Pertanyaan saya di atas bisa dijawab mudah, tidak mudah, atau pun susah. Menurut saya, kalau membuat konten asal viral saja tidaklah begitu sulit. Bisa dibilang mudah. Apalagi bila menghalalkan segala cara.
Membuat konten viral yang mempunyai tujuan jangka panjang yang baik, seperti bertujuan menyampaikan pesan-pesan moral yang bagus untuk masyarakat seperti iklan layanan masyarakat, campaign untuk sebuah brand dan sejenisnya perlu effort yang lebih besar. Tingkatannya menjadi tidak bisa dibilang mudah. Lebih sulit.
Saya sendiri pernah dan sampai sekarang memproduksi konten viral jenis kedua yang saya tulis di paragraf di atas sesuai kebutuhan.
Tingkatan memproduksi konten viral yang paling sulit, menurut saya adalah bagaimana menulis pengalaman yang kita alami dan temui sehari-hari agar menjadi konten viral. Ini menurut saya sebenarnya yang diperlukan oleh seorang blogger (bukan sekedar publisher) yang akan tetap disebut blogger bila tetap menulis sesuatu secara naratif. Menulis narasi atau story telling. Ini yang ingin saya pelajari.
Bagaimana cara memproduksi viral content yang pertama, bila tertarik, mungkin kita bisa belajar dari fan page seperti Jonru, Portal Piyungan, dan sejenisnya. Di internet produsen konten viral seperti itu ada banyak sekali.
Memproduksi conten viral dengan lebih mudah dan cara-cara beradab dapat dipelajari dari Workshop” How to Make Viral Content”, yang dibawakan oleh Chief Content Officer Zetta Media yang sekarang tidak lagi berjilbab tetapi tetap cantik, yaitu Ollie Salsabela. Di Ruang Rapat Lantai 3 Gedung Telkom Kotabaru Yogyakarta pada tanggal 9 Maret 2016 lalu.
Ini definisi Viral Content menurut Ollie? Ada yang tidak sependapat?
Ini adalah indikator menurut Ollie terkait seperti apa sebuah content/message disebut sudah viral. Bila tidak setuju dengan indikator di atas dengan alasan yang anda yakini, tahan dulu. Coba dipahami konteksnya, hehe
Membaca-baca slide ini apa yang saya tangkap adalah mengkonfirmasi sifat onliner terutama di Indonesia yang kebanyakan bersaraf pendek, yang mendorong mereka untuk melakukan share dan reshare dengan cepat bahkan tanpa membaca keseluruhan konten, apalagi melakukan cek dan recek.
Menurut Mas Iwan Setyawan, kalau kita mau melihat seberapa kejam dunia, maka sesekali tengoklah Instagram, Facebook atau social media lainnya. Neraka seperti ini sering saya lihat dengan mata kepala sendiri berupa netizen yang asal reshare dibumbui komentar kebencian, broadcast di whatsapp, BBM, Telegram dan lain-lain. Di content-content viral di Facebook yang pernah saya produksi pun saya menghela nafas menemukan cacian atau komentar yang tidak nyambung. Untungnya tiba-tiba ada penjual online yang tiba-tiba mempromosikan dagangannya. Ini yang mengendurkan syaraf saya dan membuat ngakak.
Poin yang ingin saya sampaikan di sini adalah ketika ingin memproduksi sebuah content viral, tangan kanan kita harus tetap berpegangkan sebuah Kompas Moral.
Nah, menurut saya, bila berpegangkan sebuah Kompas Moral, paham akan trend yang sedang happening dan mengerti betul siapa target audien dan kerangka sebuah portal (Rocking Mama) kita akan bisa menghasilkan sebuah konten yang viral sekaligus punya value. Bukan semata-mata mendulang trafik dengan menyulut emosi ibu-ibu saja.
Ada pertanyaan bagus dari salah seorang peserta Workshop pada siang itu. Pertanyaannya adalah bagaimana seorang blogger itu tidak hanya melakukan rewrite untuk menghasilkan viral content. Singkatnya bagaimana menulis pengalaman sendiri sehari-hari dengan cara, gaya dan bahasa sendiri kemudian tulisan tersebut menjadi viral.
Saya sangat berharap jawaban berkualitas terhadap pertanyaan ini. Ini adalah jenis tulisan viral kategori ketiga menurut saya sebagaimana saya sebut di paragraf awal. Menurut saya Ollie belum bisa menjawab pertanyaan ini.
