Hujan

Hujan lagi. Padatahal sebentar lagi waktunya pulang lagi. Tapi tidak apa-apa.  Saya sih penyuka hujan. Baik hujannya itu sendiri maupun aroma yang ditimbulkan oleh kombinasi air hujan dan tanah. Kalau kemarin saya mengeluh, sebenarnya itu karena saya belum makan siang. Bagaimana tidak mengeluh coba, terjebak hujan di tengah perut yang kelaparan.

Ini merupakan hujan yang ketiga di desa dimana saya tinggal. Hujan yang turun berturut-turut dalam 3 hari terakhir. Ini kabar baik. Di desa dimana saya tinggal hujan disambut dengan suka cita. Hujan di sini tidak dikutuk seperti ketika air hujan jatuh di Jakarta yang dituduh sebagai biang banjir dan penyebab kemacetan di jam-jam orang-orang pulang kerja. Musim hujan adalah harapan yang tunggu para petani. hehehe

Dalam beberapa hari ke depan, saya dan keluarga akan segera merayakan musim hujan kali ini dengan menanam aneka tanaman pangan seperti jagung, kedelai, singkong, padi, dan lain-lain.

Sekarang biar saya melihat hujan, mendung dan langit dari balik jendela saja. Doa saya untuk hari ini semoga listrik tidak mati. Kalau sampai listrik mati selain gelap, koneksi internet saya akan terputus. Baterai Laptop sebenarnya bisa bertahan sampai sore nanti. Tetapi Hotspot dan jaringan internet di sini tidak dipasangi baterai cadangan. Jaga listrikmu agar tidak ‘aliran’ ya petugas PLN. 🙂

Ngomong-ngomong, apa sih yang kau sukai tentang hujan?

Iklan

Dukungan Blogger Untuk PLN Bersih Anti Korupsi

Berencana mengerjakan pekerjaan kehumasan Blogger Nusantara secara online di rumah, hari ini saya pulang kantor lebih awal. Sayangnya rencana kembali jadi wacana. Rencana mengerjakan tugas sebagai seorang Community Relation Manager #BN2013 harus kandas karena listrik di rumah mati. Listrik baru hidup sekitar pukul 16 sore ini.

Hari ini saya benar-benar kecewa terhadap PLN. Hari ini (Kamis, 24 Oktober 2013) seharusnya di desa dimana saya tinggal tidak ada kejadian mati listrik dari pagi sampai sore. Seharusnya mati listrik terjadi kemarin. Karena beberapa hari yang lalu melalui facebook fanpage stasiun radio lokal saya membaca pengumuman ini:

plnpengumuman

Ini jelas pengumuman yang menyesatkan. Sehingga orang-orang tidak bisa mempersiapkan diri menyambut kematian listrik dengan benar. Termasuk saya, bila saya sejak tadi malam sudah tahu bahwa listrik hari ini akan padam, tentu saya akan mengisi penuh pundi-pundi batere agar laptop saya bisa menyala seharian atau saya bisa saja tetap tinggal di kantor untuk mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan listrik dan koneksi internet.

Cukup ah curhatnya. Sekarang kembali ke laptop, ke topik yang kali ini ingin saya tulis, yaitu Blogger Dukung PLN Bersih.

Listrik bukan hanya kebutuhan saya saja. Bukan blogger saja yang butuh listrik. Listrik tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari apalagi di tengah teknologi yang berkembang pesat saat ini. Listrik merupakan hajat hidup orang banyak yang oleh negara pemenuhannya hanya dipercayakan kepada sebuah BUMN yang bernama Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Tidak ada perusahaan listrik di Indonesia yang berhak menjual tenaga listrik langsung kepada masyarakat kecuali BUMN tersebut. PLN sebagai satu-satunya perusahaan listrik yang melayani segenap masyarakat Indonesia memang memudahkan pihak negara untuk mengatur kebijakan energi (listrik). Di sisi lain masyarakat tidak akan mempunyai pilihan lain selain mau tidak mau harus berlangganan listrik kepada PLN. Sebaik atau seburuk apa pun kualitas listrik PLN, masyarakat tidak akan bisa berbuat banyak. Hal ini jelas berbeda dengan layanan telepon seluler. Bila kita tidak puas dengan satu provider maka kita akan dengan sangat mudah untuk saat itu juga berganti operator.

Sudah lama menjadi rahasia umum,  amanat sangat besar yang didapatkan PLN dari negara telah banyak disalah gunakan.  Wewenang besar itu telah mendorong banyak oknum di PLN baik dari tingkat manajemen sampai operator terlibat banyak kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Bahkan tidak jarang praktik tidak terpuji ini banyak melibatkan para birokrat.

