CTC Night Trail Ultra 2019 Hadir Lagi Tawarkan Trail Race Run Bercita Rasa Jogja

“Apakah di sepanjang rute CTC ini aman?” tanya seorang kawan saya ketika akan mengikuti CTC Night Ultra 2017.

Ketika saya menjawab aman, teman saya berusaha meyakinkan dengan mempertegas pertanyaannya lagi. Rupanya yang dimaksud aman bukanlah tidak adanya ancaman orang – orang jahat, melainkan aman dari penampakan makhluk ghoib.

“Seingat saya mulai pertama kali event ini digelar sampai sekarang belum pernah mendengar kabar ada pelari yang kesurupan atau pernah dijumpai makhluk halus. Bila ternyata besok (pada CTC Night Ultra 2017) ada yang disambangi dedemit berarti itu akan menjadi yang pertama kali 😀 “. Begitu saya menambahkan sambil berkelakar.

Baca lebih lanjut

Jadwal Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) di Gunungkidul

Semarak Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 2014 telah berlangsung sekitar satu bulan terakhir. Even kebudayaan yang dihelat setahun sekali ini digelar di banyak tempat di kota Yogyakarta dan sekitarnya. Jogja yang dikenal sebagai kota budaya tentu saja menampilkan produk kreatifitas terbaiknya pada acara festival seperti ini. Banyak pentas dan pertunjukan yang bagi saya sangat menarik. Hanya saja karena tempat pertunjukannya jauh dari rumah tinggal saya membuat tidak memungkinkan bagi saya untuk menonton semua event dalam rangkaian acara FKY ini.

Beruntung event Festival Kesenian Yogyakarta itu juga digelar di Gunungkidul, di kota Wonosari, tepatnya di bekas terminal lama yang terletak di desa Baleharjo. Event FKY diselenggarakan juga di Gunungkidul ini baru saya ketahui siang tadi ketika ada pemasangan jadwal FKY di pertigaan Siyono.

Berikut ini adalah Jadwal Festival Kesenian Yogyakarta di Gunungkidul:

1. Rabu, 3 September 2014

  • Jam 11:00 – 15:00 WIB – Kirab Budaya yang diikuti 18 kesenian unggulan yang mewakili 18 kecamatan se-Gunungkidul
  • Jam 15:00 – 17:00 WIB – Upacara Pembukaan dan Tarian Jathilan Kolosal
  • Jam 19:30 – 21:00 WIB – Pentas Seni Reguler: Gelar Sanggar Tari
  • Jam 21:00 – 23:00 WIB – Pentas Campursari SRGK – Dhimas Tedjo Blangkon Gunungkidul

2. Kamis, 4 September 2014

  • Jam 15:00 – 17:00 WIB – Pentas Reog dan Jathilan
  • Jam 19:30 – 21:30 WIB – Pentas Seni Reguler: Parade Kesenian Anak
  • Jam 21:30 – 02:00 WIB – Wayang Kolaborasi PEPADI Gunungkidul

3. Jum’at, 5 September 2014

  • Jam 15:00 – 17:00 WIB – Pentas Reog dan Jathilan
  • Jam 19:30 – 23:00 WIB – Pentas Seni Reguler: Parade Band

4. Sabtu, 6 September 2014

  • Jam 15:00 – 16:00 WIB – Pentas Reog dan Jathilan
  • Jam 19:30 – 21:00 WIB – Pentas Seni Reguler: Gelar Sanggar Tari
  • Jam 21:00 – 23:00 WIB – Sendratari Ramayana

5. Minggu, 7 September 2014

  • Jam 15:00 WIB – 16:00 WIB – Pentas Reog dan Jathilan
  • Jam 19:30 – 21:00 WIB – Pentas Seni Reguler: Gelar Sanggar Tari
  • Jam 21:00 WIB – 23:00 WIB – Reog Wayang Satria Pinandhita