Bila dikaitkan dengan apa yang tertampil di slide berikut, tentu bukan sesuatu seperti ini yang ditanyakan oleh mom penanya siang itu.
Ini merupakan contoh contoh artikel yang menjadi viral di portal RockingMama. Artikel yang dari judulnya mungkin digodog dengan step-step yang langkah-langkahnya ditampilkan dalam slide sebelumnya. Didahului dengan riset trend/keyword, kemudian dibingkai dengan topik dan target audien dari portal Rocking Mama
Kesimpulan
Mengikuti keseluruhan sesi Workshop “How to Write Viral Content” kesimpulan yang bisa saya tarik adalah bahwa Workshop yang disampaikan oleh Ollie cocok bagi penulis konten untuk suatu portal atau publisher namun materi yang disampaikan kurang cocok bagi blogger yang ingin membuat content dengan story telling yang kuat sesuai dengan pengalaman, gaya dan deliveri masing-masing.
Keterampilan terkait viral content yang diperlukan oleh nara blog menurut saya adalah bagaimana menulis pengalaman pribadi sehari-hari, dari sudut pandang pribadi, dengan gaya dan deliveri yang unik agar menjadi viral. Viral Story Telling. Sulit ya?
Foto-foto dalam foto ini diambil oleh Dimas Suyatno.
ra melu wingi
salahe ora melu
Malah disalah2ke 😢
Aku yo ramelu wingi…
kudune melu mas, akeh emak emak cantik, eeeh
Mantap mas… saya pikir acara ini buat cewek aja, eh ternyata mas ikutan. Iya saya menunggu jawaban dari pertanyaan terkahir mas yang stroy itu bisa viral. Gimana ya?
kemarin saya sama dimas suyatno datang, ada dua cowo yang lain kalau tidak salah, tapi saya tidak kenal mas 🙂
bener banget ya mas tingkatan yang paling sulit untuk membuat conten viral itu membuat viral story telling sepertinya
nah, ini mungkin yang harus kita pelajari sendiri mas, mungkin dengan gaya penulisan yang unik seperti agus mulyadi, orang akan gemes dan share tulisan kita, kelak juga kangen baca lagi
yup bener banget tulisan bermanfaat belum tentu bisa jadi viral kalo gak ada geregetnya ya, btw saya mba bukan mas 😀
wah, maaf mbak, salam kenal ya
salam dari jogja lantai 2
Di Google+ banyak banget yang coba membuat konten Viral, bisa dilihat dari judul yang lebay dan pakai huruf kapital. Saya tau kalau itu hanya sekedar cari backlink, karena Google+ adalah sosial media yang tepat untuk cari backlink dan traffic.
saya tidak seperti itu di google + kan mas, saya nge share di g+ juga sih, tapi berusaha ngga brutal
Banyak dari warga kita memang terlalu pendek syarafnya. Yang udah bisa mengiyakan sebuah judul artikel yang belum tentu benar atau nggaknya.
Gue pernah coba bikin postingan yang emang mau dibikin viral post, tapi dengan menggunakan gaya tulisan gue seperti biasa. Alhamdulillah sampe sekarang postingan itu masih rame aja hehehe.
Nice topic, mas..
Salam
nah, saya harus belajar dar mas nih, ini yang sebenarnya saya cari
ooh, udah ga berjilbab ya
mas afit apa kabar?
engga lagi mas, eh apa kanar mas wisnukunt
halo mas jarwadi salam kenal
lagi nyoba bikin story telling juga nih mas biar jadi viral butuh analisis yang tepat nih
selain butuh analisis, dibutuhkan keterampilan tinggi ya mas, hehe
story telling sebenarnya lebih compelling bagi pembaca blog kita
Jadi pengen komentar jilbabnya kayak mas Afit di atas.. Sekira awal Desember 2015, sudah lihat tanda-tanda mau lepas jilbab ya dari akun medsosnya, yang mana Mbak Ollie ini mulai menampakan rambut (poni depan) saat berjilbab. Namun setelah itu ngga update lagi saya, ternyata udah resmi ngga berjilbab ya sekarang, hehehe.. Mbak Ollie ini kalau ngga salah jadi inspirasi banyak orang ya, inspirasi beberapa muslimah masa kini gitu. jadi penasaran tanggapan atau sikap mereka atas keputusan mbak Ollie ini.. Mungkin sama ketika saya nanti mendapati idola terbesar saya (EMINEM dan Ryan Tedder) tiba mengaku LGBT ya.. hahahahahaha 😀
eeh suka suka dia dong mas, dont judge the woman by hijab she wear
Baru baca balasan… hehehe…
Buseeeet… siapa yang melarang masbroo…
Mau jilbaban, mau kagak, bebas kok..