Praktik tidak terpuji ini bukan hanya sinisme keluarga saya yang berpenerangan pelita yang sekitar 18 tahun lalu pengajuan sambungan listriknya sempat terkatung-katung tidak jelas, padahal keluarga saya sudah membayar di muka dengan uang hasil penjualan beberapa ekor kambing, bukan hanya sinisme masyarakat yang kecewa dengan pelayanan-pelayanan PLN. Praktik tidak terpuji ini bahkan telah banyak disinggung oleh Pak Dahlan Iskhan dalam CEO note yang ditulisnya. Kumpulan CEO note yang ditulis Pak DI telah didokumentasikan oleh seorang Mas Pramudya, seorang teman blogger saya di sini. Silakan baca sendiri.

Bapak Nur Pamuji, direktur CEO PLN saat ini tahu betul bahwa mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap PLN bukanlah pekerjaan yang mudah dan dapat dilakukan dalam waktu singkat. PLN saat ini memang telah membuat banyak sekali terobosan  selain roadmap (bisa dibaca di sini dan di sini)  dan program berjangka untuk meningkatkan profesionalisme, kualitas pelayanan dan transparansi di tubuh PLN. Tidak tanggung-tanggung PLN saat ini telah menggandeng Transparansi Internasional untuk membantu meningkatkan akuntabilitas publiknya. Ini menurut saya terobosan yang berani.

Terobosan-terobosan internal PLN tersebut masih dianggap belum cukup. Lebih dari itu, untuk mewujudkan cita-cita mulia itu, PLN saat ini memerlukan sehingga menggalang dukungan seluas-luasnya dari masyarakat. Ada yang unik sekaligus kreatif di sini. PLN menggalang dukungan dari para blogger untuk menjalankan kampanye PLN Bersih No Suap. Penggalangan dukungan dari blogger ini telah dilaksanakan berupa menggelar acara “Blogger Bicara” yang bekerjasama dengan Blogdetik. Acara blogger bicara kerjasama PLN dan Blogdetik  ini seingat saya telah berlangsung 2 kali. Dan pada acara Blogger Bicara PLN yang kedua merupakan sekaligus launching Lomba Blog yang bertema “Blogger Dukung PLN Bersih”.

Sebagai seorang blogger tentu saya mendukung langkah PLN ini. Saya pikir ini sebuah kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Bukankah tidak akan ada bangsa yang berkualitas saat ini tanpa aliran listrik yang baik. Mengutuk gelap tidak akan menyalakan terang. Terus-terusan mengutuk PLN saja belum cukup untuk memperbaiki keadaan.

Namun demikian sebelum saya membubuhkan sebuah dukungan, saya harus memastikan dulu bahwa langkah-langkah PLN saat ini telah membawa ke arah perbaikan yang berarti. Itulah mengapa saya menulis posting ini pada hari-hari terakhir Lomba Blog ini.

Beberapa waktu yang lalu saya sengaja ngobrol-ngobrol dengan salah seorang teman yang bekerja sebagai seorang teknisi yang bekerja di suatu kontraktor instalasi listrik/biro teknik listrik. Saya bertanya-tanya tentang  cara lebih cepat mendapatkan sambungan listrik baru. Saya terkejut mendengar jawaban teman saya itu. Dia malah menjelaskan bahwa sambungan listrik baru bahkan bisa diajukan secara online. Teman saya itu menjelaskan apa saja yang perlu diisikan dalam formulir online itu secara sangat detil. Ini sungguh mengejutkan karena teman saya itu sebelumnya sangat gaptek, tidak melek internet. Pikir saya sistem baru PLN ini sekaligus berhasil mengedukasi masyarakat menjadi melek internet.

Berikutnya saya mencoba layanan pembayaran rekening listrik di kantor PLN.

Kantor Pelayanan PLN di kota Wonosari yang terletak di Jalan Kolonel Sugiyono, Wonosari, Gunungkidul itu saya dapati sudah sangat berubah. Kantor Pelayanan saat ini menghadap ke Barat, ke arah jalan sehingga memudahkan orang menuju ke sana. Sebelumnya kantor pelayanan menghadap ke selatan dengan pintu masuk yang kecil di sebelah tenggara. Saat ini tepat di parkiran ada penunjuk-penunjuk arah sesuai pelayanan yang dibutuhkan pengunjung. Memasuki ruang pelayanan pembayaran rekening saya mendapati kursi kursi di ruang tunggu kosong, tidak ada orang mengantri. Dalam beberapa menit dua orang petugas wanita yang cantik melayani saya dengan ramah dan cepat. Ini sungguh tidak terbayangkan 4 tahun yang lalu ketika saya harus mengantri kadang sampai dua jam hanya untuk membayar tagihan listrik. Sistem pembayaran listrik online PLN ternyata sangat digemari orang sehingga terbukti mencegah kontak langsung pelanggan dengan petugas PLN.

Mungkin terlalu tergesa-gesa, tetapi dua bukti yang saya dapatkan di atas merupakan optimisme saya bahwa PLN Bersih No Suap bukanlah impian di siang bolong. Memberikan dukungan yang tulus adalah cara lebih baik untuk PLN Bersih Tanpa Korupsi menjadi kenyataan lebih cepat.

