Itu salah satu tweet keluhan saya akan mati listrik yang terjadi pada hari Minggu kemarin. Listrik mati sebenarnya bukan hal yang baru di daerah dimana saya tinggal. Sudah menjadi hal lumrah. Lumrah yang tidak mudah bisa saya terima. 🙂
Kematian listrik yang terjadi kemarin ini saya rasakan lebih dari biasanya. Ibu saya sedang sakit. Saya harus mengambil alih beberapa kerjaan yang biasanya diselesaikan secara otomatis oleh beliau. Mari kita lihat bagaimana kematian listrik itu mempengaruhi kehidupan keluarga saya.
Air. Kebetulan air ditampungan air menipis. Artinya saya harus menimba air dengan kerekan untuk mencuci piring, gelas, perkakas dapur, mencuci pakaian, mandi, memberi minum kambing dan sapi, dan lain-lain. Untungnya di sumur keluarga masih terpasang kerekan yang masih berfungsi. Bagus, sekaligus buat olah raga minggu.
Untuk menanak dan memanaskan nasi, lauk pauk dan air. Listrik mati membuat rice cooker dan warmer tidak berfungsi. Saya harus melakukannya di atas kompor. Apesnya, gas di dapur habis dan saya harus membeli dulu. Kayu bakar sebenarnya tersedia, akan tetapi karena hujan selama beberapa hari membuat kayu bakar basah dan susah dijadikan bahan perapian. Pernah suatu kali gara-gara mati listrik dan tidak ada orang di rumah, nasi di dalam warmer menjadi basi.
Setrikaan. Sebagai happy single saya banyak mengerjakan setrikaan sendiri. Lagi-lagi karena mati listrik, saya tidak bisa mengerjakan sampai listrik nyala lagi.
Laptop, Handphone, Komputer. Laptop dan Handphone tidak ada masalah karena paginya sudah saya charge. Masalahnya untuk terkoneksi ke internet. Modem dan wireless router tidak disambungkan ke battery backup. Kalau mau online solusinya menggunakan GSM/3G Modem.
Musik. Saya ingin menghangatkan diri di rumah dengan suara musik riang di hi-fi stereo deck. Kalau listrik mati begini tetapi masih mau mendengarkan musik, pilihanya dengan mencolok earpeace di telinga. 🙂
Ayah saya kemarin ingin merontokan padi dan biji jagung dari tongkolnya. Apadaya motor listrik yang mentenagai kedua alat perontok itu dengan absennya aliran PLN.
Akan ada banyak sekali bila semua masalah akibat mati listrik saya tulis satu-satu di sini. Perlu diketahui di pedesaan seperti di daerah dimana saya tinggal ini, PLN selalu punya alasan untuk tiap mati listrik. Entah itu ada pohon tumbang menimpa jaringan tegangan tinggi, perawatan jaringan, travo terbakar, ah sudahlah ….
Diomongin sampai panjang pun tidak akan ada pengaruhnya bagi perbaikan kualitas listrik PLN dalam waktu dekat. Haruskah saya membeli battery back up raksana, atau portable genset. Eh tapi sebentar lagi harga BBM resmi dinaikan pemerintah. Bagaimana kalau dengan Chemically Assisted Nuclear Reaction? 😀
Masalah listrik, deritanya tiada akhir. Tapi kenapa orang tidak jadi benci listrik kemudian meninggalkannya. Move on ke sumber energi yang lebih reliable. Anehnya juga ketika masalah listrik tidak kunjung ada solusi begini, saya masih bisa menghayal untuk membangun sebuah smart house. 😀
Saya sudah banyak menulis hal ini di blog ini. Eh harusnya saya memberikan link-link tulisan mati listrik saya terdahulu agar blog saya ini lebih SEO friendly. Tapi sudahlah …
Menyukai ini:
Suka Memuat...