Poin komentar saya tuh: “saya penasaran reaksi followernya (baik nyata maupun maya)”
Itu aja sih, ngga ada penghakiman mana yang benar dan mana yang salah..
Kalau saya masih mikir benar dan salah, malu dong sama idola saya lainnya, si mbah Nietzsche 😀
Malah jadi agak OOT ya temanya, wkwkwk…
Maap..maap..maap 🙂
Iya, yang seperti itu emang cocoknya buat penulis konten portal. Hufft banget buat yang blogger masih PR nih ^_^
Ma kasih ya sharingnyaaa. Jadi berasa ada di sana walaupun nggak hadir. Thanks again.
kalau gaya menulis blogger, saya suka kangen baca tulisan travel nya kak eka, serasa ada ruh di sana
Nanti ditulis lagi yaaa
Mmm iya sih … kl judul2 spt contoh yg diksh di slide terakhir, emang cocok untuk yg online portal ya … biar bs menarik minat pembaca huehe.
mau menulis di blog pribadi dengan judul judul seperti itu mas?
Hmm bakal jarang sih sptnya huehue … 😉
berpindah konsentrasi ketika membaca ollie sdh tidak berjilbab lagi..
haisssh, kalau pengen lihat Ollie nih:
eh ngga nyangkut. tengok di facebook saja
Cukup sulit, sih, membuat sebuah viral content untuk ukuran seorang blogger. Mesti banyak belajar lagi biar kontennya menarik, berisi dan banyak dibaca orang 🙂
Salam kenal mas. Ini kunjugan pertama saya di blog ini hehe
salam kenal kembali mas Reza Andrian 🙂
Membuat sebuah viral content cukup sulit bagi seorang blogger pemula seperti saya mas.
Salam kenal dari saya alviyatun
Salam kenal mbak Alviyatun
Saya juga blogger pemula kok dan siap belajar hehe
Sebagai blogger pemula dan ala-ala, daku lagi belajar untuk bisa bikin konten viral. Kayaknya perjalanan masih panjang nih… Thanks sharingnya mas :).
saya juga blogger pemula mbak, mari sama sama belajar 🙂
Yuk yuk belajar😀
Oia mas, untuk membuat viral content itu sebetulnya apa saja yang harus diperhatikan ya mas?
itu sudah tertera pada slide slide yang saya foto dan saya tampilkan pada artikel di atas
vookmarked banget ini mas, bisa banyak belajar dari tulisan ini 🙂
btw foto Ollie tanpa jilbabnya mana? kok kepo #eh LOL
kok malah foto ollie yang dicari-cari. coba deh tengok di fb, hihi
haha biasa lah, gagal fokus mas
Harus belajar banyak lagi nih.. Baca baca baca.. Begitulah proses nya..
membaca, tentu. biasakan membaca 1000 artikel setiap hari, eh susah ya
konten viral,, efeknya luar biasa banget tuh untuk nge-ranking blog
ijin bookmark mas.. biar gampang prakteknya!
silakan mas domo, hayuuuk coba sesekali praktek
Efek viral ini luar biasa tapi ya menddulang trafik. Bookmark ahh, thanks mbak share nya
sama sama mbak, eh saya mas lhooo
Aha, kesimpulanmu sama persis dengan apa yang ada di kepalaku kemarin mas. Tips ini cocoknya buat para content writer. Kl blogger mengaplikasikan itu dlm bayanganku kedekatan personal di tulisan bakal ilang. Meski tidak menampik kemungkinan blogger bisa melakukannya. 2 tahun lalu jaman aku blm paham soal viral content ada 1 artikel di blogku yg viral banget n masih sering dishare org sampai sekarang, dan itu nggak pake judul bombastik.
nah, aku pikir aku saja yang bikin kesimpulan seperti itu, ternyata travel blogger seperti kamu juga sepakat sama saya, hihi
Keren mas liputannya. Wah emang jargon sara dan kelompok tertentu emang masih jadi modal utama dalam menulis
itu memang bekal enak mencari trafik, kalau doyan sih hehe
Haha nggak ah dosa tuh..