Namun apakah dukungan saya hanya akan berhenti sebatas mengikuti lomba ini saja? Dalam lomba ini saya akan sekaligus memberikan masukan-masukan untuk PLN:

Libatkan blogger untuk mensosialisasikan program-program dan layanan yang dijalankan oleh PLN.

Menurut saya PLN bisa mengajak blogger seperti saya dan teman-teman untuk mensosialisasikan transparansi biaya sambungan listrik baru yang mungkin berbeda dari satu daerah ke daerah yang lain di Indonesia, mensosialisasi biaya tambah daya, mensosialisasikan tarif pemakaian listrik, dan sejenisnya.

Blogger bisa diajak untuk mensosialisasikan kanal-kanal layanan pelanggan PLN seperti telepon 123, akun twitter @PLN_123 dan kanal lainnya. Saya sendiri akan dengan senang hati membantu mengedukasi masyarakat tentan bagaimana cara melaporkan gangguan dengan baik agar PLN bisa lebih cepat mengatasi bila terjadi gangguan listrik di lapangan.

Cerita saya pada awal tulisan ini tentang kekecewaan saya terhadap PLN karena kesalahan informasi gangguan PLN sebenarnya akan bisa dicegah bila PLN sudah merangkul blogger untuk membantu menyebarkan informasi gangguan dan perbaikan jaringan PLN. Blogger selain aktif menulis umumnya juga aktif di sosial media. Informasi gangguan dari PLN akan lebih cepat menyebar di tengah masyarakat bila banyak blogger yang menuliskannya di group-group facebook komunitas, twitter, forum, dan lain-lain/

Galang dukungan blogger-blogger di daerah-daerah di Indonesia.

PLN saat ini mengadakan dua program Blogger Bicara PLN di Jakarta. Ingatlah bahwa PLN tidak hanya melayani ibukota. PLN melayani Indonesia dari sabang sampai Merauke. Masyarakat di daerah tidaklah seberuntung warga Jakarta yang punya akses luas terhadap hampir semua media. Di daerah orang-orang tidak seberuntung itu. Banyak daerah yang malah mengandalkan jurnalisme warga untuk pemenuhan kebutuhan informasinya. Banyak masalah di daerah  yang hanya diberitakan oleh blogger atau radio komunitas.

Blogger Nusantara pada tanggal 29 November sampai 1 Desember 2013 akan mendatangkan blogger dari segenap penjuru Indonesia untuk mengadakan kopdar nasional di Yogyakarta. Saya mengusulkan kepada PLN untuk menjajaki kerjasama dan meminta dukungan PLN Bersih No Suap dengan mengajak blogger-blogger dari daerah-daerah ini. PLN mungkin bisa membuka booth untuk sosialisi PLN Bersih No Suap. Syukur-syukur PLN bersedia menjadi salah satu sponsor #BN2013 di kota istimewa ini.

Tentang Kopdar Nasional Blogger Nusantara di Yogyakarta bisa di baca di: http://bloggernusantara.com/2013/

Semoga PLN Bersih No Suap segera menjadi kenyataan. Selamat Ulang Tahun PLN. Selamat Hari Blogger Nasional

Panggilan Sopan

Untuk berkomunikasi dengan orang-orang, apalagi dengan orang yang lebih tua maupun dengan orang yang baru saja saya kenal, rasanya tidak sopan bila saya langsung menyebut nama begitu saja. Langsung memanggil nama bagi saya kurang “unggah-ungguh”, kurang sopan apalagi santun. Mungkin ini karena bawaan saya sebagai orang yang dibesarkan di desa.

Untuk memanggil orang-orang yang terlihat lebih tua dan lebih senior rasanya panggilan “Pak” dan “Bu” cukup bisa diterima dimana saja. Kalau di lingkungan akademik mungkin lebih mudah dengan “Prof”, “Doc”, dll. Nah yang tidak selalu mudah adalah bila berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal dan kelihatan sebaya.

Umumnya saya memperhalus dengan kata “Mas” atau “Mba” sebelum nama orang. Namun setelah saya pikir-pikir kata  ini terlalu njawani. Bukankah yang ditemui tidak tentu orang Jawa. Saya perlu kata yang lebih umum. Sapaan bang sepertinya juga identik dengan suku tertentu. Sapaan bung sepertinya sudah jarang kedengeran dipakai. Padahal dulu “bung” berkesan menggelorakan semangat ketika dipadukan menjadi Bung Karno, Bung Hatta, dll.

Baru-baru ini saya sering dipanggil bro. Mendengar seorang teman wanita dipanggil sista tidak kalah seringnya. Begitupula “gan”, “agan”. Meski kata-kata ini belum cukup compatible dengan lidah saya. Saya merasa canggung memanggil seseorang dengan kata “gan” maupun “bro sista”.

Oh iya adalagi orang memanggil orang yang begitu dikenal dengan kata “kakak”, tapi kok kedengeran lebay yah. Apa karena saya yang so 90? hihi.

Menurut Anda kata apa yang lebih cocok digunakan untuk mempersopan panggilan kepada seseorang yang baru kita kenal yang baru kita temui?

