Berbicara tentang kualitas suatu telepon pintar biasanya pertanyaan yang muncul adalah: dipakai untuk selfie bagus ngga? kameranya berapa mega pixel? layarnya sudah full HD belum? dipakai buat nge-game lemot ngga? processor nya pakai Snapdragon atau Mediatek? dipakai untuk streaming youtube putus-putus ngga? sudah 4G apa belum? Dan sederet pertanyaan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya atau sedikit kaitannya dengan kebaikan bila dipakai untuk menelpon.
Bukankah secanggih-canggih smartphone, khittah -nya tetap dipakai untuk melakukan dan menerima paggilan telepon. Sebenarnya pertanyaan yang paling relevan adalah apakah suaranya cukup jernih dan jelas ketika digunakan untuk melakukan panggilan telepon.
Pabrikan-pabrikan telepon boleh-boleh saja bertarung adu teknologi komputasi namun seharusnya tidak boleh khilaf untuk terus mengembangkan teknologi audio yang menjadi jantung dari smartphone itu sendiri. Nah, dalam tulisan kali ini saya akan sedikit membahas tentang kualitas suara dalam panggilan telepon.
Sebelum membaca tulisan ini lebih lanjut saya harap para pembaca menyiapkan pemakluman bila ada beberapa yang kurang pas atau kurang relevan dengan teknologi terkini. Mengingat dasar yang saya gunakan adalah apa yang saya pelajari di kelas Elektronika Komunikasi pada era 90-an. Ketahuan betapa jadulnya saya, hehehe.
Sistem audio dalam sebuah smartphone/ handphone mengambil isyarat suara yang kita ucapkan dengan alat yang bernama mic (microphone). Komponen yang digunakan untuk mereproduksi isyarat sinyal menjadi suara yang bisa didengar disebut speaker. Speaker mengeluarkan suara yang diucapkan oleh lawan bertelepon kita. Mic dan Speaker mempunyai peran vital dalam memengaruhi kualitas suara yang didengar oleh kedua belah pihak.
Namun, kualitas suara tidak melulu tanggung jawab Mic dan Speaker saja. Di antaranya berada sistem yang memproses isyarat suara yang tak kalah pentingnya. Ia adalah sistem audio.
Ketika komunikasi masih sesederhana panggilan telepon, untuk memroses sinyal suara agar jelas didengar oleh penelpon dan penerima, sistem audio menerapkan suatu filter yang disebut bandpass filter atau low pass filter. Low pas filter menyaring agar suara yang dihantarkan hanya berlebar jalur kira-kira 3kHz saja. Tak aneh bila kualitas suara terdengar microphonic. Namun desis, desah dan suara-suara tak penting bisa dipisahkan. Ini merupakan cara untuk menekan noise. Kualitasnya ditera dengan sebutan Signal to Noise Ratio (SnR). Biasanya bersatuan dB.
Selain Noise yang ditekan ada lagi yang harus ditangani oleh sistem audio dalam sebuah smartphone untuk memperbaiki kualitas suara, yaitu Harmonic dan Distortion. Kualitasnya ditera dengan Total Harmonic Distortion. Biasanya bersatuan persen (%). Makin kecil persentasenya makin baik.
Mengenai cara memperbaiki Total Harmonic Distortion, silakan googling sendiri bila tertarik. Aselinya saya pusing bagaimana menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami, hahaha.
Kembali ke Noise.
Seiring tuntutan kebutuhan komunikasi yang makin pongah, saat ini panggilan telepon saja tidak cukup. Orang kekinian menuntut komunikasi suara yang lebih jernih. Pembaca mungkin pernah membaca High Definition Voice Call (HD Voice) atau Voice over LTE (VoLTE). Pembaca saya percaya pernah mencoba fitur live streaming Bigo Live, Facebook Live, Instagram Live maupun fitur Video Call yang dihadirkan oleh beragam aplikasi Chatting.
Untuk menghasilkan kualitas suara tentu sinyal audio ber-bandwidth 3kHz tidak lagi mencukupi. Ketika sinyal suara yang diakui baik seharusnya mempunyai rentang 20 Hz – 20 kHz, maka cara low pass filter untuk menekan noise tidak lagi relevan. Teknologi yang kini populer digunakan untuk menekan background noise/ambience noise adalah menggunakan Dual MEMs Setup.
MEMs, singkatan dari Micro-Electro Mechanical system, merupakan teknologi microphone terbaru. Dibandingkan dengan teknologi yang lebih lama seperti: moving coil mic, dynamic mic, condensor mic, MEMs mempunyai banyak kelebihan. Diantaranya ukuran yang lebih kecil, lebih sensitif, dynamic range lebih baik, dan low noise.
Dual Setup MEMs berarti sistem yang menggunakan dua MEMs microphone sekaligus. Keduanya dipasang dalam konfigurasi. MEMs mic pertama dipasang di depan, bertugas mengambil sinyal suara. MEMs mic kedua dipasang di bagian lain smartphone. Biasanya dipasang di bagian belakang. Ia bertugas untuk mengambil background noise atau suara-suara lingkungan tak penting yang biasanya mengganggu percakapan kita. Contoh suara mobil berlalu ketika kita melakukan panggilan di pinggir jalan raya.
Baik sinyal yang dipungut oleh MEMs Mic pertama dan MEMs Mic kedua kemudian dikirimkan ke sistem audio. Sistem audio kemudian memroses dengan perhitungan matematis tertentu sehingga background noise bisa dieliminasi/ditekan sehingga didapakan sinyal suara yang lebih jelas dan sedikit noise.
Bagan di atas adalah apa yang mudah dimengerti dari dual setup mic noise reduction. Qualcomm, salah satu SoC yang paling populer saat ini mengembangkan cara yang lebih kompleks dan canggih. Qualcomm menyebutnya sebagai Fluence+ .
Kelebihan Dual setup MEMs Mic adalah kualitas suara yang jauh lebih baik dibandingkan dengan single mic yang dipadankan dengan sistem noise supression konvensional.
Nah, bila komunikasi suara, tele conference, video call dan live streaming merupakan sesuatu yang bagi Anda penting, pastikan ada Dual Setup MEMs Configuration dalam spesifikasi smartphone yang akan dibeli. Saat sekarang teknologi ini tidak hanya ada di smartphone high end yang mahal. Kabar-kabarnya ASUS akan membekali Zenfone Live dengan teknologi Dual Setup MEMs Configuration. Untuk lebih pastinya silakan tunggu peluruncurannya di Jakarta pada tanggal 16 Mei 2017 ini.
Ping balik: Hanya Akan Terjawab di Zenfinity 2017 – Gadget, Running & Travelling Light