Memotret Sunrise Berbalut Kabut di Watu Payung – Gunungkidul

Memotret Sunrise berbalut kabut di Watu Payung - Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Memotret Sunrise berbalut kabut di Watu Payung – Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Mulanya saya mengira sunrise berbalut kabut di Watu Payung – Turunan Geoforest Gunungkidul hanya bagus dinikmati setelah bulan Mei. Setelah posisi matahari terbit mulai tergelincir sedikit ke utara.

Pengalaman beberapa kali gagal mengejar sunrise di Watu Payung ketika hujan masih turun lebat pada bulan Februari – Maret lalu yang membuat saya berpikir demikian. Saat itu pemandangan kabut tebal memang saya akui luar biasa. Kabut turun menembus rimbunnya hutan jati. Bahkan sampai bertekuk lutut ke tanah, kepada semua rerumputan yang menghuni pegunungan karst sisi utara kecamatan Panggang itu.

Masalahnya posisi matahari terbit terhalang oleh sebuah bukit (punthuk) di sebelah tenggara gardu pandang. Matahari baru nampak bila sudah naik setinggi dua atau tiga penggalah.

Kabut Pagi dan Hutan Jati di Watu Payung - Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Kabut Pagi dan Hutan Jati di Watu Payung – Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul Yogyakarta (foto diambil pada bulan Februari 2016)

Bulan Juni ini seharusnya posisi matahari terbit telah jauh tergelincir ke utara. Mumpung, pikir saya. Maka sehabis Subuh Ramadan ke-30 lalu saya bergegas berburu pahala, mengejar pahala sunrise di sisi barat daya Gunungkidul ini.

Langit timur baru memunculkan semburat jingga ketika saya tiba. Seharusnya saya masih punya beberapa jenak untuk menunggu datangnya matahari. Namun pemandangan tak lazim berupa terlalu banyaknya pengunjung yang sudah berfoto-foto ria bersenjatakan tongsis yang terjulur memaksa saya untuk menaikan ambang batas kemakluman. Maklum, memaklumi musim liburan lebaran.

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Saya akui saya memang orang yang memiliki egoisme setinggi langit. Untuk berbagi matahari yang sama dengan para selfie-ish saja ogah. Tapi ini yang menggerakkan saya ke puncak bukit (punthuk) di sebelah barat gardu pandang Watu Payung – Turunan Geoforest.

Baca juga tulisan saya sebelumnya:

Menikmati Pamandangan Taman Wisata Alam Watu Payung – Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Atas arahan penjaga parkir Taman Wisata Alam Watu Payung Geoforest saya mengikuti jalan aspal ke barat, kemudian berbelok ke perkampungan penduduk bila menemukan perempatan pertama. Sebagian jalan menuju punthuk itu bisa ditempuh dengan motor. Selebihnya merupakan setapak yang hanya bisa dilalui oleh kaki-kali yang kuat.

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Tidak ada kata yang pantas diucapkan kecuali syukur alhamdulillah atas pahala yang Allah berikan berupa kabut berwarna keemasan yang menyelimuti perbukitan. Kabut yang memendarkan sinar mentari pagi akhir Ramadan.

Keindahan selalu bersembunyi di balik sisi-sisi yang berbeda, yang tak lazim. Bila keindahan Borobudur bisa diintip dari Punthuk Setumbu, bila keanggunan Prambanan berkacak pinggang disawang dari Spot Riyadi, Watu Payung pun menampilkan eksotisme yang sempurna ketika disaksikan dari Puncak Bukit Pertapan.

Di puncak Bukit Pertapan, sunrise bisa dinikmati sepanjang waktu. Tidak peduli dimana letak matahari. Tidak peduli ia tergelincir ke utara atau ke selatan. Asalkan tidak hujan dan tidak mendung gelap. Kalau kehadiran kabut di sini, dewi keberuntunganlah yang mengatur. Namun menurut penduduk lokal memang sebaiknya pada bulan ke-4 atau ke-5.

045

Tunggu dulu! Sebenarnya bukit dimana kaki saya berpijak ini tidak dinamakan Bukit Pertapan, bahkan belum ada namanya. Saya menyebutnya Bukit Pertapan karena menurut warga setempat di salah satu sisi bukit ini terdapat Goa Pertapan. Sesuai namanya Goa Pertapan digunakan orang untuk menjalankan laku tapa (bertapa)

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Menikmati Sunrise di Puncak Bukit Pertapan Watu Payung Turunan Geoforet Panggang Gunungkidul Yogyakarta

Matahari terbit memang bukan peristiwa yang bisa dinikmati berlama-lama. Belum puas saya menikmatinya matahari tiba-tiba sudah meninggi. Menyingkirkan kabut dan hawa dingin yang membuat hati siapa saja merasa damai.

Bukit Pertapan, meski tidak terlalu sulit dijangkau namun saat ini belum digarap sebagai destinasi wisata sebagaimana Taman Wisata Alam Watu Payung. Tidak ada fasilitas berupa rambu-rambu ataupun pagar pengaman tebing dan jurang yang menjaga keselamatan siapa pun. Di puncak bukit ini resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing.

