Apa yang saya bayangkan ketika dengan teman-teman saya berbicara tentang monetisasi (mendapatkan uang dari) suatu, karya musik adalah dengan menjual lagu itu kepada para penikmat musik. Misalnya menjual lagu dalam bentuk kaset atau CD, atau dalam bentuk dan format lain. Apa yang sebelumnya juga kami bayangkan adalah menjual musik itu harus melalui label. Ini masalah, mengingat salah seorang teman saya yang pernah bekerja di industri rekaman/label tahu betul birokrasi berliku yang harus dilewati untuk menembus suatu label.
Cak Usma and Digital Music Opportunity
Itulah kenapa ketika dulu kami masih rajin merekam karya musik kami –maksud saya karya musik dari teman-teman saya yang pandai bermain musik– hanya berhenti menjadi koleksi pribadi. Atau paling-paling kami share di sound cloud. Seperti salah satu karya kami yang ini.
Wawasan saya tentang monetisasi karya musik baru terbuka ketika pada Sabtu, 22 Februari 2014 di Telkom JDV Yogyakarta, saya mengikuti presentasi yang dibawakan oleh Cak Usma dari Melon Indonesia.
Melon Indonesia adalah anak perusahaan dari Telkom yang fokus bisnisnya adalah konten musik digital dan hal-hal terkait dengan musik. Melon menjual baik konten musik dari industri rekaman dan label maupun karya musik dari band-band indie. Melon tidak hanya menjual musik kepada end user dalam bentuk mp3 atau musik berformat DRM, melainkan juga membuka API untuk pihak ketiga. Dari API yang dibuka ini misalnya operator seluler bisa menjual RBT, developer bisa membuat aplikasi yang menggunakan bank lagu di Melon dan sebagainya.
Nah, bagi band indie pun untuk bisa menjual lagu ke Melon pun tidak memerlukan prosedur yang njlimet/rumit. Cukup kirim email ke cak.usma@melon.co.id dan nanti akan dipandu bagaimana cara submit karya musik ke Melon.
Jelasnya bisa disimak dari presentasi dari Cak Usma berikut:
bisa memfasilitasi karya musik
sepertinya peluang sudah terbuka bagi kawan2 pemusik indie, tambus label jadi tidak sulit lagi
Mantabs… ini terbuka utk pendatang baru?
terbuka, hehe
silakan hubungi langsung cak usma mas. ternyata musik segmen pasarnya luas. misalnya musik yang tidak enak diperdengarkan sehari-hari mungkin malah cocok sebagai sound track game, iklan, film, dll