Meng-install Linux Ubuntu versi Lama

Alasan saya menging-install Ubuntu versi lama adalah: karena laptop dimana saya akan menginstallnya justru tidak compatible dengan ubuntu versi baru. Setidaknya saya sudah gagal mencoba memasang Ubuntu 14.04  Trusty Tahr dan Ubuntu 14.10 Utopic. Versi Ubuntu yang berhasil saya install di Laptop Samsung Ativ Book 2 ini adalah Ubuntu 13.04 atau Raring Ringtail. Versi ini saya anggap lama karena sudah tidak di-support lagi oleh Ubuntu.

Kebayang bagaimana akan lebih repot mengurus versi Ubuntu yang tidak lagi di-support.

Proses instalasi selesai. Ubuntu Raring Ringtail bisa booting dengan baik. Semua hardware di Ativ Book 2 bisa berjalan normal. Koneksi Wifi pun bisa saya sambungkan melalui network manager. Saya pun segera mengetikan: sudo apt-get update . Mendapati beberapa pesan error yang menginformasikan bahwa versi ini sudah tidak ditemukan di repository, saya sudah siap. Pikir saya: Saya bisa mendownload semua repository kemudian melakukan offline update. Tentu ini akan repot.

Saya kemudian mencoba googling terkait hal ini. Rupanya semua release lama Ubuntu tidak sepenuhnya dihapus dari repository online. Melainkan dipindahkan saja ke old-releases.ubuntu.com. Berarti dalam kasus saya saya bisa mencoba mengarahkan software sources ke repo old-releases.ubuntu.com. Cukup dengan menyunting file sources.list yang terletak di /etc/apt.

Saya mengedit file sources.list secara manual dengan mengganti setiap archive.ubuntu.com dengan old-releases.ubuntu.com

Cara lain yang lebih mudah adalah dengan mengetik:

sudo sed -i -e 's/archive.ubuntu.com\|security.ubuntu.com/old-releases.ubuntu.com/g' /etc/apt/sources.list

Nah, sekarang saya sudah bisa duduk manis sambil mengetik: sudo apt-get update && sudo apt-get upgrade

Menginstall aplikasi dan segala sesuatu yang kita butuhkan pun bisa dilakukan seperti biasanya. Hanya bila aplikasi yang didapatkan adalah versi lama, maka kita bisa mengunduh file *deb dari website aplikasi yang bersangkutan kemudian menginstallnya seperti biasa. Misalnya ketika saya mendapatkan Libre Office versi 4.0 di Raring Ringtail. Saya bisa menghapus terlebih dahulu Libre Office versi 4.0, mengunduh Libre Office versi 4.3.5 dari website Libre Office, kemudian mengekstrak file instalasi, terakhir adalah menginstallnya dengan perintah sudo dpkg -i.

Iklan

Ubuntu One Kini Bisa Diinstall Dimana

Bagi yang belum tahu, Ubuntu One adalah layanan penyimpanan file online atau disebut juga cloud drive. Ubuntu One menawarkan layanan penyimpanan data seperti halnya Dropbox, Google Drive, Boxnet, One Drive dan sejenisnya.

Sebenarnya, saya telah lama mendaftar layanan Ubuntu One, namun sampai sekarang belum termanfaatkan. Kenapa? Karena sebelumnya saya telah menggunakan layanan dari Dropbox dan Google Drive yang lebih baik. Lagi pula, pada saat itu baik Dropbox maupun Google Drive menawarkan ruang penyimpan yang lebih lega dan aplikasi klien yang bisa berjalan di berbagai platform OS, baik itu OS Desktop maupun Desktop Mobile.

Saya pagi ini iseng membuka Ubuntu One melalui web karena tadi malam @milisdad beberapa kali menyebutnya di twitter. Dan di dashboard Ubuntu One saya melihat bahwa kini aplikasi klien Ubuntu One bisa diinstall tidak hanya di linux (ubuntu) melainkan telah tersedia di Windows, Mac, Android dan iOS. Ini menarik, pikir saya.

“Don’t put everything in one basket” begitu kata para pendahulu. Benar saja, akan ada banyak alasan kenapa kita sebaiknya tidak menaruh semua barang-barang kita dalam satu keranjang, termasuk file dan data-data penting kita. Itulah alasan kenapa sekarang saya kembali melirik untuk memberdayakan Ubuntu One. 

Sependek yang saya tahu, Ubuntu One mempunyai fitur yang mirip-mirip dengan yang dipunyai dropbox. Kapasitas penyimpanan gratis sebesar 5 GB, aplikasi klien yang tersedia di banyak platform, file sharing, dan lain-lain. Ubuntu One malah mempunyai fitur kontak yang berguna untuk mem-backup data kontak di gadget kita.

