Harus Seimbang

IMG_0004

Siapa bilang kalau orang sudah seusia saya tidak boleh sering-sering makan enak. Makanan enak itu seperti apa sih? Kalau bagi saya, makanan enak itu seperti sate kambing, tongseng kambing, bebek goreng, ayam bakar, gurami dan patin bakar dan lain-lain. Boleh ya.

Bagi saya untuk makan enak syaratnya satu saja. Harus diimbangi dengan oleh raga. Seperti kemarin. Siangnya saya makan siang enak dengan sate kambing kesukaan saya, sate kambing Pak Turut. Porsinya tidak tanggung-tanggung. 5 tusuk sate kambing dan sepiring penuh nasi, masih ditambah segelas teh manis. Phew… Bila dihitung-hitung sudah berapa banyak kalori, lemak, kolesterol dan sejenisnya.

Sadar bahwa itu berpotensi membawa eskalasi kerusakan yang luas bagi kesehatan, sorenya saya tebus, saya imbangi dengan olah raga. Karena olah raga favorit saya adalah lari, maka saya pun berlari sejauh 5km. Seperti yang screen shot aplikasi pendukung running saya, Nike Running+ saya tampilkan di atas.

Ngomong-ngomong, sudah setara belum sih 5 tusuk sate kambing+sepiring penuh nasi putih vs 5 km running?

Iklan

Memilih Waktu yang Tepat untuk Jogging

Bagi saya waktu terbaik untuk jogging adalah pada pagi hari. Karena pada pagi hari tubuh terasa lebih segar karena telah beristirahat semalaman, tidak lelah. Udara di lingkungan dimana saya tinggal juga masih bagus, belum banyak debu beterbangan. Jalanan yang saya lalui sebagai lintasan jogging juga belum ramai kendaraan.

Tetapi, dalam 2 pekan ini saya memilih jogging pada sore hari. Ini juga ada alasannya. Alasan utamanya karena pada pagi hari pada musim kemarau ini sangat dingin. Ini mungkin karena faktor “U” yang membuat pertarungan dengan hawa dingin bagi saya terasa cukup berat. Alasan yang tidak terlalu penting adalah: karena saya ingin variasi.

Jogging pada sore hari ini agak tricky. hihi. Ini pengalaman saya dalam beberapa kali jogging sore. Pada sore hari umumnya jalanan ramai oleh kendaraan, sehingga saya perlu memilih lintasan yang tidak terlalu banyak kendaraan. Bukan hanya sepi dari kendaraan, tetapi jalanan yang bagus dilintasi jogging tidaklah baik bila banyak debu jalan, apalagi debu batu kapur khas Gunungkidul. Hembusan angin kemarau adalah  tantangan yang lain lagi. Bila nekad melawan hembusan angin, bukan sehat, salah-salah yang didapat setelah jogging malah masuk angin.

Kemarin sore, untuk ke sekian kalinya saya memilih Jogging di jalan raya di sekitaran Bukit Sodong. Saya memulai jogging pada sekitar pukul 5 sore. Pada jam-jam segitu hari sudah tidak terasa panas terik. Matahari sore hangat menerpa wajah dan tubuh saya.Rasanya langkah kaki saya ringan berlari dari selatan ke utara, ke arah Paliyan. Setengah joggin berikutnya, ketika saya berlari balik dari utara ke selatan, langkah lari saya terasa berat. Rupanya saya melawan hembusan angin dari selatan. Sampai sampailah saya ke titik dimana seharusnya saya berhenti, yaitu dimana saya tadi mulai jogging. 😀

Saya jogging kurang lebih 19 menit. Jarak tempuh saya waktu itu tidak bagus. Hanya 3 km yang biasanya bisa saya selesaikan dalam waktu kurang dari 14 menit. 😀

Di ujung lintasan jogging saya beristirahat beberapa menit sambil menenggak air mineral. Kira-kira jam 6 kurang udara sudah berubah menjadi dingin. Bisa dibilang sangat dingin disertai hembusan angin kemarau. Apalagi saya pulang ke rumah dengan mengendarai motor. Ini berarti besok-besok saya harus jogging lebih awal. Mungkin jam setengah lima lebih baik. 

Sampai ketemu pada jogging sore berikutnya. 😀

Arisan Batuk Pilek

Musim penghujan seperti sekarang merupakan musim dimana batuk, pilek dan semua gejala flu mudah menyerang kita. Batuk dan pilek mudah sekali menular dan bisa dengan mudah menyebar. Penyebaran virus flu bisa melalui kontak langsung maupun tak langsung.

