Kenyataan menyakitkan bagi seorang pelari marathon adalah cidera atau sakit menjelang perlombaan penting yang sudah direncanakan sejak jauh – jauh hari.
Kali ini saya sedang mengalami kenyataan pahit ini. Kurang dari sebulan menjelang satu – satunya lomba marathon yang akan saya ikuti tahun ini saya mengalami cidera.
Saat ini saya menulis blogpost ini dengan gundah akan bisakah saya mengikuti Jakarta Marathon 2019 pada tanggal 27 Oktober ini. Saya bimbang akankah saya membatalkan diri mengikuti event yang sudah saya persiapkan bahkan sampai tiket perjalanan ke Jakarta.
Mulanya saya mengira cidera yang saya dapatkan setelah mengikuti lomba lari 5K di event UGM Febulous Run ini hanya muscle strain biasa yang biasanya akan sembuh dalam beberapa hari.
Toh minggu berikutnya saya masih bisa menjalankan rangkaian persiapan lomba berupa race pace training di Gunungkidul sejauh 24 km dengan baik. Hanya saja cidera saya kemudian menjadi parah ketika saya berusaha melakukan 15 menit balke test untuk menyusun program latihan pacer Borobudur Marathon 2019.
Cidera itu saya rasakan semakin parah ketika akhir pekan lalu saya ikut jogging 5K dalam rangkaian Launching Race Jersey, Finisher Tee dan Medal Borobudur Marathon 2019 di Plataran Heritage Hotel and Convention Center Kab. Magelang.
Tahu kondisi cidera yang kurang baik, usai dari Magelang saya langsung menuju klinik fisio terapi di Jogja. Hari Minggu yang kurang menguntungkan bagi saya, Jogja Sport Clinic dan Jogja Orthopaedic Sport Clinic yang saya tuju tutup.
Sebagai alternatif saya menuju ke klinik rehabilitasi cidera olahraga di Plaza Universitas Negeri Yogyakarta. Saya perlu menunggu lebih dari 2 jam mengantri untuk mendapatkan penanganan. Menurut terapis di klinik ini bagian otot kaki kiri saya ada yang bergeser. Menurut terapis bisa jadi cidera saya disebabkan oleh over use atau kurangnya pendinginan/peregangan setelah berlatih lari.
Masih oleh terapis di Plaza UNY saya disarankan untuk istirahat/tidak berolah raga setidaknya selama 5 hari. Dan untuk membantu perbaikan muscle tear/muscles strain di sekitar paha saya disarankan untuk mengoleskan Thrombo pop Gel.
Hampir 5 hari beristirahat rasa sakit di paha kiri saya berkurang. Itu bila digunakan untuk diam atau aktivitas yang ringan. Paha kiri saya tetap sangat nyeri ketika saya mencoba berlari dalam beberapa jangkah saja.
Ingin mendapatkan perawatan dan penanganan yang lebih baik karena saya sebisa mungkin harus kembali berlatih baik untuk perlombaan di Jakarta Marathon maupun sebagai Pacer di Borobudur Marathon, Kamis, 10/10/2019 saya berkungkung ke Jogja Orthopadeic Sport Clinic sesuai dengan rekomendasi teman-teman.
Terapis di JOSC pertama-tama melakukan pemeriksaan dan assesment mengenai kekuatan kaki kiri saya terutama area paha. Dari hasil pemeriksaan terapis, paha kiri saya yang sakit hanya disebabkan oleh muscles tears atau strain.
Threatment yang diberikan adalah terapi dengan alat frekuensi ultrasonic, terapi dengan sinar infrared, dan terapi dengan kejutan sinyal-sinyal listrik. Pada akhir penanganan oleh terapis saya diajarkan dan dilatih beberapa latihan penguatan paha.
Kunjungan saya ke Jogja Orthopadeic Sport Clinic bagi saya belum cukup menjawab akan cidera apa yang sebenarnya saya alami.