Sepintas Ubuntu One terasa lebih baik dari Google Drive karena Google Drive tidak mempunyai aplikasi klien native untuk Linux. Memang ada aplikasi klien Google Drive pihak ketiga seperti lsync, tapi aplikasi itu berbayar dan belum terbukti menerapkan standar keamaan yang terpercaya. Kelebihan Google Drive dibanding Ubuntu One (dan Dropbox) adalah integrasi dengan produk-produk Google yang lain seperti Gmail, Google Doc, Google+ dan lain-lain.

Ubuntu One Desktop dan Mobile

Ubuntu One Desktop dan Mobile

Yuk, mencoba-coba layanan Ubuntu One. Klik: http:/ /goo.gl/o9dSiV

Masalah Brightness Control di Ubuntu 13.04 di Lenovo G480

 
Beberapa hari menggunakan Ubuntu 13.04 Raring Ringtail yang terpasang di notebook Lenovo G480, saya baru menyadari kalau kecerahan layar (brightness) tidak bisa diatur dengan tombol Fn+panah atas & Fn+panah bawah.

Setelah googling sana-sini dan mencoba beberapa solusi yang ditawarkan orang-orang, berikut ini adalah yang menyelesaikan masalah di laptop saya:

1) Edit grub, file ini terletak di /etc/default/grub. 
    ubah:

    GRUB_CMDLINE_LINUX_DEFAULT=”quiet splash”

    menjadi:

    GRUB_CMDLINE_LINUX_DEFAULT=acpi_backlight=vendor

2) update grub dengan mengetikkan di terminal: sudo update-grub

3) blacklist the ideapad_laptop by adding “blacklist ideapad_laptop” to your /etc/modprobe.d/blacklist.conf file.

4) Reboot 

Bila Anda mengalami masalah serupa, silakan mencoba cara ini. Tetapi saya tidak akan menanggung resiko bila laptop Anda malah rusak. 

Selamat Mencoba 🙂

 
sumber dari sini

Telkomsel Flash Bermasalah dengan WordPress.com

Beberapa hari belakangan ini saya selalu saja tidak bisa sempurna membuka Dashboard WordPress.com. Dashboard dimana blog saya ini dikendalikan. Saya selalu mendapatkan masalah baik untuk menyunting tulisan yang sudah saya terbitkan, membuat tulisan baru, melihat statistik blog. Pokoknya semua bagian dari Dashbord. Kalau untuk baca-baca blog dan berkomentar saja tidak masalah.

Dulunya saya mencurigai permasalahan ada di WordPress.com sendiri, atau di web browser yang saya gunakan, atau hal lainnya. Sampai kecurigaan saya mengerucut pada provider internet yang saya gunakan, yaitu Telkomsel Flash. Saya menggunakan Paket Telkomsel Flash Basic di Kartu Halo.

Kenapa saya mencurigai Telkomsel Flash. Karena tiap kali saya menggunakan koneksi internet dari provider lain masalah ini tidak saya temui.

Salah satu tampilan Dashboard gagal itu seperti:

Kali ini saya mencoba memposting tulisan ini melalui email.

Downgrade Ubuntu, Dari 12.10 ke 12.04

Beberapa waktu yang lalu, tepat bersamaan dengan hari peluncuran Ubuntu 12.10 Quantal Quetzal saya segera mengunduhnya untuk mengganti instalasi Ubuntu 11.1o Natty Narwhall di laptop. Karena suatu hal saya melompati keluaran Ubuntu 12.04 Precise Pangolin. Kalau tidak salah pada saat keluarnya Precise Pangolin saya sedang sibuk dengan beberapa pekerjaan sehingga melewatkannya.

Proses instalasi Quantal Quetzal sendiri lancar-lancar saja. Sampai akhirnya ketika segala sesuatunya sudah saya install, termasuk 3rd party plugin dan apps yang saya perlukan sehari-hari, saya mendapati realease Ubuntu 12.10 ini cukup berat saya jalankan di laptop yang hanya berprocessor Inter Core 2 Duo T 5500 dengan RAM juga hanya 2 giga.

Membaca banyak komentar teman-teman pengguna Ubuntu di jejaring sosial pun kebanyakan mengatakan versi 12.10 ini relatif berat.

Sampai akhirnya pada pagi hari ini saya memutuskan untuk downgrade ke Ubuntu 12.04 LTE. Harapan saya versi ini, versi yang sempat saya langkahi ini ringan dan lancar dijalankan di mesin jadul saya.

