Saya telah beberapa kali menyebut nama Gua Pertapan ketika saya menceritakan tentang betapa indahnya matahari terbit berbalut kabut di Watu Payung Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul. Bahkan saya sampai menamai “Punthuk Setumbu”nya Watu Payung sebagai Bukit Pertapan. Karena di punggung bukit ini konon terdapat sebuah gua yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai Gua Pertapan.

Bukit Pertapan Turunan Watu Payung Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta
Padahal, saat itu saya belum berhasil menemukan sendiri Gua Pertapan. Pencarian saya saat itu belum berhasil menemukan gua yang tak banyak dijamah orang. Jalan setapak di punggung bukit yang memang mempunyai banyak percabangan cukup menyesatkan saya ke belukar satu ke balik belukar yang lainnya.
Namun bukan saya namanya kalau tersesat sekali saja menjadi putus asa. Pencarian saya ulangi lagi pada Sabtu sore, 16 Juli 2016. Bukan 100% niat untuk ke Pertapan, melainkan alternatif ketika gerimis sore itu menggagalkan perjalanan saya ke Pantai Kayu Arum lagi.
Hawa adem yang sempoi menyambut begitu saya memarkir motor tidak jauh dari pohon sawo milik warga setempat. Seolah tak menghiraukan kesejukan yang mengajak berleha-leha itu saya langsung bergegas, berjalan cepat menyusuri setapak menuju ke balik bukit, ke Gua Pertapan. Seorang pecari rumput yang kebetulan saya temui saya sapa sekenanya saja.

Beautiful Reality (Picture was taken at Bukit Pertapan – Watu Payung Turunan Geoforest Panggang Gunungkidul
Hampir sama dengan pencarian pertama, kali ini saya tersesat lagi. Memutar dan menyusur setapak lain pun tetap berujung kebuntuan. Kebuntuan berupa tebing jurang. Tebing jurang itu memang menyajikan pemandangan lansekap yang aduhai, tapi kali ini bukanlah yang saya cari.
Suara teriakan dari kejauhan sayup-sayup terdengar. Saya memastikan apakah teriakan itu untuk kami. Rupanya teriakan yang berasal dari jauh di atas bukit itu keluar dari mulut bapak pencari rumput yang kami temui tadi. Saya membalas berteriak dengan pertanyaan, kemana arah ke Gua Pertapan.
Lelaki pencari rumput itu melambaikan tangannya, meminta kami untuk menuju ke arahnya. Tidak sebentar kami menuju ke tempat bapak itu berada. Semak yang terbentuk dari berbagai semak dan duri menghambat jalan kaki kami. Apalagi sandal jepit yang kami kenakan seolah berkonspirasi dengan bebatuan yang rapuh yang harus kami injak. Perjalanan yang tidak mudah.
Sambil meminta kami untuk berhati-hati, lelaki pencari rumput itu meminta kami untuk mengikutinya. Ia dengan senang hati memandu kami ke Gua Pertapan.

Setapak di Bibir Jurang Menuju Gua Pertapan – Turunan Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta
Jalan setapak yang melingkar di punggung bukit itu memang menantang nyali. Jalan kecil di bibir tebing yang curam. Untuk selamat kami harus berpegangan dengan batang-batang pohon kecil dan akar-akar yang merambat bergelantung di antara batu tebing. Tanah licin dan aneka bebatuan yang membentuk setapak yang jarang dilalui itu sesungguhnya ujian bagi para pertapa dan kami.
Bapak pencari rumput ini merupakan penduduk setempat, penduduk dusun Turunan desa Girisuko kecamatan Panggang. Rumahnya tidak jauh dari gua ini. Beliau bernama Bapak Topan.

Gua Pertapan – Turunan Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta
Sesampai di bibir gua beliau berhenti. Mempersilakan kami untuk masuk ke gua dengan hati-hati. Gua Pertapan memang tidak luas. Hanya cukup digunakan untuk duduk bersila untuk satu atau dua orang. Menurut Pak Topan, dulu gua ini lebih luas, cukup luas, sekarang menyempit karena terdapat gundukan-gundukan tanah yang dibentuk oleh kepundung. Kepundung, bagi yang belum tahu adalah tanah yang menggunduk karena digunakan sebagai rumah/sarang oleh koloni rayap.
Bagi orang yang tahu, Gua Pertapan mempunyai lorong yang memanjang. Tembus sampai ke sisi lain bukit itu. Demikian Pak Topan melanjutkan ceritanya. Ia bisa bercerita demikian karena beliaulah yang menemukan tembusan lorong gua itu secara tidak sengaja.

Gua Pertapan – Turunan Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta
Mungkin sudah terlalu sore. Merasa kali ini cukup ngobrol-ngobrol dan menikmati damai dan kontemplatif di Gua Pertapan bersama Pak Topan kami pun pelan-pelan meninggalkan ceruk di sisi timur bukit ini. Perjalanan meninggalkan Gua Pertapan sama dengan penitian kami menuju persemedian ini. Harus berhati-hati.
Sementara Pak Topan kembali beraktivitas (atau pulang ke rumah), kami memilih untuk sejenak duduk-duduk di Puncak Bukit Pertapan, tempat dimana beberapa waktu yang lalu kami menikmati indahnya kabut Watu Payung pada pagi hari. Sajian alam sore itu terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.

Pak Topan dan Gua Pertapan – Turunan Girisuko Panggang Gunungkidul Yogyakarta
Kesejukan alami yang diorkestrasi oleh angin pegunungan, mendung yang temaram dan matahari yang dengan malu malu berpamit pulang ke peraduan. Membentuk perpaduan antara semilir dan hangat. Rerumputan, yang sebagian berbunga dan sebagian memulai siklus bertahan hidup pada awal kemarau ini pun menjadi pemandangan dan introspeksi. Apalagi ketika kami berdiri dan melempar pantangan ke arah timur laut. Memandang jauh di lembah sana ada Sungai Oya yang berkelok-kelok, mengalirkan banyak kehidupan, timbul tenggelam dari bukit satu ke bukit lainnya.
Bukit Pertapan dan Watu Payung Turunan Geoforest pada sore hari mempunyai sebuah kesamaan, yaitu eksotisme. Tidak percaya? Buktikan sendiri! Bingung? Perhatikan maps ini dong:-D
wisata turunan watu payung saja belum pernah mas..
sampeyan malah sudah beberapakali jelajah tempat itu..
pengen datang di waktu yg tepat menikmati sunrise..
akhir2 ini masih mendung dan hujan 😦
Akupun belum pernaaaah
Aku loh belum pernah ke Watu Payung ahhahahhaha. Pengen ke sana pas pagi kayaknya adem 😀
Aku juga belum pernaaaah,
belum pernah kok bangga, haha
Duh itu bukan bangga, tp sediih
luar biasa jalannya
Lah kok kayane mblusuk ya mas. Kalau blusuk gini ajak-ajak lah mas
jalane menuju goa lumayan bikin dengkul keder gitu ya hehehe musti ati2 kalo kepleset bahaya
kok beberapa daya tariknya mirip kaya Gunung Gentong ya. kalau gua kaya gini di gunung gentong namanya gua Gong, adalagi gua Pringgoloyo. Menarik lho disana Mas Jar