6. Senin, 8 September 2014

  • Jam 15:00 WIB – 16:00 WIB – Pentas Reog dan Jathilan
  • Jam 19:30 – 21:00 WIB – Pentas Seni Reguler: Musik Tradisional Thek Thek Laras Mudho – Tawar Sari
  • Jam 21:00 – 23:00 WIB Wayang Kampung Sebelah Ki Jlitheng Suparman

7. Selasa, 9 September 2014

  • Jam 15:00 WIB – 16:00 WIB – Pentas Reog dan Jathilan
  • Jam 19:30 – 21:00 WIB – Pentas Seni Reguler: Orkes Keroncong
  • Jam 21:00 WIB – 23:00 WIB – Kethoprak Kolosal karya Bondan Nusantara

Mata acaranya ada banyak sekali. Rencananya besok malam saya akan menonton Gelar Sanggar Tari di Panggung Pentas Reguler dan bila tidak belum ngantuk akan menonton Campur Sari Tejo. Jadi bila kebetulan di sana ada yang melihat saya jangan segan untuk menyapa. Apalagi bila mau nraktir saya wedhang ronde, hehe.

Prajurit Kraton Kenapa Tua-Tua

Prajurit Kraton di Flyover Janti

Prajurit Kraton di Flyover Janti

Gambar-gambar prajurit kraton yang terpapar dalam ukuran sangat besar di pilar-pilar jembatan layang ini menarik perhatian saya. Alih-alih melanjutkan perjalanan, saya malah mendekat ke pilar jembatan mengamati lebih dekat gambar-gambar prajurit kraton itu. Kemudian memotretnya dengan iPhone saya.

Ruang-ruang publik seperti pilar jembatan layang digunakan untuk menempatkan simbol-simbol budaya menurut saya bagus. Lebih bagus daripada sekedar dijadikan lahan mencari uang oleh Pemerintah Kota. Namun yang sebenarnya menarik bagi saya adalah penggambaran prajurit kraton itu sendiri. Kenapa prajurit kraton digambarkan berukuran besar sebagai sosok yang tua-tua? Mengapa prajurit kraton tidak digambarkan sebagai sosok pemuda yang gagah berani. Sosok yang siap berperang melawan musuh.

Prajurit kraton yang digambarkan sebagai orang-orang tua yang berpakaian prajurit itu memang sebenarnya menggambarkan realita, kenyataan bahwa saat ini prajurit kraton, sepanjang yang saya tahu, memang diisi oleh bapak-bapak yang sudah berusia tidak muda lagi. Setidaknya memang demikian yang kita lihat ketika menyaksikan parade (iring-iringan) Prajurit Kraton pada acara-acara tertentu seperti Grebeg Maulud dan lain-lain.

Parade Prajurit Kraton di Upacara Grebeg Maulud

Parade Prajurit Kraton di Upacara Grebeg Maulud

Parade Prajurit Kraton di Acara Grebeg Maulud

Parade Prajurit Kraton di Acara Grebeg Maulud

Saya tidak tahu apakah prajurit kraton memang dipilih pria yang sudah senior atau pemuda sekarang kurang tertarik menjadi prajurit kraton. Saya hanya membayangkan bila yang digambarkan dijembatan layang adalah sosok prajurit yang muda, gagah, ganteng dan kelihatan pintar.

 

Yogyakarta: Closer2Tulus

Bagaimana? Apakah kamu termasuk yang terpesona dengan penampilan Tulus di Java Jazz Festival bulan lalu di Jakarta? Atau kamu seperti aku, tidak cukup beruntung untuk dari Yogyakarta ngesot ke Jakarta menonton penampilan artis – artis jazz idola di event jazz terbesar di Asia itu. Ngga perlu nyesek nyesel kelamaan deh.

Tulus, the rising star dari Bandung, pada bulan April ini tepatnya tanggal 17 akan menggelar event Closer to Tulus, bertempat di Liquid Cafe – Jalan Magelang. Yuk jazz lover, jangan ketinggalan buat secepatnya dapetin tiketnya. Selengkapnya baca aja di poster berikut:

 

Closer to Tulus

Closer to Tulus

PS : Buat Temen Blogger yang tinggal di Yogyakarta dan sekitarnya yang pengen nonton bareng Closer to Tulus, boleh loh secepatnya menghubungi aku. Aku ada sesuatu buat kalian. Seruuuu deh..