Internetan dengan 3 (tri), Lumayan Bagus.

Bermaksud ingin segera merespon milis yang berisi kepanitian kegiatan sosial yang sedang saya jalankan, begitu sampai di rumah, saya langsung membuka laptop dan mengeklik network manager untuk membuat sambungan internet. Beberapa kali klik connect di network manager tidak juga berhasil tersambung. LED di modem berkedap-kedip menyala hijau. Hihi, beberapa saat kemudian saya tahu kenapa saya gagal connect. Teryata sekarang sudah tanggal 21 dan saya belum membayarkan tagihan kartu Halo dimana saya berlangganan paket internet. Cape deh.

Malas menuju ATM terdekat untuk menyelesaikan masalah dengan si merah, alih-alih saya ke counter pulsa tetangga. Saya pikir akan lebih cepat dapat sambungan internet bila saya membeli kartu perdana paket internet. Dan kebetulan ada paket murah yang dijual counter sebelah. Kartu perdana 3 seharga Rp 60.000 yang berisi paket 5 giga. Yang menurut penjaga counter tetangga bermasa aktif satu tahun.

Sesampai di rumah saya langsung memasang kartu perdana 3 (tri) ini pada modem bawaan si merah. Modem kemudian saya tancapkan ke laptop ber-Ubuntu 13.10. Saya langsung mengikuti wizard pada network manager untuk menyesuaikan setting dengan provider ini. Mudah sekali. Setting default pada Network Manager dalam beberapa saat sudah bisa memberi saya koneksi internet.

Saya pun langsung menggunakannya untuk browsing. Rasanya lancar-lancar saja untuk browsing. Penasaran dengan kecepatan data provider ini, saya mencoba mengujinya dengan Speedtest.net. Hasil test pertama kali menunjukan angka download 1 Mega. Lumayan. Meski dalam beberapa kali test saya ketahui kecepatannya memang naik turun.

Hasil test speed saya bisa dilihat di sini.

Test ini saya lakukan di desa dimana saya tinggal. Di desa Grogol, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul. Sinyal 3 G yang saya dapat 2 bar saja. Terlihat dari indikator di Ubuntu 13.10 Network Manager.

Masih penasaran dengan kartu perdana yang saya beli ini, saya mencoba mencari tahu apa sebenarnya paket yang saya beli ini. Syarat dan ketentuannya bagaimana. Baca di sini.  Berdasarkan situsnya, paket saya adalah Always On yang menggratiskan akses ke beberapa jejaring sosial dan situs berita populer, punya masa aktif panjang, boles kuota bulanan, dll. Kedengaran cukup manarik meski apa manfaatnya buat saya masih tetap perlu saya buktikan sendiri.

kuota3

Jadi sampai sependek ini saya berkomentar:

Kecepatan data 3 ini cukup lumayan, memang tidak secepat si merah, si merah bisa beberapa kali lebih cepat, namun bila dilihat dari harga, kuota dan masa aktif yang panjang maka tidak ada ruginya untuk mengeluarkan uang Rp 60.000 untuk membeli paket internet ini. Apalagi bila kebutuhan kita untuk browsing. Apalagi kalau kebutuhannya sebatas untuk buka facebook dan twitter. (karena akses ke situs jejaring itu digratiskan sepanjang kartu masih aktif).

Untuk posting blog ini juga lancar-lancar saja. Tidak ada kesulitan membuka dashboard dan text editor wordpress seperti yang saya alami beberapa waktu lalu dengan provider 3g kompetitor. Sekarang coba lihat apakah saya akan berhasil mem-publish posting ini?

3.. 2.. 1.. (hit publish)

Optimisme dan Komunitas Wirausaha

Yogyakarta, Sabtu, 19 Oktober 2013.

Bangsal Mataram Gedung Bank Indonesia Yogyakarta yang berkapasitas lebih dari 400 tempat duduk dipenuhi oleh antusiasme peserta acara seminar wirausaha yang diorganisir oleh @TDAKampus_jogja. Saking antusiasnya sampai saya lihat banyak peserta yang berdiri di belakang karena tidak kebagian kursi. Antusisme ini memang luar biasa. Istimewa karena Jogja, bukan? 😀 Bagi saya ini jauh lebih istimewa karena antusiasme itu terlihat dari hampir semua peserta seminarnya adalah mahasiswa-masiswa Joga dan sekitarnya.

Bagi saya antusiasme mahasiswa yang tinggi terhadap wirausaha, apalagi minat mereka untuk berwirausaha adalah kabar baik, berita yang bernada positif yang menarik untuk disebarkan, untuk saya tuliskan di blog ini, hehe. Agar antusisme dan optimisme itu sedikit banyak beresonansi, dan menyebar melenyapkan pesimisme yang saat ini menjadi masalah bangsa.

