Kuliner Malam Paliyan: Bakmi Jawa Pak Kamto

Bakmi Jawa "Pak Kamto" Depan Pasar Trowono Paliyan Gunungkidul Yogyakarta

Bakmi Jawa “Pak Kamto” Depan Pasar Trowono Paliyan Gunungkidul Yogyakarta

Habis menikmati indahnya matahari tenggelam di Pantai Laut Bekah di Panggang – Gunungkidul, kami ingin menuntaskan perjalanan dengan menikmati kuliner malam di sekitar Pasar Trowono.

Meski di sepanjang jalan kami pulang ada banyak pilihan kuliner, namun apa yang langsung ke pikiran adalah Bakmi Jawa di sebelah barat Pasar Trowono. Saya mendadak ingat dengan nenek penjual bakmi yang pernah saya kunjungi beberapa tahun yang lalu.

Saya pun  langsung mengajak adik saya, Sumar dan Mas Teguh ke sana. Sayangnya sesampai di sana, rupanya penjual bakmi yang rasa dan porsinya tak terlupakan itu belum siap. Sudah nampak buka namun belum bisa melayani pembeli.

Daripada lama menunggu, tadi malam kami memilih untuk mencari kuliner yang lain. Sempat bingung antara sate dan tongseng dengan bakmi yang lain, akhirnya pilihannya jatuh ke Bakmi Jawa “Pak Kamto”. Baca lebih lanjut

Iklan

Unik, Nasi Goreng Kecombrang Kedai Nyah Tanli

Apa yang menjadi daya tarik suatu destinasi kuliner, selain cita rasa, bagi saya adalah keunikannya. Buat apa saya jauh-jauh turun menuruni lantai dua Yogyakarta ke Kasongan – Bantul bila hanya dijanjikan dengan makanan enak. Di Gunungkidul toh makanan enak ada banyak sekali.

Dari namanya, kedai yang saya tuju untuk berbuka puasa di Kasongan ini sudah unik. Namanya Kedai Nyah Tanli. Meski bila tahu apa arti Nyah Tanli bisa jadi malah antara mengernyitkan dahi sampai tersenyum-senyum seorangan. Sabar. Apa itu Nyah Tanli akan saya kasih tahu nanti belakangan.

Di Kedai yang dimiliki dan dikelola oleh Bapak Timboel beserta istri ini menawarkan semua jenis makanan ala desa yang njawani. Sebut saja ada bakmi jawa, nasi goreng, sambal, tahu dan tempe goreng, teh, kopi dan sejenisnya.

Tempe Goreng Kedai Nyah Tanli

Tempe Goreng Kedai Nyah Tanli

Apa yang membuat perbedaan adalah kecombrang. Bila tidak tahu kecombrang coba googling kata “kecombrang”. Baca lebih lanjut

Mencicipi Chicken Shish Kebab di Mediterranea Resto by Kamil

Chicken Shish Kebab di Mediterranea Resto by Kamil Tirtodipuran Jogja

Chicken Shish Kebab with Mediterranean Salad  di Mediterranea Resto by Kamil Tirtodipuran Jogja

Bisa dibilang saya jarang mencicipi jenis-jenis makanan ala Eropa seperti ini. Lidah saya sudah terlanjur mesra dengan kuliner nusantara. Tetapi apalah artinya hidup tanpa mencoba-coba hal baru.

Kali ini untuk pertama kalinya saya mencicipi Kebab. Chicken Shish Kebab ala Mediterranea Resto by Kamil. Shish Kebab ala Mediterania ini cukup unik. Daging-daging ayam tidak dilepas dari tusukan yang digunakan untuk memanggang. Disajikan dengan semacam irisan tomat, saus, salad dan nasi.

Saya tidak tahu persis apa nama-nama (istilah) yang digunakan untuk menamai masing-masing bagian dari menu yang tersaji. Mungkin foto saya di atas lebih mudah dipahami dengan singkat daripada saya ribut menuliskannya.

Apa yang pertama kali saya coba cicipi dari Shish Kebab ini tentu adalah daging ayamnya. Tidak sulit memisahkan daging dari tusukan dengan pisau makan dan garpu. Untuk kemudian perlahan-lahan saya kecap. Saya tidak langsung menggigitnya sebagaimana saya biasanya memakan sate. Dengan cara ini daging Kebab terasa cukup empuk.  Baca lebih lanjut

