Pernah Bersinggungan dengan NII di Gunungkidul

NII (Negara Islam Indonesia) hingga hari ini masih terasa menjadi berita heboh di koran – koran. Di koran yang ada di warung Soto dimana saya sarapan tadi juga ada berita NII -nya. Kemarin sore saya juga melihat di Metro TV, Al Chaedar yang diwawancari sebagai nara sumber tentang NII.

Pertanyaannya: Β Kenapa NII bisa berlama – lama menjadi heboh berita nasional? Seberapa bahayakah NII sampai perlu beritanya diangkat tinggi – tinggi hingga seolah olah menenggelamkan kabar permasalahan – permasalahan lain di negeri ini. Kemana berita pembangunan gedung baru DPR, politisi korup, skandal perbankan, dll

Kalaupun NII sangat berbahaya, kenapa tidak diselesaikan sejak dari dulu. Bukankah NII sudah ada di Indonesia dan jadi permasalahan sejak lama. Saya pernah secara kebetulan bersinggungan dan sedikit mencari tahu. Hingga akhirnya tidak terlalu banyak tahu πŸ˜€

Ceritanya begini. Baca lebih lanjut

Harian Jogja Express Gunungkidul, Semoga Masyarakat Makin Melek Media

Harian Jogja Express Gunungkidul Edisi 28 April 2011

Harian Jogja Express Gunungkidul Edisi 28 April 2011

Koran Harian Jogja Express Gunungkidul yang saya beli kemarinnya kemarin, edisi Kamis 28 April 2011 baru saya baca kemarin. Dan sekarang saya menuliskan review-nya di sini. πŸ˜€

Merupakan Koran Harian Jogja Express Gunungkidul kedua yang saya beli. Pertama kali saya membeli edisi 21 April 2011. Tumben – tumbenan saya membeli koran cetak. Biasanya saya mengandalkan media berita online dan sosial media.

Sebenarnya yang menarik bagi saya adalah kata ‘Gunungkidul‘ yang menjadi bagian dari nama koran ini. Harapannya rubrik – rubrik dari koran ini berisi berita – berita seputar kabupaten Gunungkidul. Mengingat, menurut saya, banyak hal yang terjadi di kab. Gunungkidul yang masih kurang tereskpos oleh media. Baca lebih lanjut

Desa Grogol : Pajak Bumi dan Bangunan Bermasalah

Di desa dimana saya tinggal, desa Grogol kecamatan Paliyan kabupaten Gunungkidul , bapak saya mempunyai 5 petak tanah. Kelima petak tanah itu merupakan pemberian dari orang tua bapak dan orangtua simbok. Kelima petak tanah itupun sudah bersertifikat sejak beberapa tahun yang lalu ketika ada pensertifikatan tanah secara masal.

Anehnya dari kelima petak tanah milik dan bersertifikat atas nama bapak saya itu, hanya dua yang keluar “kohir” atau lembar pajaknya. –tentu saja pajak yang lebih sedikit dari yang seharusnya ini bukanlah karena saya mempunyai kedekatan dengan Gayus Tambunan– πŸ˜€ Dalam lembar pajak yang dibagikan oleh Pemerintah Desa Grogol melalui ketua RT itupun, nama wajib pajak masih kakek – kakek saya. Bukan atas nama Bapak.

Sebagai orang tua yang ogah ambil pusing, simbok sayapun segera melunasi pembayaran Pajak Bumi itu melalui ketua RT. Dan barangkali karena nominal pajaknya kecil, pak RT yang sekaligus pakdhe saya itu tidak dibekali oleh tanda terima oleh pejabat diatasnya yang memberikan tugas pengumpulan uang Pajak Bumi dan Bangunan. Baca lebih lanjut

RM Padang Siyono – Gunungkidul, Ramah Murah Meriah

Menu Murah Meriah RM Padang Giwangan

Menu Murah Meriah RM Padang Giwangan

“Dimana – mana orang Indonesia pengin makan, yang dicari pasti masakan padang” kata Gayus Tambunan ketika dipulangkan dari pelariannya di Singapura oleh Denny Indrayana dan Mas Ahmad Sentosa.

