Bila pada siang hari beberapa bulan yang lalu saya menikmati Nasi Bakar Tangkuban Perahu yang gurih dan tenggorokan saya disegarkan oleh siraman minuman ber-es di Madam Tan Wok Bar di jalan C Simanjuntak Yogyakarta (baca ceritanya di SINI), pada akhir pekan lalu untuk kedua kalinya saya ke Madam Tan Resto. Bedanya akhir pekan lalu saya tidak ke Wok Bar, tetapi ke Madam Tan Ristorante yang terletak di Hotel Aston Garden di Jalan Urip Sumoharjo 37, Yogyakarta.
Tentu saja di Madam Tan Ristorante saya tidak akan menemukan Nasi Bakar yang rasanya gurih banget itu dan masakan yang sangat Indonesia lainnya sebagaimana di Wok Bar yang di Jalan C Simanjuntak. Sesuai namanya Madam Tan Ristorante –ristorante merupakan kata dalam bahasa Italia yang berarti Restoran–, di sini akan tersedia semua jenis pizza dan pasta.

Sabtu, 17 Mei 2014, saya dan beberapa teman blogger dan onliner di Jogja memang diundang oleh Madam Tan Ristorante pada acara icip-Icip/food tasting. Acara icip-icip yang di selenggarakan di halaman yang luas di bawah tenda yang sangat besar itu dipandu secara langsung oleh seorang chef yang bertanggung jawab terhadap semua menu dan cita rasa di Madam Tan Ristorente. Adalah chef Fuuzi atau Muhammad Fuuzi, seorang pria yang sebelumnya berprofesi sebagai chef di Amerika ini yang kemudian membeberkan semua menu secara lengkap mulai dari ide, proses, bahan-bahan sampai suatu masakan tiba di meja penyajian.
Apabila menu makanan merupakan sebuah produk budaya, maka apa yang saya tangkap dari presentasi chef Fuuzi, Madam Tan Ristorente mengusung konsep akulturasi budaya, yaitu budaya Italia (dengan pizza dan pasta) dengan budaya (masakan) Indonesia. Beberapa menu yang diperkenalkan kepada kami adalah Pizza Rendang, Pizza Tuna Rica-Rica, Piza Semur, Roast Baby Chicken, Spaghetti Ayam Rica-Rica dan menu penutup Mango Tango.
Menurut chef Fuuzi semua menu di sini tidak hanya istimewa karena menggunakan topping dan taste Indonesia tetapi juga semua bahan-bahan yang digunakan semua berasal dari Indonesia. Istimewanya untuk memperkuat taste Indonesia, semua pizza di sini tidak dimasak menggunakan oven listrik atau oven berbahan bakar gas, kayu bakar oleh chef Fuuzi dipercayai memberikan keunikan rasa tersendiri. Keyakinan chef Fuuzi tetap menggunakan kayu bakar ini mengingatkan saya kepada nenek saya dulu yang selalu lebih suka ribet dalam memasak yang mana kayu bakar dibilangnya tidak tergantikan, memasak dengan kompor minyak/kompor gas tidak enak. Sedangkan untuk memasak spaghetti, chef Fuuzi mengawinkan 3 budaya (memasak) yang berbeda, yaitu budaya Itali dengan speghettinya, budaya Indonesia dengan kayu bakarnya dan budaya Cina dengan alat masaknya. Saya lupa apa nama alat memasak Cina yang sering kita lihat di TV sampai apinya masuk membakar.
Nah, setelah berdiri dan motret motret, semua peserta icip-icip dipersilakan kembali ke meja dan tempat duduk masing-masing.
Chicken Quesadillas

Ini merupakan makanan yang pertama kali dihidangkan, sebagai makanan pembuka. Begitu porsi Chicken Quesadillas sampai di meja saya, saya tertarik dengan penyajianya dengan taburan beberapa jenis sayur. Lapisan Quesadillas nampak tidak terlalu kering tetapi juga tidak nampak lembek. Kita saya mencicipi pertama kali, gurih yang pas terasa nyaman di lidah. Melumat dan menelannya pun terasa enak. Sayur-sayuran sebagai bagian dari Quesadillas ini memberikan tambahan rasa renyah ketika dikunyah-kunyah.
Spaghetti Ayam Rica-Rica
Menu kedua ini hadir dengan warna merah cabe yang menantang di atas mie yang warnanya kuning agak putih namun terkesan bersih dan mewah. Mulanya saya ragu apakah saya akan mencicipi Spaghetti Ayam Rica-Rica ini apa tidak. Saya sendiri memang cenderung menghindari makanan pedas karena lambung saya yang sensitif. Mie juga saya hindari mengingat maag saya juga tidak cukup ramah dengan mie.