Berbagai kata kunci yang saya ketikkan di mesin pencarian Google tidak serta merta mengarahkan kepada informasi yang relevan dengan ciri – ciri dan gejala cidera paha yang saya alami.
Sampai ketika saya mengetikkan kata kunci “thigh muscle pain” saya menemukan sebuah gambar yang menarik perhatian. Gambar itu menarik karena ada teks “Sartorius Muscle” yang dikotaki warna merah.
Akan tetapi setelah kata kunci ini, “Sartorius Muscle” saya ketikkan di mesin pencarian Google, menurut pemahaman saya tidak sedikitpun relevan dengan gelaja dan ciri – ciri cidera yang saya alami.
Saya sekali lagi memperhatikan anatomi paha pada gambar tersebut. Ada satu lagi yang menarik perhatian saya, yaitu bagian “Vastus Medialis Muscle”.
Saya pun mulai membandingkan antara gambar anatomi paha tersebut dengan meraba dan memijat bagian-bagian di paha saya. Saya terkejut ketika mendapatkan sumber rasa sakit paha saya ada di apa yang disebut: Vastus Medialis Muscle.
Sampai di sini saya merasa mendapat hidayah ketika pencarian dengan mesin Google menemukan banyak pembahasan mengenai cidera otot Vastus Medialis atau yang kemudian saya tahu populer disebut sebagai VMO, Vastus Medialis Oblique.
Gejala mengenai cidera otot VMO yang banyak dibahas persis seperti yang saya rasakan. Misalnya tentang rasa nyeri yang menjadi – jadi ketika melakukan penapakan dengan ujung kaki/fore foot, rasa nyeri ketika kaki melakukan pronasi, dan lain – lain.
Semakin yakin bahwa cidera yang saya alami adalah Vastus Medialis Oblique, saya pun mengerucutkan pencarian di mesin Google dengan kata kunci ini dengan beberapa variannya. Misalnya saya mengetikkan: vastus medialis pain, vastus medialis stabbing pain, vastus medialis treatment, vastus medialis excercise dan sejenisnya. Saya pun mengetikkan tidak hanya di Google. Penelusuran di Youtube pun menghasilkan banyak sekali video yang meyakinkan.
Salah satu bacaan bagus mengenai Vastus Medialis ada di halaman Study(dot)com di tautan ini: https://study.com/academy/lesson/vastus-medialis-muscle-pain-injury.html . Sayangnya untuk membaca keseluruhan artikel di halaman ini kita harus membayar biaya keanggotaan.
Artikel lain yang membahas tentang penanganan dan latihan penguatan Vastus Medialis bisa dibaca di halaman ini:
https://www.healthline.com/health/fitness-exercise/vastus-medialis-exercises (gratis)
https://www.sportsinjuryclinic.net/rehabilitation-exercises/knee-hamstring-thigh-exercises/vmo-rehab
Tutorial untuk latihan penguatan otot vastus medialis dalam bentuk video bisa ditonton di:
Saya pun mulai mempraktekkan latihan VMO sthrengthening ini secara bertahab, baik set maupun repetisinya. Saya melakukan latihan ini tidak setiap hari. Saya melakukannya 2 – 3 hari sekali.
Hasilnya saya merasakan peningkatan pemulihan yang signifikan sehingga menjelang hari H Jakarta Marathon 2019 saya sudah cukup percaya diri. Saya pun meskipun tahu belum pulih betul dari cidera VMO dan masa pemulihan dari sakit tipes 2 pekan sebelumnya memutuskan untuk berlomba Marathon.
Memang setelah berlomba di Jakarta Marathon kaki saya yang belum sepenuhnya pulih dari cidera Vestus Medialis Obligue akhirnya kambuh. Saya saat ini menunggu proses pemulihan dengan harap-harap cemas karena pada tanggal 17 November 2019 saya bertugas sebagai Pacer Half Marathon sub 2.00.00.
Ping balik: Race Review: Jakarta Marathon 2019 Menjadi Versi Marathon Terbaik Ibukota – Gadget, Running & Travelling Light