Saya tidak sedang ingin mengobrol tentang pat gulipat mafia pajak Gayus Tambunan yang penuh kebohongan sulit dipercaya itu. Barangkali satu – satunya ucapan Gayus yang bisa dipercaya hanya yang saya kutip di atas. Susah untuk menyangkal kalau kebanyakan orang Indonesia suka masakan Padang. Termasuk saya yang orang Jawa tulen dan tinggal di pelosok Gunungkidul. Kabupaten yang berjarak, barangkali, lebih 1.000 km dari kota Padang. Termasuk orang – orang di lingkungan dimana saya tinggal pun menyukai cita rasa Padang. Buktinya setiap ada Rumah Makan Padang baik di Wonosari maupun kota – kota kecil sekitarnya, umumnya ramai orang makan. Baca lebih lanjut

Gara – Gara Impor Ilegal, Harga Sapi Anjlok

Calon Induk Sapi

Calon Induk Sapi

Adalah foto calon induk sapi yang saya beli pada bulan Juli 2009. Seharga tujuh juga rupiah. Sekarang sapi ini sudah mempunyai anak jantan berusia 5 bulan.

Harusnya anakan sapi jantan ini saja sebulan lagi sudah bisa saya tukarkan ke iBox dengan iPad 2. Induknya diharapkan beranak lagi tahun depan. Naasnya beribu naas harga sapi malah anjlok terjun bebas.

Menurut yang saya baca di koran Kedaulatan Rakyat dan Harian Jogja pada tanggal 21 April 2011 yang memberitakan hasil Rapat Dengar Pendapat dengan Drs Djuwarto, anggota Komisi IV DPR RI yang berasal dari daerah pemilihan Yogyakarta, keluhan masyarakat petani – peternak akan melorotnya harga sapi mendapatkan keterangan karena merebaknya import daging sapi beku ilegal dari Australia. Baca lebih lanjut

Lampu Bangjo “Moderen”

Count Down Timer Equipped Traffic Light

Count Down Timer Equipped Traffic Light

Gambar di atas adalah apa yang saya maksud dengan Lampu Bangjo Moderen. Kata “Lampu Bangjo” memang kedengaran lucu, tetapi begitulah orang – orang di Gunungkidul dan Yogyakarta menyebutnya untuk menamai suatu Lampu Pengatur Lalu Lintas. Saya menyebutnya “Lampu Banjo Moderen” karena lampu pengatur lalu lintas ini telah dipercanggih dengan tampilan angka yang berhitung mundur menandakan sisa waktu kapan masih harus berhenti dan sampai kapan kendaraan harus terus berjalan. Penghitung angka mundur ini pada jaman saya masih belajar elektronika digital di sekolah di sebut, ya Pencacah Mundur, atau istilah menterengnya Count Down Timer. πŸ˜€

Foto di atas saya ambil siang ini di depan Gedung DPR D yang berhadapan dengan Kantor Pemda Gunungkidul. Dekat dengan Kantor Pos, kantor KUA, dan kantor – kantor pangembating praja yang lain.

Pemasangan Lampu Bangjo Moderen di down town πŸ˜€ kota Wonosari ini tentu akan mencitrakan kota Wonosari sudah canggih dan tidak ketinggalan dari Kotamadya atau Kabupaten lain yang sudah makmur dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat pemakai jalan. Dengan melihat angka yang berhitung mundur, pelalu lintas bisa memperkirakan kapan harus bersiap menginjak rem dan kapan bersiap dengan hati – hati menginjak/memutar pedal gas. Biar lebih tertib, santun dan enak, gitu.

Walaupun pada kenyataannya para pengemudi yang budiman malah saling adu keras menyalakan klakson ketika digit merah mulai memasuki angka lima. Weleeeh – weleeeeh …

Gunungkidul Turun Kabut

Pagi ini turun kabut. Persawahan di dekat rumah saya jadi kelihatan lebih indah dari biasanya. Dominasi warna hijau, putih dan basah. Udaranya dingin. Seolah ingin membekukan segala ketergesa – gesaan saya menjadi kemalasan.