Namun sejenak kemudian, nafsu menanggalkan kehati-hatian saya akan makanan. Pikir saya sekali-kali tidak apa. Saya pun segera mengambil garpu, memilin mie dan pelan-pelan menikmatinya dengan sedikit was-was. Sampai ketika saya sampai pada bagian yang berlumar saos merah saya merasa lega. Saos rica-rica ini tidak sepedas warnanya. Bahkan bisa dikatakan tidak pedas. Syukurlah aman.
Pizza Rendang, Pizza Tuna Rica-Rica dan Pizza Semur
Sebenarnya saya bukanlah penggemar Pizza. Saya bukanlah orang yang bisa menikmati makan pizza. Saya biasanya memesan Pizza hanya untuk menemani atau ‘nglegani‘ teman-teman.

Tetapi Pizza Rendang Madam Tan yang konon menggunakan resep dari chef Wiliam Wongso ini mengakomodasi lidah saya yang sangat njawani. Rasa gurih daging sapi dan rempah-rempah beresepkan Rendang dari Sumatra di atas roti pizza seolah menjadi penyesuai pizza dengan syaraf-syaraf lidah saya. Sementara Pizza Tuna Rica dan Pizza Semur saya tidak bisa mengomentarinya lebih banyak, yang jelas ketiga jenis pizza rasa Indonesia yang disajikan ke saya bisa habis tanpa sisa.
Yang jelas bila kelak ada teman-teman saya yang ingin mengajak makan pizza maka saya akan memilih yang di Madam Tan Ristorante. Terserah teman-teman saya mau memesan pizza yang seperti apa, yang jelas pizza rendang -lah yang akan saya pilih untuk diri saya sendiri. 😀
Roast Baby Chicken
Ngomong-ngomong, olahan daging ayam merupakan makanan yang paling sering saya pesan. Saya suka semua olahan ayam, baik itu masakan Jawa, Indonesia, Asia, Eropa maupun fast food macam KFC dan Mac D. Saya senang langsung senang ketika tahu salah satu yang dihidangkan untuk dicicipi adalah Roast Baby Chicken. Padahal apa tidak sudah kenyang coba dengan telah melahap Chicken Quesadillas, Spaghetti Ayam Rica, dan 3 jenis Pizza.

Roast Baby Chicken ala Madam Tan ini disajikan dalam presentasi yang sangat fotogenic. Jadi jangan heran bila saya malah sibuk memotret dengan ponsel alih-alih segera mencicipinya.
Roast Baby Chiken ini mempunyai rasa yang unik dengan saos seperti saos kacang yang kita jumpai ketika membeli sate ayam Madura. Tapi percayalah saos untuk Roast Baby Chicken Madam Tan ini mempunyai rasa yang berbeda. Ketika kamu menanyakan kepada Chef Fuuzi dibuat dari apa, rupanya chef Fuuzi tidak mau sedikit buka-buka rahasia dapurnya. Jangan menebak-nebak chef Fuuzi menggunakan minyak babi ya, semua makanan di Madam Tan itu 100% halal.
Karena menggunakan ayam yang memang muda, kata chef Fuuzi dengan ayam yang bobotnya kurang dari 500 gram per ekor membuat daging ayamnya terasa empuk, mudah dikunyah dan tidak mudah tertinggal di gigi. Ini penting bagi yang gigi nya tak rapi. 😀
Mango Tango
Sebagai dessert adalah Mango Tango. Dari namanya mudah ditebak makanan ini berbahan apa dan berbentuk seperti apa. Tapi bukan Madam Tan kalau tidak menyajikannya dalam presentasi yang fotogenik.

Sekali lagi karena perut saya tidak ramah dengan segala makanan asam, saya agak paranoid sebelum mencoba mencicipi Mango Tango yang aromanya saja langsung menembus dinding otak. Apa akhirnya tentu sekali lagi saya tidak bisa untuk menahan diri dari godaan Mango Tango. Untuk mengkonfirmasi enaknya Mango Tango ini.
***
Madam Tan Ristorante yang terletak di komplek Hotel Aston Garden yang beralamat di Jalan Urip Sumoharjo no 37 Yogyakarta tentu saja tidak hanya menawarkan ke-enam menu yang kami cicipi. Keenam menu di atas hanyalah sebagian yang kami cicipi sebagai menu baru.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai menu makanan dan minuman yang menjadi andalan Madam Tan Ristorante silakan langsung saja membuka halaman web http://madamtan.com atau mengikuti akun twitter dan instagram: @MadamTanResto
Sedikit kabar baik yang saya bocorkan di sini adalah bahwa semua makan enak dengan Italian style ini berharga sangat Jogja, cukup terjangkau untuk kantong orang kebanyakan, termasuk saya. Untuk menikmati satu loyang pizza topping daging rendang berdiameter 28 cm bisa didapatkan dengan harga kurang dari empat puluh ribu rupiah.
Menyukai ini:
Suka Memuat...