Minat mahasiswa untuk berwirausaha bagi saya merupakan suatu kemajuan tingkat pemikiran. Mahasiswa adalah orang-orang yang lebih beruntung mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Yang seharusnya mempunyai mindset setingkat lebih tinggi daripada lulusan SMK misalnya. Bila lulusan SMK berorientasi untuk mencari pekerjaan setelah lulus. Maka seorang lulusan perguruan tinggi harus lebih banyak yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan, dengan berwirausaha. Bukan sama-sama menjadi pencari kerja.

Pemikiran seperti ini setidaknya nampak ada pada 2 orang pemuda yang duduk di sebelah saya. Nanan, seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UGM yang bersamaan dengan mengerjakan skripsinya, ia tetap berbisnis tas dan berbisnis batik Pekalongan. Sama seperti halnya Arifin, pemuda asal Kulon Progo mahasiswa tingkat akhir Amikom Yogyakarta ini sudah memiliki bisnis Angkringan.

Saya sendiri merasa senang berkesempatan diundang (dalam kapasitas sebagai blogger) untuk menghadiri acara ini. Banyak yang saya dapatkan di sini. Mengenal Nanan, Arifin dan anak-anak muda enterpreneur yang lain adalah inspirasi terbesar bagi saya. Saya ingin tertular dengan semangat mereka, keberanian mereka membentuk masa depan.

Tentu ada banyak juga yang saya dapatkan dari pemateri acara. Dari Pak Dahlan misalnya yang berpendapat bahwa kesuksesan hanya bisa datang dari dua hal, yaitu keprihatinan/prihatin (1) dan takdir (2). Keprihatinan/prihatin ini sebenarnya istilah jawa. Mungkin bahasa Indonesia-nya adalah berjuang dulu atau bersakit-sakit dulu. Sedangkan untuk yang kedua, sukses karena takdir tidaklah perlu dibahas. 😀

Tidak kalah inspiratif adalah sesi sharing selanjutnya yang diisi oleh Mas Nanang Fahrurrozi (pemilik Rumah Warna) dan Mas Hanafi Rais (pemilik yayasan pendidikan Budi Mulia Dua). Silakan baca kompilasi sharing mereka dilini masa @TDAJogja dan @TDAKampus_Jogja. Tidak elok rasanya kalau twit-twit itu latah saya embed di sini. hehehe

Menurut Tangan Di Atas, definisi sukses adalah bisa memberi lebih banyak daripada meneri. Tangan di atas lebih mulia dari tangan yang meminta. Maka akan bagus bila Komunitas Tangan Di Atas terus berbagi inspirasi, berbagi semangat, berbagi optimisme dengan mengadakan acara-acara seperti ini. Undang lebih banyak wirausahawan untuk sharing. Buat lebih banyak kesempatan untuk menjalin relasi dan saling terkoneksi. 🙂

Cuaca Jogja Panas

Beberapa hari terakhir ini saya merasakan cuaca di lingkungan dimana saya tinggal sangat panas. Cuaca terasakan panas bahkan sejak matahari mulai beranjak, sejak pukul tujuh pagi dan baru mulai berangsur reda pada menjelang maghrib. Jangan ditanya seperti apa panas pada siang hari. Tidak banyak beraktifitas saja keringat sudah meleleh dari sekujur tubuh.

Petang ini saja saya masih keringatan ketika akan mandi. Padahal biasanya saya menggigil bila tersiram air pada saat mandi sore. Dipastikan saya memilih tidak mandi bila saya pulang malam. Atau terpaksanya saya memanaskan air untuk mandi.

Apakah tubuh yang terlalu gerah ini karena saya banyak makan daging kambing dan sapi. Daging pemberian korban? Karena saya memang sedang banyak makan daging belakangan ini.

Ternyata tidak. Bukan hanya saya saja yang merasakan peningkatan suhu lingkungan belakangan ini. Keluhan akan panasnya cuaca akhir-akhir ini rupanya banyak dikeluhkan orang. Bukan hanya orang-orang di lingkungan saya tinggal. Orang-orang di twitter pun mengeluhkan hal serupa.

Sampai saya tahu kalau perubahan cuaca yang terbilang ekstrim ini memang gejala alam. BMKG mencatat kemarin suhu tertinggi mencapai 38 derajat celcius. Phew. Perubahan yang drastis karena biasanya suhu di sini sering tidak mencapai 30 derajat. Kalau pagi malah sedingin 22 derajat. Baca di sini.

Kalau panas-panas begini rasanya ingin terus-terusan minum. Sebentar-sebentar haus. Penginnya sih ingin minum yang segar-segar. Seperti es buah, es jus, es teh, dan sejenisnya. Sayangnya beberapa tahun belakangan ini saya sudah tidak lagi minum es. Saya sudah tidak berani minum es. Habis tiap kali minum es akan berujung flu …

Liburan dengan Ngoprek Ubuntu 13.10 Saucy Salamander

Bagi saya, sepanjang hari tadi masih dipenuhi dengan suasana liburan. Seolah Long Weekend ini belum cukup, Masih minta Extra Long Weekend, hehe. Namanya orang liburan pasti ingin menikmatinya dengan cara-cara menyenangkan. Cara menyenangkan pun bisa berbeda-beda. Kalau orang lain suka berlibur ke tempat-tempat baru. Sama, sebenarnya saja juga suka. Tetapi hari ini saya belum bepergian. Niatnya sih besok.