Untuk membatasi penyebaran virus flu seseorang yang sedang menderita gejala flu akan lebih baik bila membatasi interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya orang-orang sehat pun harus berusaha menjaga diri dari tertularnya virus flu. Misalnya dengan senantiasa menjaga kebiasaan higienis. Tidak melakukan kontak langsung seperti jabat tangan, berpelukan, berciuman dengan penderita flu. Menghindari kontak tak langsung dengan penderita flu seperti berbagi pakai ponsel, tablet, keyboard computer, handuk, sapu tangan, dan lain-lain. Berdekatan dengan seorang penderita flu pun sangat tidak disarankan karena virus flu bisa menular melalui perantara udara.

Tidak kalah pentingnya adalah dengan menjaga daya tahan tubuh. Menjaga daya tahan tubuh bisa dilakukan dengan memperbaiki pola makan, gizi makanan seimbang, mengurangi junk food, berolah raga teratur, tidak hujan-hujanan, mengurangi lembur dan begadang berlebihan dan lain-lain.

Bagi sebagian orang berusaha menjaga daya tahan tubuh saya kira bisa dilakukan. Asal ada cukup kemauan. Baca lebih lanjut

Lebaran, Malah Jadi Masalah Kesehatan

Lebaran, berlebaran memang sebuah kearifan lokal (tradisi Indonesia) yang membawa tantangan tersendiri. Tradisi Lebaran dan Syawalan telah menjadi tantangan untuk melaksanakan puasa sunnah Syawal. Saya pernah menceritakannya dua tahun yang lalu di sini. Sekaligus menantang pola hidup sehat yang kita inginkan.

Ini sebenarnya terlalu pribadi dan masalah pribadi saya. Bagi Anda yang lebih disiplin dibanding saya tentu tidak masalah.

Saya sendiri langsung mengalami gangguan kesehatan seketika pada hari pertama lebaran. Asam lambung saya meningkat. Perut saya sakit. Gara-gara apalagi kalau bukan kecerobohan saya menuruti selera lidah. Beberapa hari berikutnya, menyusul masalah pencernaan adalah radang tenggorokan. Hewduh. 😀 Masih disebabkan hal yang sama, makanan. Lebaran membuat seolah ngemil aneka gorengan, makanan berlemak, camilan serba manis dan cokelat menjadi halal. Memang halal ya, tidak haram, hanya mungkin kurang Thoyibah. hehe

Untungnya hari ini kesehatan saya sudah mulai membaik. Indikatornya saya sudah bisa menulis blog lagi. Saya bisa memulai aktifitas sehari-hari sebagaimana mestinya.

Tantangannya bagaimana meneruskan disiplin dan hal baik yang dengan mudah bisa dilaksanakan selama Ramadhan di hari-hari pada bulan-bulan berikutnya. Yang sekarang saya rasakan sangat tidak mudah.

Semalam saya berniat untuk bangun dini hari untuk ber-shalat Tahajud. Benar saya bisa bangun. Hanya untuk mematikan alarm dan tidak jadi shalat, melainkan tidur lagi. 😦 Puasa sunnah Syawal juga belum saya mulai. Niat saya baru akan saya mulai pekan depan. Setelah hajatan di tempat saudara selesai. Tantangan kali ini bertambah lagi. Bukan hanya acara Syawalan tetapi juga hajatan. 😀

Minum Obat Atau Tidak

Seperti saya, barangkali Anda pernah sakit. Mudah-mudahan Anda tidak sering-sering sakit. Kalau saya sendiri pada beberapa tahun terakhir ini malah bisa sakit beberapa kali dalam setahun. Bukan penyakit yang gawat berbahaya berujung malapetaka sih. Penyakit yang paling sering menyapa saya adalah flu. Jauh-jauhlah segala bentuk penyakit mematikan.

Berbicara tentang penyakit, dari gejala-gejala yang muncul yang kita rasakan biasanya kita akan menduga-duga dan mensugesti diri, “Ini sih flu ringan, entar juga sembuh sendiri“, “Ini sih masuk angin karena habis hujan-ujanan“, “Luka lecet seperti ini tidak diobati juga lekas hilang“, “Apa sih ini demam sudah beberapa hari ngga reda“, dan lain-lain. Ada sakit yang kita duga ringan. Ada beberapa yang kita khawatir dan perlu segera mendapat pertolongan medis.

Untuk penyakit yang dari gejalanya kita tahu itu tidak wajar sebaiknya ya kita rasional saja, ke dokter atau ke rumah sakit. Meski biasanya orang yang sedang sakit itu malah jadi tidak rasional. Sudah tahu kondisi memburuk malah bandel dibawa berobat. 😀

Untuk sakit yang kita tahu tidak berbahaya (kita anggap tidak berbahaya), misalnya flu, luka lecet, radang tenggorokan ringan, sariawan dan sejenisnya bagi saya sendiri sering berujung pada pilihan, dibiarkan saja, beristirahat secukupnya, karena biasanya akan sembuh sendiri. Dengan konsekuensi aktifitas sehari-hari sedikit terganggu, badan tidak nyaman dan produktifitas terganggu.