Dengan segenap kemalasan untuk memenuhi janji yang di set lebih pagi, saya melalui jalanan yang terhalang kabut sejak dari depan rumah, jalanan Paliyan, Playen, Sampai Wonosari. Kabut turun merata. Dari dalam Angkudes yang berjalan pelan yang saya tumpangi, saya melihat hampir semua kendaraan yang berlalu lalang menyalakan lampu. Ya. Karena jarak pandang hanya sekitar 30 meter. Tidak lebih dari 50 meter barangkali.

Kalau Β situasinya tetap seperti ini Pak Polisi tidak perlu cape – cape terus – menerus mengingatkan pengendara akan kebijakan Light On -menyalakan lampu siang hari. Peringatan alam, berupa kabut lebih disegani dan diindahkan banyak orang. πŸ˜€

Saat ini saya telah hampir satu jam sampai di pabrik. Hampir jam 08:00 WIB. Kabut belum beranjak. Enaknya Teh atau Kopi Panas?

Jaringan Data Telkomsel di Daerah Lebih Cepat

Jaringan Telkomsel Blackberry di perkotaan lebih lemot dari daerah pinggiran. Di daerah pinggiran jaringan terasa lebih lancar dari di kota walaupun di daerah pinggiran hanya mendapat sinyal 2G atau EDGE. Jaringan Telkomsel paling payah pada jam – jam antara 20:00 WIB – 22:00 WIB. Begitulah keluhan yang jadi perbincangan di mail list Telkomsel Blackberry pekan lalu.

Saya pun merasakanya. Kalau sedang di kota Jogja saya sering kali harus berpindah dari jaringan 3G ke 2G atau sebaliknya secara manual hanya agar email – email saya tidak “nyangkut” alias pending. Padahal kalau saya sedang di Wonosari dan sekitarnya tidak perlu serepot itu. Teman mail list saya yang bekerja untuk Telkomsel pun bilang kalau suka download ini itu via BB nya bila sedang tugas di Wonosari. Mengenai kecepatan berikut ini saya capture 2 speedtest pada jam 20:30 WIB dan 21:00 WIB. Yang lebih lambat memang terjadi pada jam 20:30.

Test Network pada jam 21:00 WIB

Baca lebih lanjut

Sekolah Mahal ya :(

 

Sedih ... Pendidikan Mahal

Sedih ... Pendidikan Mahal

Kemarin, ketika pagi – pagi saya naik angkudes (semacam angkot tapi di pedesaan) bareng anak – anak Β berangkat sekolah, seorang bapa – bapa bertanya,”Sekarang berapa uang sekolah bulanan?” Ada yang menjawab 70 ribu/bulan, kalau di SMK N 1 Rp 100 ribu/bulan. Penumpang lain menjawab kalau di SMA Negeri 250 ribu/bulan.

“Wah mahal ya ….” celetuk bapak – bapak itu. Kemudian bapa – bapa itu diam. Dan saya diam – diam mengambil foto ini. πŸ™‚

Meringkas Pendidikan Kita

 

Melihat gambar ini sekilas barangkali anda Β menduga kalau saya akan menceritakan kebandelan yang saya tekuni di Sekolah Dasar SD Negeri Karangmojo II atau SMP N 1 Playen. Betapa tidak. Perintah Guru agar siswa meringkas pelajaran dari Buku. Di tulis dengan kapur pada papan tulis berwarna hitam. Dikukuhkan oleh Garuda Pancasila disaksikan oleh Presiden dan Wakil Presiden.

Tetapi, silakan lihat lebih lama. Itu BUKAN gambar Bapak Suharto dan Bapak Sudharmono. Bukan pula Bapak Suharto dan Bapak Try Sutrisno.Β Melainkan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dan Bapak Budiono. Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang dipilih secara langsung oleh segenap rakyat Indonesia pada Pilpres 2009 yang lalu.

Hadeuh! Ternyata Presiden dan Wakil Presiden yang baru yang dipilih secara langsung oleh rakyat belum terasakan pada perbaikan pendidikan yang dikenyam oleh sebagian rakyat Indonesia. Mudah – mudahan siswa siswi yang masih mendapatkan tugas meringkas buku pelajaran dari guru – guru mereka hanyalah sebagian kecil putra putri Indonesia. Atau masih banyak?