Ghibah lawan politik terus hahaha…mending berkembang sedikit demi sedikit tapi pasti hehe
Gigi. Kalau gitu ya jangan ditiru. Notebook dengan hati lebih enak ya
Konten viral sekarang banyak ya yang berhasil menarik perhatian publik hanya dari judul dan sayangnya banyak orang yang share tanpa membaca atau paham dulu isi dari informasi yang dia bagikan di akun sosmednya, hmmm.
saya kadang berpikir, apa netizen akan selamanya seperti itu, atau ada masanya?
mantap. karya karya karya.
mari berkarya lupakan negara, ehhh
Komplit tulisannya mas. Kemarin nggak sempet nyatet banyak karena harus wira wiri
emak emak blogger kalau bikin acara keren kereen, lain kali saya ikut lagi ya mbak 🙂
Iya nih aku juga lagi mempelajari viral content, banyak baca web kaya rocking mama, hipwee, dll. Tapi pengennya tetep sudut pandangnya “aku” jadi cerita pribadiku seperti yang dibilang mas Jawardi tadi.
sepakat sama aku kan mbak, hehe
tantangan kita adalah “bagaimana budaya hidup hemat seperti mbak aziza bisa menjadi viral” hihi
Klo indikasinya dishare 200 orang, beberapa tulisan saya sudah mendekati itu Mas, dengan komentar lebih dari 20. hehehe..silahkan diintip dan ditunggu masukannya ya Mas. Makasih 🙂
saya juga sudah melakukannya, hanya beberapa tulisan sih, belum bisa banyak 🙂
mengispirasi bagi newbie yang jauh dari peradaban kayak saya, trims mba
semoga tulisan2 kita ke depan makin baik dan menemukan pembacanya, syukur2 bisa viral 🙂
Ping balik: Trafik Meledak | Curhat Jomblo
Aku bingung baca konten di atas. Karena sepertinya beda banget dengan gaya ngeblogku. 😀
Beda gaya ngga apa apa mbak. Asal santun dan menjadi diri sendiri lebih memuaskan ya. Hehe
Coba mba Ollie ini artis, pasti pada sibuk inpotenmen soal jilbab ya. Eh ini komen apa coba hahaha
hihi, komentar-komentar di tulisan ini banyak yang mengomentari Ollie lepas jilbab. berarti benar insting saya untuk menuliskan Ollie lepas jilbab di tulisan ini
karena menurut Ollie, tulisan yang baik adalah yang mengundang diskusi. Nih menjadi diskusi beneran 🙂
Artinya workshop dr mba Ollie berhasil dipraktekkan oleh mas Jarwadi 😀
iya, bagus. ini saya coba saya praktekkan 🙂
Keren banget tulisannya mas, makasih udah di share :))
Kemaren ini aku iseng bikin tulisan dengan judul viral-able gitu sih : inilah alasan mengapa penggemar drama korea mudah baper & galau…entahlah jadi viral atau kagak bhahaha…
Tapi isinya sih tetep gaya curhat khas aku seperti biasa :))
Tapi kalo di twiter sih banyak yang nge-share.
Jadi pengen tahu definisi atau ukuran kalo post tsb viral itu kira2 gimana yah mas?
kalau menurut Ollie, tulisan disebut viral bila dalam 2 jam di-share sebanyak 200 kali, telah dibaca 2000 kali dan sedikitnya mengudang 5 komentar. share tersebut boleh facebook, twitter atau social media yang lain 🙂
Benar, Mas, sulit. Malah kadang2 karena gak kepikiran utk bikin viral content, malah tiba2 tulisan saya jadi viral. meski gak sampe banyak2 amat view-nya. Yang saya upload kemarin, misalnya, judulnya Menjadi Istri yang Menghidupkan Pernikahan, ternyata di-reshare oleh beberapa orang dan di-like oleh banyak orang 😀
Saya gak menyangka. Dalam sehari semalam, cepat buat blog saya, yang baca sampe 400 orang. Pengantarnya, yang saya share di grup2 FB bunyinya begini:
Tulisan pendek yang terinspirasi dari sebuah quote di page Pernikahan yang Hidup:
“Tak seorang laki-laki pun benar-benar telah menikah sampai dia sungguh-sungguh memahami setiap kata yang tidak diucapkan oleh istrinya.”
Saya buat pengantar dan kontennya dengan harapan agar menarik saja, sih bukan biar jadi viral.
Nah, kira-kira Mas Jarwadi tertarik nggak? 😀
ih, paragraf pertama yang membuat penasaran disebut: hook. ini menarik banget kok. saya saja jadi pengen baca kelanjutannya. 🙂
Wah baca komentarnya jadi tertarik mempelajarinya ni…
Terima kasih
Kerek Mas… 😉
makasih mbak Witri 🙂
Maksudnya Kerrrennn Mas, itu acara yg di Jogja kemarin kan?
