Happy Birtday!

Banyak orang menuliskan kata – kata penyemangat bernada optimis di setiap pergantian tahun. Dan banyak orang memberikan ucapan doa harapan pada angka perhitungan  tahun usia yang baru, pada ulang tahun kita, teman dan kerabat. Perayaan pun dibuat bermacam ragamnya yang pada umumnya merupakan visualisasi dari optimisme.

Optimisme menyambut tahun baru dan ungkapan rasa syukur pada ulang tahun itu saya pikir bagus juga. Coba bayangkan, jika baru memulai saja sudah pesimis.

“Happy Birtday and Happy New Year 2010”

Selamat Ulang tahun kepada Perhitungan Tahun Masehi dan Mari  kita sambut kehadiran 2010. Semoga segala harapan, cita – cita dan resolusi menemukan jalan menuju tujuan.

[Optimisme saya hari ini terbukti dengan menulis tiga posting sekaligus sambil hitung hitung meredakan sakit kepala yang sedang mendera]

Merk Cina identik dengan Kualitas Abal – Abal?

Kemarin, status facebook yang ditulis teman saya membuat diri ketawa tawa seorangan. Di status facebooknya dia menuliskan kata – kata penyesalan karena telah dua kali membeli ponsel  bermerk Cina. Dalam waktu tidak lama kedua ponselnya ngambek, rusak. Harapan sahabat itu pasti ingin membeli produk yang tidak mudah rusak, awet, tahan banting, tahan lama, canggih, modis, tetapi dengan harga yang murah terjangkau.

Seperti yang sudah diketahui khalayak, produk bermerk Cina, baik itu produk Otomotif, Elektronik, Perkakas dan lain lain termasuk mur-baut sudah dikenal murah, dan menyandang predikat kualitas murahan. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa jembatan Suramadu yang menjadi mega proyek kebanggaan banggsa itu produk berharga murah dengan kualitas murahan karena dikerjakan kontraktor asal Cina.

Mengatakan bahwa produk bermerek Cina berkualias abal abal tidaklah sama arti dengan mengatakan bahwa bangsa Cina tidak bisa membuat produk yang bermutu. Andai melihat dengan jeli, mungkin gadget kesayangan kita yang ada stempel Sony Ericsson atau Nokia pun ada embel emebel “Made in China” –nya. Saya tidak tahu apakah produk BlackBerry atau Apple iphone ada keterlibatan bangsa Cina atau tidak dalam lini produksi mereka. Tetapi  percayalah bahwa ada banyak produk bermerek papan atas di dunia yang di lini produksinya terlibat campur tangan bangsa bermata sipit negeri Jacky Chan itu. Baca lebih lanjut

Flash disk PROLiNK palsukah?

Hari ini saya dibuat pusing oleh sebuah Flash disk bermerk PROLiNK dengan kapasitas 4 GB. Flashdisk ini dapat mudah dikenali baik di Windows maupun di ubuntu 9.10. File file nya pun dapat terbaca oleh File Manager. Pada flash ini sudah terdapat beberapa folder dan file yang bisa dilihat.

Masalahnya flash disk ini tidak dapat ditulisi. Saya tidak bisa menuliskan maupun menghapus data. Saya mencoba menformat flask disk ini. Baik menggunakan ubuntu maupun Windows 7, hasilnya sama sama gagal. Bahkan saya sudah mendownload beberapa utility. Hasilnyapun tetap nihil. Utility yang dikeluarkan HP mengatakan bahwa flashdisk ini write-protected, padahal saya pelotohi diseluruh tubuh flash ini tidak ada tombol write protect.

Saya googling, dengan kata kunci “prolink 4 gb flashdisk”. Anehnya google tidak mengenali flash disk keluaran prolink ini. Website official Prolink juga tidak menunjukan adanya produk ini. Saya mulai curiga dengan keaslian produk ini. Di ubuntu saya mencoba mengetahui jenis hardware ini dengan mengetik “lsusb”. Ubuntu mengenali sebagai “Transcend Flash Drive” . loh

Nah berbekal, dengan kata kunci yang baru ini, saya mendapatkan hasil pencarian google yang lebih relevan, sayangnya sampai saat ini belum mendapatkan solusi yang cespleng untuk membuat flash disk ini dapat digunakan lagi.

Saya sudah menghabiskan berjam jam hanya untuk mengurusi flashdisk seharga 125 ribu. Suatu pengorbanan untuk rasa ingin tahu. 😀

Kabar Duka, MbahAtemo Meninggal

Hari ini jumlah penduduk dusun Karangmojo B telah berkurang satu. Siang nanti jenazah Mbah Atemo Bodil akan dikebumikan di pemakaman umum Tungu. Beliau meninggal dunia di rumah duka, meninggalkan istri tercinta, anak – anak dan cucu terkasih pada kira – kira pukul 16:00 WIB kemarin sore.

Semoga beliau diterima disisi Allah SWT serta semua kebajikannya diperhitungkan sebagai amal shaleh serta mendapatkan pengampunan dan pembebasan dari khilaf yang mungkin pernah diperbuat. Amiin.

“Mana Mungkin Kamu ada Duit buat Bayar?”

Tampang memelas, tidak meyakinkan dan sedikit baby face yang melekat pada diri ini bisa di bilang kutukan. Saya seringkali harus melakukan usaha ekstra untuk mengatasi hal ini. Sekaligus, itu merupakan featur unik yang membawa berkah. Gara – gara tampang yang memberi rangsangan kuat  pada kelenjar empati orang – orang disekitar, saya sering menuai makan – makan gratis. Mungkin mereka merasa iba.

Fried Lobster

Fried Lobster

“Jar Mana Mungkin kamu ada duit buat bayar makan siang ini”, saya tebak seperti itu yang kepikiran di kepala Emi, temen saya yang baru saja datang dari Jakarta.

Hot Spot-an di Tempe Penyet Maharani - Timoho Yogyakarta

Ini ketika kami istirahat di Tempe Penyet Maharani Timoho Yogyakarta. Semua tagihan di bayar lunas oleh Pak Dizzman.

Wah, kalau semua foto makan gratis saya taruh disini, posting ini akan sepanjang jalan. Jadi semoga semua yang membayar makan makan dan traktiran untuk saya, semoga menjadi amal baik anda sekalian. Jangan bosan mentraktir dan saya tunggu traktiran berikutnya.

Meniru Manusia dengan Wisata

Enjoy Coco at Kukup Beach

Enjoy Coco at Kukup Beach

Biasanya, pada musim liburan,  orang – orang suka mengunggah foto – foto wisata di situs jejaring sosial dan photo sharing. Hal ini sudah saya amati sejak beberapa musim liburan yang lalu. Maka biar saya dianggap sebagai manusia beneran, saya juga mengunggah foto foto di internet; hehehe.

Kukup : Panorama V

Kukup : Panorama V

Apakah saya bisa disebut manusia beneran setelah bisa meniru dan bergaya seperti manusia? Foto – foto ini, saya ambil di Pantai Kukup Gunungkidul Indonesia.

Klik untuk beberapa foto lainnya :

http://www.flickr.com/photos/40202322@N04/sets/72157623090128780/

Memulai Jogging (lagi) #bukasemangatbaru

Selonjoran after Jogging

Selonjoran after Jogging

Sudah hampir satu tahun saya meninggalkan kebiasaan memenuhi kebutuhan jasmani agar senantiasa bugar dengan jogging satu sampai dua kali per minggu. Selama ini selalu saja ada alasan untuk tidak menunaikan apa yang dulu saya sebut dengan ‘sunday morning ritual’. Padahal dulunya, ajakan kencan dari siapapun pasti saya tolak demi pemenuhan ritual di minggu pagi, melintasi 4 km jalan arah paliyan yang masih hijau dengan udara segar yang belum terlalu banyak terkontaminasi.

Bisa dibilang, Jum’at kemarin adalah momentum untuk saya. Momentum dimana saya menjadi pemenang dalam konspirasi melawan kemalasan dan nyamannya tempat tidur di hari dini.

Mengencangkan tali ‘tekad’ sepatu sekali lagi, dan berlari. Menikmati rasa tubuh bermandi keringat dan nafas terengah engah menempuh sebagian jalanan yang mendaki dan hembusan nafas melega ketika jalanan melandai dan menurun. Suatu cita rasa menyegarkan yang nyaris terlupakan.

