Prajurit Kraton di Flyover Janti
Gambar-gambar prajurit kraton yang terpapar dalam ukuran sangat besar di pilar-pilar jembatan layang ini menarik perhatian saya. Alih-alih melanjutkan perjalanan, saya malah mendekat ke pilar jembatan mengamati lebih dekat gambar-gambar prajurit kraton itu. Kemudian memotretnya dengan iPhone saya.
Ruang-ruang publik seperti pilar jembatan layang digunakan untuk menempatkan simbol-simbol budaya menurut saya bagus. Lebih bagus daripada sekedar dijadikan lahan mencari uang oleh Pemerintah Kota. Namun yang sebenarnya menarik bagi saya adalah penggambaran prajurit kraton itu sendiri. Kenapa prajurit kraton digambarkan berukuran besar sebagai sosok yang tua-tua? Mengapa prajurit kraton tidak digambarkan sebagai sosok pemuda yang gagah berani. Sosok yang siap berperang melawan musuh.
Prajurit kraton yang digambarkan sebagai orang-orang tua yang berpakaian prajurit itu memang sebenarnya menggambarkan realita, kenyataan bahwa saat ini prajurit kraton, sepanjang yang saya tahu, memang diisi oleh bapak-bapak yang sudah berusia tidak muda lagi. Setidaknya memang demikian yang kita lihat ketika menyaksikan parade (iring-iringan) Prajurit Kraton pada acara-acara tertentu seperti Grebeg Maulud dan lain-lain.

Parade Prajurit Kraton di Upacara Grebeg Maulud

Parade Prajurit Kraton di Acara Grebeg Maulud
Saya tidak tahu apakah prajurit kraton memang dipilih pria yang sudah senior atau pemuda sekarang kurang tertarik menjadi prajurit kraton. Saya hanya membayangkan bila yang digambarkan dijembatan layang adalah sosok prajurit yang muda, gagah, ganteng dan kelihatan pintar.
Kayaknya itu pengabdian. Mereka sudah ikut kraton turun temurun. Sedangkan anak-anak mereka di jaman sekarang sudah merantau. Jadi yang tersisa hanya yang tua-tua, tidak ada kaderisasi.
Pernah baca ceritanya kalau mereka ini digaji cuma beberapa puluh ribu per bulan.
*analisisngasal*
Saya pernah lihat di TV, ada profil prajurit keraton yg masih muda & gagah. Dia melanjutkan profesi orang tuanya.
mungkin ada yang muda tapi sedikit ya
Soalnya yang muda-muda gak ada yang jadi prajurit kraton. Jadi representatifnya ya yang senior, makanya kartunnya pun ya senior. 😉
menarik ya cerita tentang prajurit ini. pengen tau profil salah satu atau beberapa di antara mereka. salah satu pertanyaannya, kenapa mereka mau mengabdi sedemikian rupa? *pertanyaan dari warga non-Jawa.. 🙂
Dugaan sementara sih karena yang muda-muda nggak tertarik…. 😀
sepakat nih 🙂
nah, bener kan kak
benar juga mas, membayangkan mas adit sendiri tertarik ngga jadi prajurit abdi dalem kraton
Mmmm… jujur kurang berminat, Mas….
Sebuah penghormatan bagi yang tua masih bisa dipercaya.
Aku pernah ke Taman Sari trus guidenya ngakunya calon abdi dalem gitu. Bapaknya soalnya juga. Dan dia relatif masih muda… Tapi gatau deh tuh akhire piye…
ganteng ngga Unna? yuk main ke sana trus cari lagi itu pemuda calon abdi dalem
Because the young people are smarter. They don’t get easily fooled by the palace.
maybe you’re right, there nolonger “ngalap berkah” minded for the smarter young, hihi
Bukan berarti yang tua kurang gagah ya, Mas, tapi bila yang berbaris itu usia antara 30 sampai 40, tentu tampak lebih gagah ya 🙂
atau kalau menurut orang jawa, beliau yang sudah tua lebih sakti 🙂
dipilih wajah orang tua mungkin untuk menggambarkan bhe orang tua aja masih bisa beraktivitas
hidup lansia ….
bisa juga ya, yang sudah tua saja masih sehat begitu, apalagi yang muda2, hehe
Mudah-mudahan ke depannya akan meanrik kaum muda untuk menjadi prajuirt keraton