom S. Untuk membuktikan sendiri apakah fitur-fitur kedua smartphone baru Asus ini sesuai dengan teaser yang saya baca beberapa waktu lalu.
Zenfinity 2017 diselenggarakan pada tanggal 16 Mei 2017. Di Pullman Central Park. Sebuah hotel mewah di kawasan elit di bilangan Jakarta Barat.
Memilih venue yang mewah memang sudah menjadi tradisi Asus tiap kali menggelar event. Saya masih ingat betul ketika sebelumnya Zen Festival memilih Ritz Carton. Zenvolution pada tahun lalu memilih Bali Nusa Dua Convention Center. Saya hampir lupa, launching Zenfone 2 ternyata juga dihelat di Pullman.
Saya tahu pemilihan venue erat dengan brand image yang ingin didapatkan sekaligus ingin menawarkan pengalaman paripurna kepada para partisipan, termasuk saya.

Selama 3 hari di bilangan Central Park saya akui saya menikmati tidur pulas di kamar hotel Pullman, menikmati jalan-jalan di jembatan seribu kaki NEO SOHO, menikmati aneka menu breakfast, lunch dan dinner yang tidak ada di desa dimana saya tinggal, menikmati bertemu dengan rekan media dan blogger baik yang outskirt maupun jakarta.
Sejatinya yang saya tunggu-tunggu adalah kesempatan untuk mencoba Zenfone Live dan Zenfone Zoom S. Masih ingat apa yang membuat saya penasaran? Adalah fitur Beauty Live di Zenfone Live dan fitur Fotografi di Zenfone Zoom S. Berikut ini adalah kesan-kesan yang saya dapatkan ketika menjajal kedua smartphone ini.

Unit Zenfone Live yang saya coba adalah yang berwarna Pink Rose. Pikir saya, Pink Rose akan menjadi pilihan populer di kalangan wanita muda yang menjadi segmen Zenfone Live.
Beberapa saat memegang Live warna pink saya mendapatkan kesan built quality yang solid. Live mempunyai finishing yang jauh dari kesan murahan. Saya tidak tahu pasti berapa bobot Zenfone Live sebenarnya, namun kesan amat ringan itu begitu terasa.
Saya langsung menjajal Beauty Live yang sejak awal membuat penasaran. Saat itu saya mencoba fitur ini dengan wajah saya sendiri. Jangan salah, justru dengan wajah saya yang tidak kekinian sama sekali itu saya ingin melihat seberapa banyak Beauty Live bisa membantu. Kemudian dengan narsisme di dalam data saya katakan Beauty Live bisa menolong orang-orang yang malas cuci muka seperti saya.

Penasaran? Silakan coba sendiri karena saya tidak bisa banyak berceria di sini. Saya tahu wajah saya bukan ambassador yang baik untuk produk yang membidik wanita usia belasan ini.

Zenfone Zoom S, varian Zenfone yang dari membaca spec -nya saja sudah membuat saya naksir berat. Seperti apa sebenarnya handling dan kemampuan memotret yang diharapkan jauh lebih handal dari Zenfone 3 yang saat ini saya pergunakan sehari-hari.
Saya mencoba Zoom S warna hitam demi alasan selera. Ponsel ini terasa solid di dalam genggaman. Ia terasa lebih ringan dibanding Zenfone 3 Max milik saya, padahal Zoom S mempunyai batere dengan kapasitas yang jauh lebih besar.
Desain Zoom S menurut saya lebih elegan dibanding Zenfone 3. Saya merasakan terutama dari segi penempatan kamera. Zoom S mempunyai kamera yang diletakkan di sisi kiri atas, berjauhan dengan finger print sensor. Zoom S mempunyai kamera yang lebih menyatu dengan body, tidak menyembul seperti layaknya di Zenfone 3.
Performa kamera Zoom S adalah apa yang paling banyak saya coba selama pameran. Di ruang pamer itu Asus menyediakan banyak obyek untuk dicoba dibidik. Obyek itu mulai dari model yang cantik maupun aneka properti dengan pencahayaan dan pergerakan yang beragam.
Sebelum mencoba secara langsung saya sempat meragukan kemudahan penggunaan optical zoom yang menjadi fitur andalan Zoom S. Kenyataannya fitur ini tidak sesulit digunakan yang saya bayangkan. Asus memberikan semua kemudahan memotret dengan membawanya di Pixel Master Camera yang instuitif. Saya membuktikan sendiri bagaimana mudahnya melalukan 1x zoom, 1.5x, 2.3x dan pembesaran lain dikisarannya.


Memotret obyek dengan pencahayaan rendah merupakan pengalaman baru. Aperture 1/1.7 dan sensor Sony IMX 362 yang digunakan oleh Zoom S membuktikannya dengan baik. Apalagi pengaturan kamera secara manual begitu mudahnya diakses dari kamera utama.
Bila ada yang kurang dari Zoom S yang saya coba adalah tidak ditemukannya aplikasi Share link. Sesuatu yang menyulitkan saya untuk mengirim foto-foto yang saya ambil dengan Zoom S ke Zenfone 3 yang saya bawa. Saya sedih karena saya tidak bisa membawa pulang dan memamerkan di sini foto-foto yang saya ambil dengan Zoom S.
Sesuatu yang memperbesar harap saya untuk mendapatkan unit Zenfone Zoom S untuk saya gunakan memotret sehari-hari. Saya yakin Zoom S akan membuat saya orgasme memenuhi hasrat memotret Human Interest yang menggelora.
Menyukai ini:
Suka Memuat...