
Nasi Bakar Madam Tan

Es Madam Tan
- Foto diambil dari post di akun Google+ saya di sini.
Saya tidak tahu apakah jenis makanan dan minuman yang saya pesan pas. Dalam arti Nasi Bakar dan Es Campur itu merupakan perpaduan yang sesuai, match untuk dinikmati begitu. Entahlah.
Pertimbangan saya memesan Nasi Bakar dan Es Campur di Resto Madam Tan ini sangat sederhana. Nama Nasi Bakar Madam Tan dan Es Madam Tan seingat saya belum pernah saya baca dalam daftar menu di resto lain. Jadi saya penasaran mencobanya.
Perlu waktu sekitar 15 menit sampai Es Madam Tan ini sampai di meja saya dan perlu sekitar 30 menit untuk nasi bakarnya. Bagi saya 30 menit merupakan waktu yang cukup lama. Untungnya waktu itu saya sedang mengikuti acara ngobrol-ngobrol dengan Operator telco yang sedang mengadakan acara di resto itu.
Begitu nasi bakarnya sampai di meja, saya segera mengupas pembungkusnya yang terbuat dari daun pisang. Mengambil sendok untuk mencicipinya sedikit. Masih panas.
Bagaimana rasanya? Enak?
Menurut saya rasanya gurih. Ada isi cabe yang memberi rasa pedas (ya iyalah masak cabe berasa asin) dan daging yang memberi rasa guruh tertentu. Enak? Nah ini sebenarnya pertanyaan yang sulit saya jawab. Tapi kali ini saya jawab: enak, saja. Karena toh semua makanan bagi saya itu rasanya hanya ada dua. Enak dan enak banget.
Kok begitu, katanya mau me-review makanan, nasi bakar.
Nah ini, makanya dalam judul posting ini saya menggunakan kalimat pertanyaan “bagaimana?” karena saya memang bukan penikmat makanan/kuliner. Resto ini tidak melampirkan spesification sheet untuk nasi bakar dan minuman yang dijualnya. Yang mana spec sheet adalah sesuatu yang akan saya baca pertama kali begitu saya akan me-review gadget baru, haha.
Kembali ke Nasi Bakar Madam Tan. Melihat piring penyajiannya, selain ada nasi bakar berbungkus daun pisang yang menurut saya enak dan gurih. Ada setusuk daging, yang setelah saya gigit berasa daging sapi. Nah, daging sapi ini rasanya juga gurih, tidak berbau tajam. Potongan dagingnya bagus sehingga nyaman digigit. Seratnya tidak mudah tertinggal di sela gigi saya yang tidak rapi. Sementara di mangkuk terlihat ada kuah dengan beberapa butir baso. Menurut saya rasanya seperti baso juga. Namun kuahnya terasa lebih netral dan segar di tenggorokan.
Ternyata susah ya me-review makanan. Bagi saya me-review makanan jauh lebih susah dari me-review gadget baru. Ngomong-ngomong tentang memilih makanan dan tempat makan, saya akan memilih tempat makan yang ruangannya luas, tidak crowded dan tempatnya rapi. Sehingga saya bisa bernafas lega. Saya juga akan memilih tempat makan yang bebas rokok.
Itu saja, kalau makanannya apa saja yang penting rumah makanya cukup meyakinkan saya bahwa semua makannya aman bagi kesehatan tubuh saya yang sensitif.
Yuuk. Siapa yang mau ngajarin saya me-review makanan (termasuk menraktir makanan-makanan yang akan di-review? hihi
“makanannya apa saja yg penting rumah”,
maksute opo yo? kalo harga disana range berapa?
kamu mengutipnya terpotong, yang penting rumah makannya.. hihi
ups, sorry. disitu “makanya”, jd kupikir sudah masuk di klausa selanjutnya.
pertanyaan berikutnya blm om
ups, sorry. disitu “makanya”, jd kupikir sudah masuk di klausa selanjutnya.
pertanyaan berikutnya blm om
aku kemarin juga ngga baca daftar harga. karena toh yang membayar bukan aku, hihi
hehehe bagus lagi kalo review tempet makan lebih lengkap lebih baik. lokasi, menu+harga,
Paling enak maem neng omah mas…karo ntn tv.hehehe
kalo review makanan sih biasanya aku males komentar banyak mas, biarin aja imajinasi orang bermain dengan rasanya begitu melihat foto yang dipajang. Kalo berdasarkan foto yang dirimu pajang aku pikir nasi bakarnya udah enak banget dan es nya pasti juga manis banget dan segar… nyaaam
Terkadang poto menipu,tidak sesuai rasanya.
wuiihhh…enak kiye, marai ngiler. wes biarin aja mas, reviewne sampean wis apik, marai kepengin lah pokokmen 😀 😀
Aku juga gitu Mas. Suka tempat makan yang lapang dan bersih..Tapi kalau makanannya gak enak juga percuma sih..
mas….kayaknya enak…boleh donk aq ditraktir disitu :p
Kalau saya sih mau tanya sama chef atau ownernya, sedikit bocoran soal inggredients menu unggulannya. Misalnya bahannya ayam bakarnya dapet dari peternakan sendiri atau dari luar. Terus mungkin ada filosofinya, siapa tau ada story behind the food 🙂 Tapiiii setiap orang kan punya sudut pandang berbeda. Lihat fotonya aja saya udah ngiler. 😛
Coba belajar masak dulu supaya tahu mereview makanan.
Apa nasinya cukup tanak dan pulen. Apa ada bumbu yang dominan rasanya misal jahe, kencur atau bawang. Apa perpaduan bumbu dan garam pas. Apa dagingnya cukup empuk. Apa bumbu di daging berasa. Apa kuahnya cukup sedap bukan kaldu sintetis, bumbunya pas. Apa baksonya berasa daging bukan kanji… dst…
tempat sama harganya jangan lupa mas Jarwadi 😉
setuju, klo ngerivew makanan itu susah.. kayaknya kudu ngerti rasa, bumbu, bahan makanan, dll >_<
tidak bisa di pungkiri memang jiwa tekno, hehehehe…
tapi kayaknya makyus tuh
Nasi Bakar Madam Tan dan Es Madam Tan? Wah perpaduan yang Unik juga. Kalau saya sih me REVEIW makanan bebas aja. Tidak ada aturan BAKU Mengalir aja bercerita apa adanya. Seperti ALA CHEF atau Kulinernya Mas Bondan Winarno Maknyus. Bebas bebas aja kok. BErceritalah apa adanya,. RUNUT seperti orang bertutur kata. Nanti para pembaca akan HANYUT seolah olah ikut terlibat di dalamnya. Trust me. It works
di Aceh nggak ada nasi bakar… jadi kepingin…
Di mana itu Madam Tan? @.@
Aku pun kalau review makanan isine enak atau enggak doang 😛
Ping balik: Madam Tan Ristorante, Italian Feast with Indonesian Twist | Menuliskan Sebelum Terlupakan