Posting ini saya buat sambil menunggu proses pengunduhan Ubuntu 12.04 Precise Pangoline berjalan. Unduhan baru mendapatkan sekitar 58%. Masih berapa lama harus saya lewatkan untuk menunggu proses download dengan kecepatan koneksi 2 mbps ini. hehehe

Download Gratis Cross Over, Khusus Hari Ini Saja

Bagi  yang bekerja dengan menggunakan Linux atau Mac dan menemukan kendala untuk menjalankan aplikasi berbasis Windows. Bila menggunakan Linux pasti untuk hal ini akan mencoba menjembatani dengan Wine. Namun seperti pengalaman kita semua yang mana Wine tidak selalu berjalan lancar.

Sejak awal menggunakan Linux kira-kira 8 tahun yang lalu, saya pernah membaca review tentang Cross Over di Majalah Infor Linux, namun karena Cross Over merupakan aplikasi berbayar, maka sampai sekarang saya urung mencobanya.

Sampai hari ini saya mendapati informasi di  CodeWeavers’ Flock The Vote promotional web site tentang tawaran gratis Cross Over bila di-download dalam 24 jam hari ini. Saya langsung mendaftarkan diri dan mendownload Cross Over untuk Debian baik versi 32 maupun 64 bit. Dan tentu saja sayang untuk melewatkan tidak mendownload installer untuk Mac. 😀

Coba seberapa bagus Cross Over menyelesaikan masalah ini di komputer Ubuntu saya. 😀

Cross Over Free Download Page

Cross Over Free Download Page

Modem Air Flash untuk Esia Max D di Ubuntu. Bisa

Modem Air Flash untuk CDMA 1X/EVDO dijelaskan di website Esia Max D bisa berjalan di Operating System Window dan Mac. Memang benar demikian. Permasalahanya, saya ingin menggunakanya di Laptop Ubuntu 11.10.

Modem Air Flash AH007 Esia Max D

Modem Air Flash AH007 Esia Max D

Begitu saya menancapkan Modem Air Flash di Ubuntu, Network Manager tidak serta merta mengenali modem ini. Namun pengecekan dengan mengetikan lsusb di terminal mengindikasikan modem ini dikenali ber-chipset Qualconn. Ini pertanda ada harapan untuk menjalankan modem di linux.

Saya googling dan banyak menemukan tutorial untuk menjalankan modem ini di linux. Jadi saya mencoba-coba dengan optimis. Tutorial di link di kaskus ini merupakan yang saya coba dan berjalan. Tutorial ini menjelaskan langkah-langkah memasang usb-modeswitch untuk mengaktifkan mode modem pada Air Flash. Secara default device ini dikenali sebagai usb storage/storage device.

Sedikit mengoreksi tutorial itu, yaitu untuk file ke dua yang kita download, seharusnya setelah kita ekstrak, kita rename menjadi:  05c6:1000 kemudian kita salin ke: Baca lebih lanjut

Mencoba Esia Max D di Gunungkidul

Kali ini saya sedang mencoba layanan internet mobile dari provider Esia Max D yang beroperasi di jaringan cdma 1xEV-DO rev A. Bukan layanan internet baru sebenarnya. Seorang teman saya sudah sejak beberapa waktu yang lalu mempromosikan produk Bakrie ini di jejaring sosial, hehe

Toh, begitu sampai sekarang saya belum mencoba membeli produk ini, walaupun saya sebenarnya memerlukan provider kedua, provider alternatif. Saya ingin menduakan Telkomsel Flash yang sudah saya pakai selama kira-kira 5 tahun. Maksud saya apabila satu produk sedang ada masalah saya bisa menggunakan produk cadangan. Atau ketika saya kehabisan kuota Telkomsel Flash yang makin lama makin pelit kuota.

Modem Esia Max D yang saya pakai uji coba kali ini adalah milik teman saya. Teman saya ini kesulitan untuk menggunakan modem Esia Max D di laptopnya yang bersistem operasi Ubuntu Sabily sehingga meminjamkan ke saya untuk dicoba-coba di Ubuntu 11.10 di laptop saya. Saya pun mencobanya.

Modem Esia Max D tipe EC 156, buatan Huawei ini ternyata langsung terdeteksi oleh Network Manager. Sayangnya, modem tidak bisa terkoneksi setelah dicoba beberapa kali. Saya mulai googling dan menemukan solusi untuk mengoneksikan modem ini dari terminal, dengan wvdial. Menurut saya ini tidak praktis untuk teman saya yang bukan seorang linux savy. Dia merupakan pengguna biasa Ubuntu Sabily.