 

Jikustik Akan Kembali Hadir dengan #JikustikNewAlbum

Jikustik, sebuah grup band asal Yogyakarta yang dikenal akan pembawaan lagu-lagu enak didengar  ini akan kembali dengan meluncurkan sebuah album baru. Kehadiran mereka kembali ke bantika musik Indonesia tentu sangat ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya. Cukup lama hiatus tidak menampakan diri di kancah musik membuat banyak orang kangen akan alunan musik renyah yang mengiringi demi bait lirik yang pintar mengungkapkan perasaan seorang pria. Rasa kangen ini tentu juga dialami oleh seorang saya yang telah mengenal sejak jaman G Coustic di G Indie Radio Geronimo Yogyakarta. Saat itu saya masih SMA… Ahhh…

Kehadiran mereka dalam album baru tentu banyak ditunggu dengan penasaran, kira-kira akan serenyah dulukah musik yang dibawakan, ada berapa kata “cinta” dalam tiap lirik lagunya (memang ada?). Gosip-gosip-nya vokalis baru Jikustik, Brian itu ganteng dan cute, bener ngga?

Malam Minggu, (Sabtu, 23 Maret 2014) di Wolez Cafe Yogyakarta, Jikustik menggelar acara bareng dengan Komunitas Blogger Jogja (KBJ). Acara yang diberi hashtag #JikustikNewAlbum pre release itu sedikit-sedikit memberi bocoran akan seperti apa album terbaru Jikustik kelak. Malam itu Jikustik memberikan preview beberapa lagu yang akan ada di Album baru yang akan diluncurkan pada tahun 2014 ini. Lagu-lagu yang masih fresh from the oven ini dikatakan oleh Brian belum dikasih judul. Benarkah belum berjudul atau sengaja judulnya masih dirahasiakan, hehe

Kemudian bagaimana Brian yang selama ini digosipkan cute –atau kata orang jaman dulu “mbois”? Hihi, terkait gosip ini saya tidak akan mengatakan confirmed or yet but the picture below may give you some leaks.

Brian, Vokalis Baru Jikustik

Brian, Vokalis Baru Jikustik

Foto di atas saya ambil dari akun Instagram saya, http://instagram.com/jarwadi , this is sounds weird but I’ll be happy if you will follow me there on Instagram, hihi

Jikustik Performance at Wolez Cafe Yogyakarta

Jikustik Performance at Wolez Cafe Yogyakarta

 

Jikustik Performance at Wolez Cafe Yogyakarta

Jikustik Performance at Wolez Cafe Yogyakarta

Foto-foto lebih banyak dari #JikustikNewAlbum bisa dilihat-lihat di Album Google+ saya di SINI.

Selain foto-foto yang banyak sekali yang saya potret dan unggah di Album Google+, saya pun sempat merekam 2 lagu yang dibawakan Jikustik malam itu. Tetapi kali ini yang saya bagikan di sini satu dulu. Satu tapi istimewa karena lagu yang dikatakan Brian masih belum berjudul, masih menunggu banyak masukan dari penggemar ini merupakan salah satu kandidat lagu untuk Album terbaru Jikustik.

Mungkin video di atas tidak bagus-bagus banget, namun saya berusaha mengunggahnya ke Youtube dalam format 720p HD. Video di atas saya rekam dengan iPhone 5s yang saya genggam jadi jangan berharap videonya cukup stabil dalam genggaman tangan saya. Editing pun saya kerjakan dengan software iMovie di iPhone 5s pula. Kapan-kapan kalau ada waktu akan saya coba edit dengan Adobe Premiere di PC editing. 🙂

Bagaimana, makin penasaran dengan lagu-lagu dalam Album Baru Jikustik. Tunggu saja sambil pantengin akun twitter @jikustik 🙂

 

Masyarakat Yogya Deklarasikan Gerakan #AntiMiras

Minuman Keras (Miras) sudah sejak lama menjadi masalah dan biang keresahan di masyarakat. Miras sering kali didapati sebagai biang dari berbagai tindak kriminalitas dan banyak kecelakaan mematikan. Kita sering kali mendengar kecelakaan lalu lintas yang belakangan diketahui disebabkan oleh pengendara yang sedang dalam pengaruh minuman keras. Pun Miras bukan hanya menjadi masalah di perkotaan. Di pedesaan dimana saat ini saya tinggal pun miras dari dulu sampai sekarang tetap menjadi penyebab banyak masalah sosial.

