Langit terlihat angkara. Seolah dunia sedang murka. Hehe. Itu kan masalah intepretasi saja. Bagi kami di sini, di Gunungkidul, saat ini kami menganggap awan gelap itu sebagai kabar gembira. Hujan akan segera tercurah.
Dan benar. Sore tadi hujan cukup deras telah turun di desa Grogol dimana saya tinggal selama sekitar setengah jam. Melalui pantauan saya di social media, terutama facebook dan twitter, hujan kali ini cukup merata di kawasan Gunungkidul dan daerah-daerah sekitarnya.
Alhamdulillah. Bumi yang telah cukup lama mengering mulai membasah. Aroma harum bau tanah kering yang tersiram air hujan yang khas mulai tercium dimana-mana. Sampai sekarang.
Bagi saya sendiri, bau tanah basah seperti ini membawa sensasi tersendiri. Seolah merupakan suatu pemuasan akan hasrat rindu yang dalam.
Gambar-gambar berikut biarlah melanjutkan cerita hujan yang jatuh pada waktu senja menanti Maghrib.
test komeng sek mas,satpame galak…
iya e mas, askimet lumayan galak, hehe tapi kalau blog ini rame sama spam, sehari bisa nyampe 40 an spam terjaring 🙂
di tempat nenek juga hujan deras daerah piyungan :3
Alhamdulillah a, sesuatu..
Di Klaten juga sudah hujan, Mas..
Iya, di rumah saya Kalasan Jogja juga sudah beberapa kali hujan, Mas. Seger kalau sudah hujan. Dan itu artinya tiap sore nanti saya tak perlu repot-repot nyiram taman depan rumah saya lagi. 🙂
di sleman bagian utara juga udah hujan 😀
Emang sudah berapa lama gak hujan, Mas?
Btw, saya juga paling seneng liatin hujan, bau tanah khas saat ditimpa hujan adalah kenangan masa kecil saya. Hehehe..
Salam kenal…
Solo juga mas, malah ada badainya juga, oglangan lagi.
Itu warna make apa mas? kok bisa merah gitu?
memang warna langitnya kemarin memerah seperti itu, kali karena senja 🙂
alhamdulilah… Allah memang adil dalam berbagi nikmat kepada umatNya 🙂
Ping balik: Musim Masih Kemarau, Beli Air Tangki « Menuliskan Sebelum Terlupakan