Malon Bakar Klaten Cupuwatu Resto, Mantapnya Kuliner Khas Jogja

Kesan pertama yang baik suatu restoran pasti akan membawa saya suatu saat kembali pada kunjungan berikutnya. Pengalaman saya  menikmati menu spesial Malon Bumbu Kuning, Teh Madu dan aneka camilan di Cupuwatu Resto pada Februari awal tahun ini bukanlah kebetulan yang akhirnya pada siang hari ini, daging lembut Malon kembali mendarat di ujung lidah saya. Bukan Malon Regular/Malon Bumbu Kuning yang saat itu saya cicipi bersama Tina saat itu, tetapi kali ini saya ingin menikmati rasa  yang berbeda, Malon Bakar Klaten. Minumnya pun kali ini saya memilih Es Teler Cupuwatu, bukan teh hangat seperti biasanya. Kali ini semoga Es Teler yang menggoda ini tidak membuat saya pilek. 🙂

Malon atau Manuk Londo bagi saya merupakan nama yang aneh untuk sebuah makanan. Apalagi ini di suatu restoran di Yogyakarta. Di acara food tasting bersama blogger yang diundang oleh Cupuwatu Resto pada siang ini rupanya saya baru mendapatkan jawabannya. Pada postingan blog saya awal tahun ini di SINI, saya menuliskan bahwa Malon merupakan makanan olahan daging burung puyuh (atau gemak) yang dimasak secara khusus sehingga dagingnya empuk tanpa mengurangi rasa unik daging unggas ini. Tidak tepat namun tidak juga benar-benar salah. Menurut Mutia Ulva – Public RelationeCupuwatu Resto, bahan baku Malon adalah unggas, tetapi bukan unggas asli Indonesia, melainkan unggas dari Eropa yang disebut French Quail. Kalau saya terjemahkan secara bebas ini juga berarti: Puyuh Prancis. Kemudian disebut Manuk Londo atau Malon untuk memudahkan penyebutannya saja, agar kejawa-jawaan. Manuk Londo adalah kata dalam Bahasa Jawa. Manuk berarti Burung/Unggas, Londo berarti: Bule.

Sebagai menu andalan di Cupuwatu Resto, Malon saat ini telah dikembangkan menjadi beberapa varian. Ada Malon Bumbu Kuning (Reguler) yang merupakan Malon pertama saya, Malon BBQ, Malon Ala Peking, Malon Bakar Klaten, Mie Malon, Gudeg Malon, Nasi Kebuli Malon dan Sego Wiwit. Lidah dan perut saya rasanya ingin mencicipi semuanya. Nafsu selalu begitu. 😀

IMG_0053

Kali ini saya memilih: Malon Bakar Klaten. Sebagai penggemar kuliner tradisional Ayam Bakar Klaten, tentu saya penasaran seperti apa sambal pedas, lalapan dan bumbu ala Klaten dipadu dengan daging burung bule.

Malon Bakar Klaten disajikan berupa: satu ekor French Quail utuh tanpa jerohan, satu cawan sambal cabe pedas dan lalapan yang terdiri dari: daun selada, daun kemangi, irisan mentimun, dan irisan buah tomat merah. Malon Ayam Bakar ini juga disajikan dengan nasi putih yang pulen. Lihat foto saya di atas.

Daging Malon Bakar Klaten ini empuk. Kesan ini saya dapatkan ketika saya menusukkan garpu ke bagian dada malon, kemudian menggigitnya. Daging French Quail ini nyaman dikunyah. Rasa dan aroma santan terasa dilidah namun tidak cukup menyengat, tidak berlebihan. Malon juga tidak berbau menyengat seperti halnya ayam yang dibakar ala Klaten. Malon Bakar Klaten akan mengeluarkan nikmat yang sebenarnya ketika saya mencocolnya dengan sambal pedas, baru  kemudian disusul dengan nasi sambil sesekali mulut ini mengunyah lalapan yang renyah. Enaaak. Orang bilang makanan itu hanya enak ketika satu kali dua kali mendarat di lidah. Siang ini entah karena saya sedang sangat lapar, rasa enak yang khas ini masih terasa ketika di piring saja tinggal tulang belulang yang berserak dan sambal yang belum habis. Kalau sudah begini rasanya saya ingin nambah dengan menu Malon yang lain. 😀

IMG_0033.resized

 

Untuk siang ini minuman dingin cocok dipadankan dengan menu utama Malon Bakar Klaten. Minuman dingin pilihan saya adalah Es Teler special Cupuwatu. Sebagai bukan penggemar Es, awalnya saya tidak punya ide minuman apa yang akan saya pilih. Pilihan jatuh pada es teler ini adalah karena namanya saja.

Dari rasanya, Es Teler ini mempunyai rasa susu dan durian yang cukup kuat sekaligus segar. Buah cerry, kelapa muda, alpukat dan nata de coco membuat rasa es ini makin kaya rasa. Tenggorokan saya yang sensitif terhadap es, susu dan minuman dingin pun saya rasa tidak akan menyesal bertaruh untuk menikmati Es Teler spesial Cupuwatu ini. Ini jangan diartikan nekad ya? hihi.