Ini disebabkan salah satunya oleh  mudahnya akses masyarakat terhadap miras. Tidak peduli berapa umurnya, sekarang ini dimana-mana di Indonesia mendapatkan minuman keras sama mudahnya. Tak heran sejak dini anak-anak bangsa ini sudah banyak yang akrab dengan miras, bahkan telah mengkonsumsinya secara rutin karena kecanduan.

We Support #AntiMiras

We Support #AntiMiras

Peredaran Miras yang memasyarakat bukan berarti karena bahayanya tidak diketahui. Hampir semua orang sudah tahu apa bahanyanya. Yang kurang saat ini adalah kepedulian  terhadap dampak miras. Pemerintah pun seolah setengah hati dalam membuat regulasi peredaran Miras, apalagi penegakannya di lapangan. Regulasi peredaran miras sudah longgar, di lapangan masih ditambah dengan banyak praktek pembiaran.

Salah satu contoh kasus pembiaran peredaran miras ilegal terjadi di Wonosari Gunungkidul yang menyebabkan habisnya kesabaran banyak elemen masyarakat. Sampai masyarakat harus turun dengan tangannya sendiri melakukan penggrebegan. Adalah terjadi pada hari Sabtu malam tanggal 1 Februari 2014, beberapa organisasi masyarakat seperti Forum Jihad, Hizbullah, Komando Keamanan Muhammadiyah melakukan penggrebegan miras milik Marni di Karangsari, Karangrejek, Wonosari, Gunungkidul. Penggrebegan yang membuat  pihak kepolisian kebakaran jenggot karena belakangan diketahui Marni merupakan keluarga seorang oknum polisi yang bertugas di Gunungkidul. Baca lebih lanjut

Wisata Jogja: Grebeg Muludan, Puncak Acara Sekaten

Pemuda dalam foto, yang belakangan saya ketahui berasal dari daerah Wonosobo – Jawa Tengah masih terlihat gemetaran menggenggam benda-benda yang berhasil ia perebutkan dengan ribuan orang lainnya di halaman Masjid Gege Kauman di Yogyakarta. Pemuda asal Wonosobo ini berniat jauh-jauh datang ke Jogja untuk ikut berebut Gunungan Grebeg Mulud pada puncak acara Sekaten yang berlangsung kemarin. (Selasa, 14 Januari 2014/Selasa, 12 Rabiul Awwal 1435 H ) Pemuda ini dan ribuan orang lainnya rela berdesakan untuk berebut Gunungan di bawah terik siang hari karena sebuah kepercayaan. Kepercayaan bahwa apa yang mereka dapatkan dari berebut Gunungan akan membawa berkah. Sehingga mendapatkan kehidupan yang lebih baik, lebih bahagia atau terkabul cita-citanya.

Ini masalah kepercayaan. Tidak perlu dipertentangkan. Anda boleh tidak percaya atau Anda boleh mencobanya.

Grebeg Mulud sebagai Puncak Perayaan Sekaten di Yogyakarta selalu menjadi magnet kuat pariwisata Jogja. Dari tahun ke tahun, acara rutin tahunan yang diselenggarakan di Kraton Yogyakarta-Alun Alun Utara-Masjid Gede Kauman ini, selalu dibanjiri wisatawan yang jumlahnya makin banyak saja. Grebeg Mulud bukan hanya menjadi daya tarik untuk wisatawan lokal, bahkan Grebeg telah lama menjadi destinasi wisatawan asing dari seluruh dunia. Kemarin, saya menjadi “one day tour guide” untuk seorang teman blogger dari Jakarta yang datang ke Jogja untuk membuktikan hebohnya Grebegan ini.

