Para peserta bisnis ala sepatu kets @iskan_dahlan yg bagian dpn direksi Bank Indonesia Wilayah yogyakarta pic.twitter.com/o9PwibLPP4
— TDA Jogja Istimewa (@tdajogja) October 19, 2013
Yogyakarta, Sabtu, 19 Oktober 2013.
Bangsal Mataram Gedung Bank Indonesia Yogyakarta yang berkapasitas lebih dari 400 tempat duduk dipenuhi oleh antusiasme peserta acara seminar wirausaha yang diorganisir oleh @TDAKampus_jogja. Saking antusiasnya sampai saya lihat banyak peserta yang berdiri di belakang karena tidak kebagian kursi. Antusisme ini memang luar biasa. Istimewa karena Jogja, bukan? 😀 Bagi saya ini jauh lebih istimewa karena antusiasme itu terlihat dari hampir semua peserta seminarnya adalah mahasiswa-masiswa Joga dan sekitarnya.
Bagi saya antusiasme mahasiswa yang tinggi terhadap wirausaha, apalagi minat mereka untuk berwirausaha adalah kabar baik, berita yang bernada positif yang menarik untuk disebarkan, untuk saya tuliskan di blog ini, hehe. Agar antusisme dan optimisme itu sedikit banyak beresonansi, dan menyebar melenyapkan pesimisme yang saat ini menjadi masalah bangsa.
Minat mahasiswa untuk berwirausaha bagi saya merupakan suatu kemajuan tingkat pemikiran. Mahasiswa adalah orang-orang yang lebih beruntung mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Yang seharusnya mempunyai mindset setingkat lebih tinggi daripada lulusan SMK misalnya. Bila lulusan SMK berorientasi untuk mencari pekerjaan setelah lulus. Maka seorang lulusan perguruan tinggi harus lebih banyak yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan, dengan berwirausaha. Bukan sama-sama menjadi pencari kerja.
Pemikiran seperti ini setidaknya nampak ada pada 2 orang pemuda yang duduk di sebelah saya. Nanan, seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UGM yang bersamaan dengan mengerjakan skripsinya, ia tetap berbisnis tas dan berbisnis batik Pekalongan. Sama seperti halnya Arifin, pemuda asal Kulon Progo mahasiswa tingkat akhir Amikom Yogyakarta ini sudah memiliki bisnis Angkringan.
Saya sendiri merasa senang berkesempatan diundang (dalam kapasitas sebagai blogger) untuk menghadiri acara ini. Banyak yang saya dapatkan di sini. Mengenal Nanan, Arifin dan anak-anak muda enterpreneur yang lain adalah inspirasi terbesar bagi saya. Saya ingin tertular dengan semangat mereka, keberanian mereka membentuk masa depan.
Tentu ada banyak juga yang saya dapatkan dari pemateri acara. Dari Pak Dahlan misalnya yang berpendapat bahwa kesuksesan hanya bisa datang dari dua hal, yaitu keprihatinan/prihatin (1) dan takdir (2). Keprihatinan/prihatin ini sebenarnya istilah jawa. Mungkin bahasa Indonesia-nya adalah berjuang dulu atau bersakit-sakit dulu. Sedangkan untuk yang kedua, sukses karena takdir tidaklah perlu dibahas. 😀
Yuk tweeps dari peserta seminar yg maju kedpn ini mana yg bisnisnya plg kreatif @tdajogja pic.twitter.com/fNPP2dM45b
— TDA Jogja Istimewa (@tdajogja) October 19, 2013
Tidak kalah inspiratif adalah sesi sharing selanjutnya yang diisi oleh Mas Nanang Fahrurrozi (pemilik Rumah Warna) dan Mas Hanafi Rais (pemilik yayasan pendidikan Budi Mulia Dua). Silakan baca kompilasi sharing mereka dilini masa @TDAJogja dan @TDAKampus_Jogja. Tidak elok rasanya kalau twit-twit itu latah saya embed di sini. hehehe
Menurut Tangan Di Atas, definisi sukses adalah bisa memberi lebih banyak daripada meneri. Tangan di atas lebih mulia dari tangan yang meminta. Maka akan bagus bila Komunitas Tangan Di Atas terus berbagi inspirasi, berbagi semangat, berbagi optimisme dengan mengadakan acara-acara seperti ini. Undang lebih banyak wirausahawan untuk sharing. Buat lebih banyak kesempatan untuk menjalin relasi dan saling terkoneksi. 🙂
sebuah acara yang perlu terus disebarluaskan,
jika makin banyak tumbuh jiwa wirausaha pada mahasiswa tentu akan makin banyak calon2 pengusaha baru yang sangat penting buat kemajuan bangsa..
lebih baik memberi ya daripada menerima
kalo saya datang juga saat itu, disebut disini gak kira kira?
tentu saja :p