Menikmati dua varian Malon dalam dua kesempatan yang berbeda membuat saya ingin datang untuk yang ketiga kalinya. Untuk kunjungan saya menikmati Kuliner Jogja berikutnya saya ingin menikmati Malon BBQ. Saya tidak akan datang sendirian melainkan mengajak kolega dan teman-teman saya ke sana untuk sekedar hangout ataupun short meeting ditemani dengan Nasi Kebuli Malon atau Sego Wiwit Malon yang nampak enak dinikmati secara “kembulan” di dalam ruangan dengan interior yang didesain klasik dengan semua kekahasan jogja, ruangan yang lega dan suhu yang sejuk.

FullSizeRender

IMG_0060

 

***

Cupuwatu Resto - Yogyakarta

Cupuwatu Resto – Yogyakarta

Cupuwatu Resto merupakan restoran di Yogyakarta dengan menu kuliner khas di Yogyakarta. Cupuwatu Resto beralamat di Komplek Grand Cupuwatu, Jl. Solo Km 11,8, Yogyakarta. Bila Anda sedang berwisata ke kota ini dan mencari kuliner khas di Jogja, Restoran di Yogyakarta ini bisa dijangkau dengan hitungan menit naik taxi dari Adi Sucipto Airport atau dari seputar Kota Jogja, Trans Jogja bisa dipilih sebagai alternatif transportasi yang murah.

Posting saya tentang Manuk Londo dan Cupuwatu Resto sebelumnya bisa dibaca di:

 

 

Sarapan: Soto Ayam Pak Gareng

Fyuh! Hari ini saya cape sekali. Jadinya saya mau posting yang ringan-ringan saja. Memang kapan pernah posting serius? hehe Begini, tadi pagi habis shalat Subuh saya buru-buru mandi agar tidak tertinggal bus pertama dari Paliyan yang menuju Yogya. Bus itu biasanya berangkat jam 05:30 wib. Sarapan mana sempat. Lebih baik saya sarapan di pinggir jalan daripada terlambat menghadiri undangan ngomong-ngomong launching Tap Izy dan ticketing kereta api Pramex di stasiun tugu yang sedianya dimulai jam 08:00 wib.

Benar saja, naik bus jam 05:40 wib. Kira-kira jam tujuh -an saya sudah sampai stasiun Tugu Yogyakarta. Satu jam lebih dari cukup untuk sarapan. Saya langsung teringat dengan Soto Pak Gareng yang buka lapak di Jalan Pangeran Mangkubumi dan berjalan menuju TKP. Hanya beberapa ratus meter sebelah utara stasiun. Terakhir kali ke soto ini kira-kira dua bulan yang lalu bareng Annosmile. Soto Pak Gareng enak.

Saya tidak bisa lebih lanjut menuliskan enaknya gimana, baca di sini saja ya. 😀 Menurut saya yang lebih membuat Soto Pak Gareng cocok untuk sarapan adalah suasana dan pemandangan aseli jogja di sepanjang jalan Pangeran Mangkubumi yang mudah dilihat. Becak, orang bersepeda, orang berjalan kaki, bangunan-bangunan peninggalan jaman Belanda dan lain-lain.

Lagi pula harga Soto Pak Gareng dan ‘asesoris’-nya cukup murah dan transparan. Daftar harga bisa dilihat pada tempelan banner yang besar. Murah? Murahnya seperti apa? Coba pikir, harga soto ayam campur: Rp 5.000,- Sate Ayam Ati: Rp 1.500,- Sate Telor Puyuh: … (lupa) Teh Panas: Rp 1.500,-

Soto Ayam Pak Gareng

Soto Ayam Pak Gareng

Sate Telur Puyuh Pak Gareng

Sate Telur Puyuh Pak Gareng

Sate Ayam Pak Gareng

Sate Ayam Pak Gareng

Kalau Anda berkunjung ke Jogja menggunakan Kereta Api dan sampai stasiun Tugu pada jam pagi, Soto Pak Gareng layak Anda coba. Bener! Satu-satunya kekurangan dari Soto Ayam Pak Gareng menurut saya adalah pengamen yang silih berganti menghampiri orang-orang yang sedang makan.

Oh, Iya! Acara launching Telkomsel Tap izy nya secara umum bagus. Namun karena saya sekarang sudah ngantuk, daripada saya malah menuliskanya secara mbulet, lebih baik saya tuliskan lagi pada posting berikutnya bila mata saya sudah tidak kriyip-kriyip. 🙂