Jadi apa yang saya lakukan sepanjang hari ini adalah ngoprek versi baru dari distribusi Linux Ubuntu. Saya ngoprek Ubuntu 13.10 Saucy Salamander yang belum resmi release. Masih versi live build. Distribusi ini untuk mengganti Ubuntu 13.04 di Lenovo G480 yang. sebenarnya masih sangat mencukupi untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Intinya saya ngoprek buat having fun saja.

Memerlukan waktu lebih dari satu jam untuk mengunduh file iso Ubuntu Saucy ini. Ukuran filenya terbilang besar, yaitu 925,9 Mb. Hampir satu setengah kali ukuran CD. Ubuntu 13.04 kemarin hanya 700 Mb lebih sedikit. Sama-sama tidak muat diburning pada keping CD. Jadi saya tadi membakarnya ke dalam sebuah DVD. Untuk selanjutnya saya me-restart laptop dan mengatur boot squence ke Bootable DVD Drive. Proses instalasi berjalan lancar. Tidak ada kendala pada saat instalasi. Hanya menurut saya proses instalasi berjalan agak lama. Hal ini saya duga karena saya menggunakan DVD sebagai media instalasi. Jadi agak menyesal kenapa tadi tidak menggunakan flash drive untuk menempatkan ISO Ubuntu. 🙂

Proses instalasi selesai dalam waktu belasan menit. Laptop restart. Sampai login window tidak kelihatan ada yang aneh. Hanya saya rasa memerlukan terlalu banyak waktu setelah login sampai desktop siap digunakan. Ini barangkali karena pertama kali login. Jadi sistem perlu mempersiapkan banyak hal.

Apa yang saya coba pertama kali dari Ubuntu Saucy ini adalah Dash. Karena beberapa waktu lalu saya membaca bahwa kecepatan Dash pada Ubuntu Saucy telah berhasil ditingkatkan secara signifikan. Nyatanya peningkatan kecepatan itu belum bisa saya rasakan. hehe.

Setelah itu tentu saja, saya segera memasang kelengkapan yang saya butuhkan seperti Restricted Extra, VLC Player dan aplikasi-aplikasi lain yang sekiranya akan saya perlukan. Ini tentu saja memakan waktu karena semua file yang saya butuhkan untuk instalasi saya ambil dari apt server.

Sambil menunggu download file-file yang saya butuhkan, saya tentu mencoba apa yang bisa dicoba. Misalnya saya mencoba meredupkan layar (brightness) dengan tombol Fn+Panah atas. Ternyata cara ini tidak jalan. Persis seperti pada Ubuntu 13.04 sehingga saya perlu tweak pada grub.

Karena nantinya saya akan lebih sering terkoneksi internet dengan Modem 3 G maka saya langsung menancapkan modem 3 G saya, yaitu SpeedUp 8650. Modem ini biasanya begitu tertancap di linux akan terbaca sebagai USB Storage sehingga saya akan perlu memasang usb-mode-switch. Sehingga saya mencari Usb-mode Switch dari software center. Nah ternyata Software Center malah memberi tahu kalau usb-mode-switch telah ada. Berarti pada Ubuntu 13.10, usb-mode switch telah tersedia secara default.

Namun demikian Modem 3 G saya tidak serta merta dikenali oleh Network Manager. Perlu sedikit lagi tweak sampai akhirnya modem bisa digunakan.

Selain Modem 3G, saya juga mencoba memasang modem CDMA, yaitu Air Flash AH 007 (modem Esia Max D). Modem ini tidak langsung dikenali sebagaimana modem Speedup. Diperlukan utak-atik file konfigurasi sampai akhirnya modem ini dikenali sistem. Namun sampai sekarang Modem Air Flash belum bisa bersalaman dengan Network Manager. Untuk ini dilanjut besok saja. Terpaksanya tidak mau berjalan dengan Network Manager, toh mudah dikoneksikan dengan Wvdial.

Mengoprek seperti ini biasanya saya wajib terkoneksi internet dengan setidaknya dua web browser berjalan yang mana masing-masing membuka beberapa tab. Benar, saya tidak hafal bagaimana mengkonfigurasi system. Saya perlu bantuan Google untuk menunjukan jalan yang lebih cepat namun tepat.

Beberapa lama mengoprek sambilan browsing, chating dan downloading, juga dengan membuka Libre Office untuk membuka contekan offline. Saya seolah merasakan laptop saya lebih irit mengkonsumsi energi pada bateri. Rasa-rasanya bateri menjadi lebih awet. Kalau tidak salah bertahan sampai lebih dari 2 jam. Apa ini karena Ubuntu 13.10 menggunakan kernel yang lebih baru, kernel 3.11.0-12. Atau hal lain. Atau perasaan saya saja. Toh saya belum melakukan pengujian. 🙂

Terakhir yang paling membosankan bagi saya adalah dengan mengatur akun-akun online pada sistem ini. Karena lebih dari sekedar ngoprek, kali ini saya melakukannya pada laptop yang akan saya pakai untuk kerja beneran. Ini mulai dengan mensetup dropbox, google drive, social network, thunder bird dengan banyak sekali akun email, yang mana kebanyakan saya sudah lupa passwordnya. 😀 dan lain-lain.