Bagi saya Bukit Pertapan akan lebih menyenangkan dijaga alami seperti ini saja. Bila dibuat akses jalan dan fasilitas yang baik saya khawatir bukit ini akan bernasib sama dengan Watu Payung, sampah dan vandalis berserakan. Biarkan puncak bukit ini menjadi naungan penduduk setempat yang bertani dan mencari rumput pakan ternak, serta penyuka embun, pagi dan sunrise seperti …

Pengalaman pertama menikmati eksotisme pagi di Bukit Pertapan membuat saya susah menahan diri untuk ke sana lagi. Tuman.

Senin, 11 Juli 2016 adalah untuk pertama kalinya saya setelah Lebaran pergi habis Subuh. Saya tiba di puncak bukit itu sebelum jingga bersemburat di timur.

Kali ini puncak bukit di sebelah barat Watu Payung itu menyuguhkan pemandangan yang berbeda. Berupa kabut-kabut tipis yang terus bergerak. Seolah pergerakannya mengikuti Sungai Oya di bawah sana yang berkelok-kelok. Kadang naik seolah ingin berlutut di di depan saya, namun mendadak lekas sirna. Bukan berupa kabut tebal yang membungkus pucuk-pucuk pegunungan.

Saya menahan diri untuk tidak banyak memotret. Saya memilih berdiri di ketinggian, memandang ke timur melihat matahari yang mulai menampakkan diri. Timbul secercah merah sampai lingkaran penuh  terbentuk sempurna. Proses yang hanya berlangsung singkat, hanya beberapa menit.

Setelahnya saya baru kembali menjalankan ritual biasanya. Memotret apa saja. Habis saya malah tersesat ketika mencari setapak menuju ke Goa Pertapan.

Beautiful Reality (Picture was taken at Bukit Pertapan - Watu Payung Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Beautiful Reality (Picture was taken at Bukit Pertapan – Watu Payung Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul

Theres a bad roses but theres no bad flowers

Theres a bad roses but theres no bad flowers

morning belongs to early birds

morning belongs to early birds

their hopes is our hopes

their hopes is our hopes

morning promises hopes

morning promises hopes

Dua kunjungan saya terakhir ke Watu Payung – Turunan Geoforest di Desa Girisuko, Panggang Gunungkidul ini membuat saya berandai-andai.

Pertama saya berandai-andai mempunyai sebuah kamera DSLR yang bagus, Mirrorless yang bagus juga tidak apa-apa sih, dan sebuah lensa wide. Agar saya bisa menangkap keseluruhan lanskap di sana. Rasanya tidak memaksimal menangkapnya dengan fitur Pano di iPhone 5s saya.

Melihat matahari yang perlahan-lahan menampakan diri dengan semburat warna merahnya membuat berandai pengin punyai kamera bagus seperti yang saya sebut di atas. Plus lensa tele, setidaknya 200 mm. Matahari yang pelan-pelan menyembul dan pergerakan kabut juga sangat menarik untuk dijadikan video timelapse, hiks 😀

Selain sunrise berbalut kabut yang memang luar biasa, di sekitar Watu Payung Geoforest sebenarnya ada banyak hal yang bisa dinikmati. Di antaranya adalah Goa Pertapan, interaksi dengan penduduk setempat, Curug/Air Terjun, camping dan trekking menuruni bukit ke Sungai Oya. Saya pernah mencoba trekking ke sungai. Jaraknya lumayan jauh. Sekitar 7 km.

Watu Payung menurut salah satu penduduk dusun Turunan juga memiliki spot sunset. Spot sunset seeking itu terletak di puncak bukit di sebelah selatan pintu masuk Taman Wisata Alam Watu Payung. Ini membuat saya penasaran untuk kapan-kapan segera mencobanya.

Untuk menuju Watu Payung Turunan Geoforest di Panggang Gunungkidul bisa mengikuti peta Google berikut:

 

Iklan

17 komentar di “Memotret Sunrise Berbalut Kabut di Watu Payung – Gunungkidul

  1. Wuihhh itu semua pake kamera hape aja bisa kaya begitu bersyukur banget mas.
    Haduuuh aku juga udah 5 kali bolak balik ga ada bosen bosennya ke sana.

    Lain waktu ke bukit itu ah, kemarin ga maksimal kesiangen

      • bukan bukit di tempat kita memandang kemarin, tetapi bukit di sebelah selatan watu payung. konon juga spot bagus buat melihat sunset 🙂

      • waaa ada bukitnya lagi toh? tapi kalau nyunset pulang e kemaleman aku ga berani pulang :p lha jalannya sepii

      • haha, penikmat lansekap kok taket malam. kamu harus membiasakan diri. siapa tahu nanti bisa menikmati milkyway dan bikin foto star trail

      • lah aku kan anak rumahan mas, haha. kan jalan pulang dari watu payung menuju rumah itu sepiii :’) kalau pagi sih masih gapapa. aaa kamera tak mendukung e

  2. Ping balik: Mencari Gua Pertapan di Turunan Panggang Gunungkidul | Gadget, Running & Travelling Light

  3. Ping balik: Kopi Panggang dan Joy Run ke Alam Sebelum Puasa Ramadan – Gadget, Running & Travelling Light

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s