Saya mulai melihat-lihat setting default yang diberikan Network Manager -nya Ubuntu untuk modem ini. Username dan password pada setting mobile broadband ternyata tidak terisi. Nah di sini saya mulai mencoba beberapa setting. Sampai akhirnya saya menemukan username dan password yang bisa digunakan adalah Username: aha dan Password: aha

Modem sekarang bisa langsung dikoneksikan melalui Network Manager. Tidak perlu repot-repot membuka terminal dan menjalankan wvdial. 🙂

Penasaran  akan kecepatan Esia Max D, saya segera membuka http://speedtest.net. Dari beberapa percobaan test kecepatan, hasilnya tidak mengecewakan sekaligus tidak terlalu memuaskan. Seperti umumnya layanan mobile broadband yang lain, kadang hasil test kecepatan menunjukan hasil bagus, kadang-kadang pula kurang. Lokasi test kecepatan di Jalan Wonosari-Jogja Km 3 Siyono, Wonosari, Gunungkidul. Berikut salah satu hasil test kecepatan:

Nah, selanjutnya saya jadi penasaran untuk mencoba Esia Max D ini di rumah saya. Apabila di rumah saya saya bisa mendapatkan kecepatan seperti ini, saya tertarik untuk membelinya sebagai cadangan. Semua sudah tahu bagi Internet Mobile, Posisi Menentukan Prestasi.

Selain itu Esia Max D menawarkan paket Internet Mobile dengan harga yang relatif kompetitif dengan variasi paket dan isi ulang yang ditawarkan yang membuatnya cocok untuk diadopsi. Daftar harga dan paket data bisa dilihat di: http://max-d.myesia.com/max-d/tarif/default.aspx

Pengen Upgrade Tapi Takut

Tiap kali saya menggunakan update manager untuk menyegarkan dan membarukan linux ubuntu saya, langsung terlihat tawaran untuk update distro seperti pada screen shoot yang membuat saya tidak tahan kepengen. Tapi kepenginan saya itu tidak cukup membuat saya yakin untuk menekan tombol upgrade.

Apa yang saya takutkan adalah bila saya benar -benar melakukan upgrade distro maka beberapa hardware saya tidak akan terdeteksi atau mempunyai masalah compatibility dengan Ubuntu 12.04. Terutama adalah USB 3G Modem. Ya sudah, saya nrimo ing pandum dulu dengan tetap istiqamah menggunakan Ubuntu 11.10 🙂

Menggambar Sket Wajah

Saya sering kali dibuat terpesona oleh orang-orang yang jago membuat sket wajah orang. Mereka bisa melakukanya dengan cepat, dalam waktu yang sangat singkat. Mungkin mereka sengaja melakukanya dalam waktu sesingkat mungkin untuk menciptakan impresi di orang yang disket wajahnya itu.

Dulu orang membuat sket di atas kertas. Dengan tool yang sederhana, pensil atau pen, atau ballpoint biasa. Tiap goresan umumnya dibuat sekali jadi. Tidak elok kiranya bila mereka menggunakan penghapus untuk penyuntingan. 😀

Kini orang membuat sket tidak hanya di atas kertas. Mereka menggunakan tablet, atau komputer yang terinstall software image editing tentu saja. Nah, secara teknis ketika menggunakan tablet dan software di komputer, editing dalam membuat sket tentu menjadi hal mudah. Tapi bagi mereka terlalu banyak editing bukanlah pilihan.

Mungkin pertanyaanya, enakan mana membuat sket di atas kertas dan di atas tablet/layar komputer? Suka-suka si pembuat sket sih.

Sebagai orang yang tidak punya bakat menggambar, semalam saya iseng membuat sket wajah saya sendiri. Untuk lebih mudahnya, saya memilih menggunakan software. Saya menggunakan GIMP 2.8 di laptop Ubuntu saya.

Cara yang saya gunakan sebenarnya lebih kampungan dari orang pada umumnya. Kalau mereka dengan cara melihat wajah atau foto orang kemudian mulai menggambarnya. Yang saya lakukan dengan GIMP adalah menaruh foto pada satu layer, kemudian saya mulai membuat path dan garis-garis pada layer baru yang saya letakan di atas layer foto. Editing, tentu saja saya lakukan. 😀 Karena saya pemula, saya tidak malu untuk menghapus dan menyesuaikan garis-garis yang menurut saya tidak proporsional.

Sket sederhana ini semalam saya selesaikan dalam waktu yang cukup lama. Satu jam lebih. 😀 Tidak apa-apa, saya kan pemula. Selalu ada maaf untuk pemula kan. hehehe!