Mungkin untuk membuat review yang lebih subyektif 😀 saya harus menggunakan Ubuntu 13.10 di medan pertempuran. Di pekerjaan yang sesungguhnya. 😀

Sependek yang telah saya coba, apabila Anda telah mapan menggunakan versi Ubuntu 13.04 atau sebelumnya, tidaklah perlu untuk segera upgrade. Tidak ada penambahan fitur yang signifikan. Lebih awal melakukan upgrade hanya saya sarankan bagi yang suka ngoprek dan siap menanggung resiko seperti saya.

Memperbaiki Power Ampli

Maksud saya memang memperbaiki Power Amplifier dalam arti sebenarnya. Bukan software seperti Power Amp, dll. Power Amplifier yang saya rakit sendiri sudah sekitar 10 tahun yang lalu, sudah lama ternyata. Power Amplifier yang sehari-hari saya gunakan untuk men-drive speaker yang menghentakkan musik yang saya putar sehari-hari sampai membuat ruangan berisik. 😀

Kerusakan pada Amplifier saya ini sebenarnya sudah terjadi cukup lama. Tapi masih bisa digunakan. Jadi saya selalu punya alasan untuk menunda memperbaikinya.

Padahal kerusakan pada Amplifier rakitan itu bukan kerusakan yang susah diperbaiki. Gejala kerusakannya hanya noise tidak karuan ketika tombol Volume, Bass, Treble dan Balance diputar untuk suatu pengaturan. Mudah dipastikan komponen yang rusak adalah Potensiometernya. Harga komponen ini juga murah.

Yang membuat malas adalah harus membongkarnya. Mengambil obeng, memanaskan solder, mengelupas dan memotong kabel stereo. Ke toko elektronika untuk hanya beli komponen sekarang juga sudah malas. Hihi, jadi ingat ketika dulu demen-demennya punya hobby ngoprek elektronik, toko-toko ini bagi saya jauh lebih menarik dari toko pakaian dan toko sepatu.

Nah, mumpung sekarang dan besok masih hari Ied, masih hari raya, saatnya untuk ngoprek lagi memperbaiki Amplifier ini. 🙂

Iedhul Korban 1434 H

shalat ied01

Foto oleh Maryanto

Matahari pagi bulan Oktober sudah naik hampir sepenggalah. Pelan-pelan  menyingkirkan hawa dingin musim kemarau yang menusuk tulang. Alunan takbir bergema dimana-mana. Muslim di desa dimana saya tinggal telah mengisi shaf-shaf yang dipersiapkan untuk shalat Ied pagi ini. Pukul setengah tujuh masih kurang ketika Pak Edhi membacakan penguman-pengumanan sebelum shalat dimulai.

Ada beberapa pengumuman yang dibaca Pak Edhi, tetapi yang paling mendapat perhatian adalah jumlah hewan korban yang akan dipotong di masing-masing masjid di desa ini, Desa Grogol. Menurut yang dibaca Pak Edhi ada 22 ekor sapi dan 34 ekor kambing yang akan dipotong sebagai hewan korban. Angka yang banyak. Dan kenyataannya pada siang harinya terkonfirmasi hewan korban yang dipotong lebih banyak lagi. Menjadi 22 ekor sapi dan 48 ekor kambing.

Bila jumlah hewan yang dipotong digunakan untuk mengukur kualitas beragama penduduk Desa Grogol, tentu ini adalah suatu peningkatan kesadaran beragama. Jumlah hewan korban yang dipotong tahun lalu adalah: 20 ekor sapi dan 42 ekor kambing. Bertampah 2 ekor sapi dan 6 ekor kambing. Alhamdulillah sesuatu yang perlu disyukuri.

Di masjid di lingkungan saya sendiri tadi pagi dipotong 3 ekor sapi dan 5 ekor kambing. Untuk dibagi sekitar 100 keluarga. Dengan proporsi ini tentu semua keluarga akan menikmati menu daging yang bisa dikata lebih dari cukup. 🙂

Pengumuman yang dibaca Pak Edhi kemudian yang saya ingat adalah informasi perolehan dana Infaq shalat Iedhul Fitri yaitu Rp. 10.994.300,- . Juga naik dari perolehan Infaq Iedul Fitri 1433 H : Rp 8.709.300,- . Perolehan Infaq Iedhul Adha 1434 H pada pagi tadi juga sudah dihitung dan dikabarnyan oleh Pak Edhi dengan perolehan: Rp 4.773.000.