Kata orang, ke Alun-Alun Utara Jogja belum lengkap kalau belum mencicipi Nasi Gurih. Nasi Gurih adalah makanan khas yang banyak dijual di sekitar Alun-Alun dan daerah Kauman. Saya mengajak wisatawan blogger ini untuk sarapan Nasi Gurih Bu Pah di Jalan Kauman sebelah barat Alun-alun. Warung Makan Bu Pah saya pilih karena terkenal enak dan tempatnya nyaman. Harga pun tidak mahal. Harga 2 porsi Nasi Gurih ditambah 2 paha ayam jawa adalah Rp 45.000,- Porsi Nasi Gurih ini saya pikir akan cukup menjadi bahan bakar untuk sepanjang hari berdiri, berdesakan dan berlari-lari di sepanjang acara Grebeg Mulud.

Selesai sarapan, kami segera berjalan kaki menuju sebelah selatan Alun-Alun. Tepatnya di pintu utara Pagelaran Kraton Yogyakarta, tempat dimana acara festival Grebeg dimulai. Sebenarnya saya ingin mengajak kawan saya untuk masuk Kraton, sayang karena tiket sudah ludes terjual, kami memilih untuk berdiri menunggu jalannya festival yang akan dimulai pukul 10:30 WIB.

Grebeg Mulud Festivel

Saya agak khawatir dengan stamina teman saya. Berdiri di bawah terik siang hari sambil berdesakan dan saling injak kaki di tengah ribuan macam bau keringat pasti bukan hal yang mudah. Untungnya kekhawatiran saya tidak terbukti. Pengalaman menonton Grebeg Mulud ternyata memberikan sensasi tersendiri. Apalagi kami mendapat tempat berdiri paling depan di antara penonton Grebeg yang lain. Meski tidak mudah, kami lebih leluasa untuk memotret event Grebeg Mulud yang tersohor ini:

Parade Marching Band dari berbagai jenis berbaga prajurit kraton, yang diantaranya adalah Bergada Patang Puluhan, Bergada Lombok Abang, Bergada Lombok Ijo dan lain-lain sangatlah menarik. Ini bagian dari sejarah kejayaan kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat yang masih bisa kita saksikan sekarang.

Gunungan adalah puncak acara yang ditunggu-tunggu. Ada beberapa Gunungan yang dibawa oleh abdi dalem kraton/prajurit dalam puncak Grebeg Mulud ini. Gunungan-Gunungan itu akan dibagi-bagi di Kepatihan, di Pakualaman dan di halaman Masjid Kauman.

Begitu berjalan Gunungan terakhir, saya segera menarik tangan teman saya untuk segera mengikuti dari belakangan. Mengajaknya bagaimana merasakan sensasi menjadi bagian dari arakan masyarakat yang ingin berebut. Namun di tengah jalan arakan menuju Kepatihan ini saya mengajak teman saya untuk keluar dari arak-arakan ini.

Baca lebih lanjut

Optimisme dan Komunitas Wirausaha

Yogyakarta, Sabtu, 19 Oktober 2013.

Bangsal Mataram Gedung Bank Indonesia Yogyakarta yang berkapasitas lebih dari 400 tempat duduk dipenuhi oleh antusiasme peserta acara seminar wirausaha yang diorganisir oleh @TDAKampus_jogja. Saking antusiasnya sampai saya lihat banyak peserta yang berdiri di belakang karena tidak kebagian kursi. Antusisme ini memang luar biasa. Istimewa karena Jogja, bukan? 😀 Bagi saya ini jauh lebih istimewa karena antusiasme itu terlihat dari hampir semua peserta seminarnya adalah mahasiswa-masiswa Joga dan sekitarnya.