Maksudnya Kerrrennn Mas, itu acara yg di Jogja kemarin kan?
benar mbak, ini adalah acara hari Rabu kemarin, di Telkom Yogyakarta 🙂
Kerrreeennnn
Terima kasih atas postingannya mas. Bermanfaat (y)
sama sama mbak
Iya mas, cocoknya buat penulis portal atau publisher. Kalau blogger kan aslinya menulis dari sudut pandang dia masing masing. Kecuali kalau judulnya aja dibuat sedikit ‘nakal’ untuk menarik orang membuka postingan kita. Tapi isinya tetap subjektif si penulisnya. 🙂
menurutku demikian mas, tulisan blogger menjadi kuat karena sudut pandang yang digunakan dalam menceritakan pengalaman atau peristiwa yang menimpa atau dilakukannya 🙂
artikel yang bermanfaat Mas 🙂
sampai saat ini belum kepikiran untuk menulis artikel yang viral..
benar mbak, tujuan orang menulis berbeda-beda. indikator keberhasilan menulis pun tidak sama antara satu orang dengan orang yang lain. saya sendiri hanya sesekali belajar menulis viral tapi tidak untuk digunakan untuk blog ini pada umumnya.
bisa rajin menulis itu saja bagi saya sudah menyenangkan kok. 🙂
sepertinya itu memang untuk penulis content. kalo blogger mah susah dengan cara gitu, wong pengennya cerita pengalaman pribadi. bisa saja sih bikin postingan: 7 destinasi wisata bla bla bla untuk kaum bla bla bla …. tapi itu bukan gayanya blogger.
btw kalo bagi blogger dapet traffic banyak trus ngapa? dimonetize juga susah … paling dapet kepuasan aja ya kan.
Remindernya terasa ini mas, berpegangan moral yaa. Klo viral ini saya belum pernah, cuma nulis mengalir tapi tetap terkonsep, sharing pengalaman dgn perasaan hehe.. Nyoba belajar viral abis baca2 blog yg ngasi ilmu kaya gini ^^
benar, berpegangan kompas moral harus, kita tidak ingin tulisan kita hanya menjadi gosip bukan, kalau bisa memberi value melalui tulisan kenapa tidak 🙂
dari apa yg gue rasain sih, tulisan-tulisan kebanyakan blogger itu kayak ada yang kurang, gak tau apa emang gue nya yg males baca atau gimana, Tp kayak gak menarik aja gt, mungkin gue nya yang gak terlalu tertarik, atau mungkin tulisannya emang gak menarik pas dibaca di awal-awal paragraf, klo emang tulisannya menarik, gue mungkin bakal baca sampai akhir, mungkin kebanyakan blogger lebih ngejer target post kali yak, jadi feelnya gak dapet. Jadi efeknya GAGAL VIRAL.
banyak sih mas tulisan blogger yang seolah kejar tayang, tapi yang bagus bagus dan bisa viral juga banyak 🙂
Keren ilmunya nih Mas, Terima kasih sudah berbagi 🙂
sama sama mbak, terimakasih telah berkunjung ke blog saja
mantab ini , emang gampang2 susah yaaa nulis, ahh yang penting jadi diri sendiri hehee..
maturnuwyn sharing2nya Mas
Memang bener, kapasitas Ollie disini bukan sebagai personal blogger. Kapan2 dirimu dong yg share ttg artikel viral di blog story telling spt blogku. Ya ya ya? Btw itu yg merah kok nggak dikenalin? :))
eh, itu yang pakai kaos merah sudah pada kenal duluan kok, hehe
mantabs, kalo ada info kabar-kabar donk, saya juga asli jogja lho hehe
wah, di jogja ya, salam kenal. di jogja banyak banget event blogger. sampai saya saja tidak bisa ikut semuanya 🙂
aarrrgghhh…mantab mesti iki ilmune…
mantabh banget mbak cantik 🙂 hehe
sip super sekali
Hallo mas jarwadi,
Maaf ni swdikit “OOT” boleh nggak saya sedikit promosi mas?
Jadi gini barang kali ada yang butuh karangan bunga bisa hubungi temen saya, dia wilayah surabaya.
Ping balik: Rahasia Membuat Viral Content Ala Resty Amalia - Review Blogger