Dini hari tadi. Kira-kira pukul 02:00, sakit diare dan muntah-muntah yang diderita oleh ayah saya sejak beberapa hari yang lalu belum membaik. Khawatir dengan keadaanya saya dan keluarga membawanya ke Rumah Sakit Nur Rohmah.
Setelah dokter memeriksa kondisi tubuh ayah dan ngobrol-ngobrol dengan saya tentang riwayat sakit yang diderita ayah saya, saya dipersilakan menunggu untuk diberikan obat dan tagihan biaya pengobatan.
Tidak lama kemudian, di loket pengambilan obat sekaligus pembayaran tagihan, saya diberikan dua macam obat untuk ayah sekaligus dijelaskan aturan memakainya. Saya melihat-lihat obat yang diberikan kepada ayah saya.
Obat itu terdiri dari 2 strip obat. 1 Strip Domperidone dan 1 strip tablet Ambroxol. Domperidone masuk akal untuk mengobati diare. Akan tetapi Ambroxol? Ayah saya tidak sedang batuk.
Saya menanyakan tentang Ambroxol yang diberikan kepada Apoteker di Apotek Rumah Sakit. Kemudian dia mengganti dengan obat lain, yaitu Attapulgite 600mg+Pectin 50mg. Melihat muka saya yang ngantuk dan kecewa, bukannya meminta maaf, apoteker itu malah mengatakan kalau sebenarnya tidak salah obat, hanya menggantinya dengan dosis yang lebih baik.
Apa?????? Saya hampir marah dengan ketidakjujuran apoteker ini. Saya berusaha menahan diri untuk tidak ribut-ribut.
ย Apa si apoteker tidak mikir, kalau jaman sekarang tinggal ngetik jenis zat aktif dalam obat di google akan langsung ketahuan apa indikasi dari zat aktif dalam obat itu? ๐
(Masih) untung obat yang salah itu belum digunakan. Dan kesalahan terjadi pada obat yang bisa dilihat, dicek lagi. Coba kalau kesalahan ada di obat yang disuntikan. Mana bisa kita tahu jenis obat apa yang disuntikan oleh perawat. ๐ฆ
Menjumpai ketidaktelitian dalam proses penanganan pelayanan kesehatan di rumah sakit seperti ini membuat saya semakin paranoid saja.
Menyukai ini:
Suka Memuat...