Bagi saya antusiasme mahasiswa yang tinggi terhadap wirausaha, apalagi minat mereka untuk berwirausaha adalah kabar baik, berita yang bernada positif yang menarik untuk disebarkan, untuk saya tuliskan di blog ini, hehe. Agar antusisme dan optimisme itu sedikit banyak beresonansi, dan menyebar melenyapkan pesimisme yang saat ini menjadi masalah bangsa.

Minat mahasiswa untuk berwirausaha bagi saya merupakan suatu kemajuan tingkat pemikiran. Mahasiswa adalah orang-orang yang lebih beruntung mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Yang seharusnya mempunyai mindset setingkat lebih tinggi daripada lulusan SMK misalnya. Bila lulusan SMK berorientasi untuk mencari pekerjaan setelah lulus. Maka seorang lulusan perguruan tinggi harus lebih banyak yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan, dengan berwirausaha. Bukan sama-sama menjadi pencari kerja.

Pemikiran seperti ini setidaknya nampak ada pada 2 orang pemuda yang duduk di sebelah saya. Nanan, seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi UGM yang bersamaan dengan mengerjakan skripsinya, ia tetap berbisnis tas dan berbisnis batik Pekalongan. Sama seperti halnya Arifin, pemuda asal Kulon Progo mahasiswa tingkat akhir Amikom Yogyakarta ini sudah memiliki bisnis Angkringan.

Saya sendiri merasa senang berkesempatan diundang (dalam kapasitas sebagai blogger) untuk menghadiri acara ini. Banyak yang saya dapatkan di sini. Mengenal Nanan, Arifin dan anak-anak muda enterpreneur yang lain adalah inspirasi terbesar bagi saya. Saya ingin tertular dengan semangat mereka, keberanian mereka membentuk masa depan.

Tentu ada banyak juga yang saya dapatkan dari pemateri acara. Dari Pak Dahlan misalnya yang berpendapat bahwa kesuksesan hanya bisa datang dari dua hal, yaitu keprihatinan/prihatin (1) dan takdir (2). Keprihatinan/prihatin ini sebenarnya istilah jawa. Mungkin bahasa Indonesia-nya adalah berjuang dulu atau bersakit-sakit dulu. Sedangkan untuk yang kedua, sukses karena takdir tidaklah perlu dibahas. 😀

Tidak kalah inspiratif adalah sesi sharing selanjutnya yang diisi oleh Mas Nanang Fahrurrozi (pemilik Rumah Warna) dan Mas Hanafi Rais (pemilik yayasan pendidikan Budi Mulia Dua). Silakan baca kompilasi sharing mereka dilini masa @TDAJogja dan @TDAKampus_Jogja. Tidak elok rasanya kalau twit-twit itu latah saya embed di sini. hehehe

Menurut Tangan Di Atas, definisi sukses adalah bisa memberi lebih banyak daripada meneri. Tangan di atas lebih mulia dari tangan yang meminta. Maka akan bagus bila Komunitas Tangan Di Atas terus berbagi inspirasi, berbagi semangat, berbagi optimisme dengan mengadakan acara-acara seperti ini. Undang lebih banyak wirausahawan untuk sharing. Buat lebih banyak kesempatan untuk menjalin relasi dan saling terkoneksi. 🙂

Awan Melintang

Awan Melintang di Atas Desa

Awan Melintang di Atas Desa

 

Awan melintang seperti ini, di daerah dimana saya tinggal, pada tahun 2006 sempat dikait-kaitkan dengan gempa besar yang menjadi bencana di Yogyakarta dan sekitarnya. Memang tidak ada bukti ilmiah yang bisa menjelaskan keterkaitan awan melintang dengan gempa, maka sore tadi ketika awan ini saya lihat, dan saya menfoto-foto awan itu untuk kemudian men-tweet-nya, saya memberikan hashtag #takhayul. Hal itu memang saya anggap sebagai takhayul sampai ada yang bisa memberikan penjelasan ilmiah. 🙂

Langit senja tadi lama-lama menjadi kelihatan makin indah makin asyik untuk di-tweet-kan. Boleh foto-foto-nya dilihat di tweet-tweet berikut: