Osteoporosis secara harfiah diterjemahkan sebagai kondisi tulang yang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang dalam jangka waktu yang lama.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Departemen Kesehatan RI pada 2005 meluncurkan hasil analisa data risiko Osteoporosis yang dilakukan di 16 wilayah di Indonesia.
Analisa itu menunjukkan prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) mencapai 41,7% dan prevalensi osteoporosis mencapai 10,3%. Hal ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis, yang mana 41,2% dari keseluruhan sampel berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia.
Singkat kata risiko pengeroposan tulang atau osteoporosis tidak hanya ancaman bagi para lansia, melainkan juga bagi generasi berusia produktif seperti kita.
Memang sebagai penggiat olahraga lari kita diuntungkan dengan aktivitas fisik dan latihan beban yang sudah kita lakukan secara rutin. Aktivitas latihan yang terbukti membantu memperlambat penurunan kepadatan tulang seiring bertambahnya usia. Namun demikian tetap saja kita harus mewaspadai sejumlah penyebab ostoeporosis yang lain seperti: diet yang buruk, gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, dan kecenderungan genetik.
Paul Chamberlain, Nutrition and Education Director di Solgar, mengatakan pentingnya makan dengan diet yang tepat untuk mencegah osteoporosis di usia tua: Nutrisi yang buruk adalah faktor utama dalam peningkatan risiko terkena osteoporosis.
Berikut ini adalah nutrisi utama yang dianjurkan oleh Paul Chamberlain agar terhindar dari peningkatan resiko osteoporosis :
1/ Kalsium
Kalsium sangat penting karena tubuh membutuhkan kalsium untuk banyak sekali proses, termasuk dibutuhkan oleh fungsi sitem syaraf. Ini berarti bahwa ketika tubuh mengalami kekurangan protein, tubuh akan mengambil kalsium dari tulang kita.

Chamberlain menjelaskan, bila asupan makanan kekurangan kalsium maka tubuh akan melepaskan hormon yang akan menstimulasi apa yang disebut rearsorbsi kalsium dari tulang –memecah tulang untuk melepaskan kembali ke sistem peredaran darah untuk menjaga apa yang disebut: calcium homoeostasis. Baca lebih lanjut →
Menyukai ini:
Suka Memuat...