Bila dinilai dari nominal perolehan infaqnya, angka-angka yang saya tuliskan ini tidak terlalu seberapa. Apalagi bila dibandingkan dengan perolehan di daerah perkotaan atau daerah lain yang berperekonomian bagus. Angka kenaikan per tahun di sini yang patut disyukuri. Arti perjuangan tiap rupiah yang diinfaqkan oleh muslim yang tinggal di pedesaan di Gunungkidul yang terkenal kering, tandus dan tiap musim kemarau seperti sekarang ini harus berjuang mendapatkan air bersih.

Shalat Ied Adha nya sendiri diimami oleh Bapak H Suhari tepat pada pukul 06:30 WIB dan dilanjutkan Khotbah Iedul Adha disampaikan oleh Bapak Mardiyo. Selesainya rangkaian shalat Ied para jamaah segera membubarkan diri. Ada yang langsung pulang ke rumah. Ada yang langsung ke tempat pemotongan hewan korban di masing-masing masjid di dusun masing-masing.

Alih-alih ini tulisan ke-6 tentang Iedul Adha yang saya posting di blog ini. Berarti blog ini setidaknya telah berusia 6 tahun.

Korban tahun sebelumnya:

Kurban Ibadah Sosial

Besok tanggal 10 dzulhijah. Semua muslim termasuk kami semua akan merayakan Hari Raya Iedhul Adha. Atau disebut juga hari Iedul Kurban. Karena pemotongan hewan kurban adalah rangkaian ibadah Iedul Adha bagi muslim yang mampu.

Sekarang, sehari sebelum kurban, banyak muslim yang menunaikan Puasa Arafah. Selamat berpuasa bagi yang sekarang sedang berpuasa Arafah. Di sini, di desa dimana saya tinggal, kebetulan beberapa hari terakhir ini merupakan panas-panasnya cuaca. Indikator cuaca yang terlihat di laptop saya menunjukan 32 derajat. Benar-benar hari yang panas melengkapi ujian puasa Arafah ini.

Ngomong-ngomong panas seperti ini belum ada apa-apanya ya dibanding di Arab Saudi sana, dimana orang-orang sedang menunaikan rangkaian ibadah hajinya. 🙂

Nah, sudah puasa, sudah panas begini, bukan berarti muslim di sini harus bersantai di rumah masing-masing. Yang tidak libur pastinya akan bekerja seperti biasa atau sekolah. Namun yang hari ini selo, mereka akan bekerja bakti biasanya di lingkungan masjid masing-masing. Untuk mempersiapkan tempat pemotongan hewan kurban. Jadi besok begitu selesai shalat Ied, hewan kurban bisa dipotong lebih cepat dan dagingnya bisa terbagikan sebelum tengah hari. Daging kurban bisa dijadikan menu makan siang untuk hari itu.

Enak. Apalagi kalau makan siang dengan lauk daging kurbannya beramai-ramai. Jadi lebih enak banget.

Di desa dimana saya tinggal, Hari Iedhul Adha adalah salah satu momen yang bagus mengumpulkan semua warga. Lebih dari mengumpulkan, namun semua warga, baik kaya atau yang belum kaya, baik para pinisepuhan maupun anak-anak semua berpartisipasi dengan caranya masing-masing. Seorang tokoh masyarakat yang biasanya enggan, pemotongan hewan kurban akan membuatnya tidak canggung-canggung memegangi bagian tubuh hewan yang sedang dipotong-potong. Termasuk ketika menbersihkan kotoran dari jerohan hewan kurban.

Daging kurban pun dibagi merata. Tidak memandang itu siapa. Pokoknya semua jamaah/semua warga sedusun harus merata. Orang-orang dari desa lain yang turut menonton pun harus mendapat pembagian daging kurban.

Hakikat Kurban yang membawa semangat berbagi pun saya rasakan sudah jauh lebih baik dibanding masa kecil saya dulu. Kalau dulu hanya menyembelih 2 atau 3 ekor kambing. Sekarang ini menyembelih beberapa sapi dan beberapa kambing. Makin tahun jumlah hewan kurban makin banyak. Jamaah pun mendapatkan lebih banyak pembagian daging kurban.

Makin banyak hewan yang dipotong pada hari Iedhul Adha jelas bagus. Namun menurut saya ada beberapa hal yang juga perlu dibaguskan. Misalnya, cara memotong hewan kurban yang syar’i dan baik, bagaimana cara memilih hewan kurban yang sehat terbebas cari cacing dan penyakit lainnya, cara memproses daging hewan yang higienis, termasuk cara mendistribusikan yang benar.

Terkait dengan cara pendistribusian saya masih ingat ketika pada jaman dulu daging kurban dibungkus dengan daun jati sebelum dibagikan. Sekarang ini ketika plastik dianggap lebih praktis, masyarakat memilih menggunakan kantong plastik. Namun mereka lupa bahwa kantong plastik berwarna hitam itu mempunyai potensi tidak higienis yang tinggi. Penggunaan kantong plastik kresek hitam ini sudah berlangsung lama sehingga menjadi kebiasaan yang sulit disadarkan, hehe

Happy Ied Mubarak 🙂