Sudah hampir satu tahun saya meninggalkan kebiasaan memenuhi kebutuhan jasmani agar senantiasa bugar dengan jogging satu sampai dua kali per minggu. Selama ini selalu saja ada alasan untuk tidak menunaikan apa yang dulu saya sebut dengan ‘sunday morning ritual’. Padahal dulunya, ajakan kencan dari siapapun pasti saya tolak demi pemenuhan ritual di minggu pagi, melintasi 4 km jalan arah paliyan yang masih hijau dengan udara segar yang belum terlalu banyak terkontaminasi.
Bisa dibilang, Jum’at kemarin adalah momentum untuk saya. Momentum dimana saya menjadi pemenang dalam konspirasi melawan kemalasan dan nyamannya tempat tidur di hari dini.
Mengencangkan tali ‘tekad’ sepatu sekali lagi, dan berlari. Menikmati rasa tubuh bermandi keringat dan nafas terengah engah menempuh sebagian jalanan yang mendaki dan hembusan nafas melega ketika jalanan melandai dan menurun. Suatu cita rasa menyegarkan yang nyaris terlupakan.
Selonjoran sebagai relaksasi setelah berlari, meneguk segar air mineral dan menghirup udara pagi di alam terbuka yang bersih. Menghirup semangat baru #bukasemangatbaru
Foto diatas kelihatan OOT, memang disengaja. Setelah tubuh terasa segar setelah jogging dan berkeringat, otak dan jiwa pun perlu penyegaran. Pasar tradisional, Pasar Paliyan merupakan keindahan dan kekhasan tersendiri untuk saya.
Masih seperti dulu ya ….
iya mas, banyak hal yang masih terjaga
mas Jar, opo isih ono wong dodol jajanan pasar koyoto : puli, meniran, gethuk goreng, dawet, cemplon dll, marake kangen nek ndelok suasana pasar kelingan dek isih indhil-indhil biyen
wahhhhh, itu masih ada, kalau saya naik kol bertepatan hari pasaran, saya sering berbarengan dengan simbok simbok yang sudah sepuh yang akan berjualan jajan pasar, kalau ingat, mungkin gambarannya mirip dengan mbah lali, yang terkenal itu