Selonjoran sebagai relaksasi setelah berlari, meneguk segar air mineral dan menghirup udara pagi di alam terbuka yang bersih. Menghirup semangat baru #bukasemangatbaru

Traditional Market (Paliyan)

Traditional Market (Paliyan)

Foto diatas kelihatan OOT, memang disengaja. Setelah tubuh terasa segar setelah jogging dan berkeringat, otak dan jiwa pun perlu penyegaran. Pasar tradisional, Pasar Paliyan merupakan keindahan dan kekhasan tersendiri untuk saya.

Google Chrome Belum diperhitungkan

Meski saya terpesona dengan kecepatan rendering Google Chrome Beta yang tanpil lengkap dengan kesederhanaannya, ternyata, bukan berarti membuat orang – orang serta merta berbondong bondong menggunakannya. Bahkan statcounter masih belum menganggapnya layak untuk diperbandingkan dalam sebuat statistik penggunaan perangkat lunak perambah laman ini.

Web Browser Stat in Indo

Web Browser Stat in Indo

Global Web Browser Stat.

Global Web Browser Stat.

FireFox masih tetap leading meski saya sudah jarang menggunakan 😀

PS : Silahkan Klik pada gambar /grafik untuk melihat gambar dalam ukuran sebenarnya

Secangkir Kopi di Balik Jendala (Andai)

Menyaksikan hujan turun membasahi tanah dan dedaunan di pekarangan dari balik jendela, bagi saya merupakan pemandangan yang menentramkan sekaligus aroma harapan. Apalagi bila diperlengkap dengan aroma kopi hitam yang tidak terlalu dikhianati oleh manis gula. Secangkir saja.  Menyeruput kopi panas kental hitam itu sambil sesekali menengok status, komentar dan feed di facebook, membalas chat, dan kadang men tweet akan apa yang bagi saya menarik.

Ahhh, sudahlah, tidak usah terlalu menghayal. Saat ini perut tidak akan sedikitpun mau berkompromi dengan kopi. Sedikit saja ingkar janji, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama, maag akan segera mendemo, iri dengan kenikmatan sekejap yang baru dikecap. Internet?

Lihat berapa tenaga yang masih tersisa di baterai, mungkin tidak akan beberapa lama lagi. Tidak ada yang perlu dipertanyakan dan dipertentangkan dengan keberadaan listrik PLN yang byar pet. Meski bagaimanapun, tetap nikmatilah dari balik jendela selama waktu masih menyisakan sempat (halaah)

Kecele dan Sepele

Kata “kecele” menarik perhatian saya ketika diucapkan berkali kali oleh Khotib  pada suatu Khotbah Jum’at yang saya ikuti di Masjid Al Mutaqin dusun Karangmojo A pada beberapa hari yang lalu. Tepatnya hampir seminggu yang lalu, karena besok sudah hari jum’at lagi. Bapak Tukirman, pada khotbah yang disampaikan dalam bahasa Jawa itu, beberapa kali menggunakan kata “kecele” untuk menjelaskan akibat dari apa yang saat ini orang – orang kerjakan untuk meraih banyak hal tetapi pada akhirnya (mungkin maksudnya di akherat kelak) tidak benar – benar mendapatkan apa yang berguna dan memberi manfaat bagi mereka. Orang – orang yang kecele ini adalah orang – orang yang mencari selain apa yang ditunjukan dalam ajaran agama. Dan atau adalah mereka yang meniti jalan selain yang dituntunkan oleh Rasulullah.

Alih  – alih membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring karena ingin lebih mengerti  tentang arti kata “kecele”. Kata “kecele” juga merupakan bagian dari perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia. Yang dijelaskan demikian, ke·ce·le /kecelé/ a cak dl keadaan tidak mendapat (menemukan, memperoleh) apa yg diharapkan (diduga, dicari, dsb): penonton — krn setelah menunggu lama sekali, ternyata pertunjukan dibatalkan.

Sedangkan kata “sepele” dijelaskan dengan se·pe·le /sepélé/ a remeh; enteng; tidak penting: masalah –; banyak penduduk yg menganggap — thd KTP; me·nye·pe·le·kan v menganggap sepele: kita tidak boleh – masalah yg penting itu.

Loh kemudian apa hubungan antara kata “kecele” dan “sepele” yang saya gunakan sebagai judul posting ini? 🙂

Ingin memerika arti kata dalam bahasa Indonesia? Silahkan klik pranala dibawah ini :

http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php