Atau diobati/minum obat dengan keuntungan yang diharapkan si badan sakit akan lebih cepat sembuh dan keluhan-keluhan sebagai gejala gangguan tubuh terkurangi, gangguan produktivitas kerja tidak berlama-lama. Konsekuensinya mungkin kita akan menanggung efek samping dari obat yang kita pakai. Mudah-mudahan teknologi farmasi terus berinovasi menemukan obat dengan efek samping minimal namun dengan harga yang terjangkau.

Minum obat atau tidak memang sebuah pilihan. 😀

Masuk Angin

Pagi tadi pada sekitar jam 8, perut saya tiba-tiba terasa sakit sekali. Rasa nyeri meremas-remas sampai ulu hati. Padahal saya tidak memakan makanan yang aneh-aneh untuk Makan Sahur. Sehabis subuh dan tadarus di Masjid dan jalan-jalan sebentar melihat matahari pun tidak merasakan gejala apa-apa. Padahal lagi untuk sekitar jam 9 saya punya janji untuk ke kota Yogya. Haduh.

Kalau sakit perut ini tidak lekas reda, saya akan gagal janjian.

Minum obat untuk meredakan sakit bukanlah pilihan. Saya berpuasa. Pertolongan diri yang saya coba adalah dengan “gegeni” menghangatkan diri di depan perapian dan menyeka perut dengan botol yang diisi air hangat. Ibu saya menawarkan saya agar “kerokan”. Menurut beliau saya sedang “masuk angin”. Tapi saya menolak. Kerokan belum opsi pilihan saya. Saya tidak mau tubuh saya merah-merah belang seperti macan. Hiiiy.

Syukur. Setelah beberapa saat memanggang diri di depan perapian dan menyeka dengan botol berisi air hangat, perlahan-lahan sakit perut saya mereda.

Jadi apakan sakit perut saya ini karena tidak tahan dengan suhu pada beberapa hari belakangan yang sangat kering dan dingin.

Agak mirip dengan sakit perut pagi tadi, beberapa waktu yang lalu, kepala saya sakit bukan kepalang terasa mau pecah. Saya menguatkan diri menahan sakit dan membeli obat pereda sakit kepala yang akan segera saya minum setelah waktu berbuka tiba. Seharian dengan diintimidasi sakit kepala jelas tidak enak banget.

Air putih hangat kemudian yang pertama saya minum pada saat berbuka karena saya tahu jenis minuman dan makanan lain akan memperburuk keadaan. Saya berusaha meminum beberapa gelas air putih hangat agar cukup waktu sebelum meminum obat sakit kepala. Nah setelah beberapa saat meminum air hangat, pelan-pelan sakit kepala saya mereda. Sampai akhirnya saya membatalkan rencana meminum obat sakit kepala.

Jadi sakit kepala saya itu apakah karena ngga tahan hawa dingin atau karena kekurangan cairan. Entahlah … Menurut orang-orang di lingkungan dimana saya tinggal, sakit dengan gejala seperti yang saya sebut itu disebut Masuk Angin. Istilah yang sepertinya kurang lazim bila kita membaca-baca perawatan medis. Apa ya padanan Masuk Angin dalam bahasan medis?

Untuk posting kali ini saya menunggu komentar dari Mas Cahya. hehe

Posted with WordPress for BlackBerry 1.5 via Telkomsel network

Iklan Antibiotik di Apotek

Saya bingung sendiri untuk memberikan judul yang komunikatif untuk tulisan saya kali ini. Intinya saya ingin menceritakan apa yang saya lihat terjadi pada kemarin sore di  Apotek Bang*n. Salah satu Apotek di kota kecamatan Playen.

Apa yang membuat saya heran sekaligus tidak habis mengerti adalah si mbak – mbak apoteker menawarkan Antibiotik pada seorang ibu – ibu setengah baya yang sedang membeli suatu obat. Mendapatkan tawaran antibiotik, si Ibu setengah baya itu nampak bingung. Lalu si mbak apoteker menanyai ibu itu apakah tubuhnya terasa “gembreges“. Si ibu setengah baya menjawab “iya”. Apoteker bilang itu artinya ibu perlu Antibiotik. Baca lebih lanjut

Mengintip Wabah Demam Berdarah di Indonesia

Secara khusus Google menyebutkan Indonesia bersama – sama dengan Brazil, Bolivia, India dan Singapura dalam usahanya mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) untuk wabah demam berdarah. Program ini disebut sebagai Google Dengue Trend. Program yang berusaha menangkap fenomena yang terjadi di belahan dunia dengan mengalisis korelasi antara keyword dengan tema tertentu yang diproses oleh mesin pencari Google dibandingkan dengan kenyataan sebenarnya.

Mekanisme Google Dengue Trend hampir sama dengan Google Flue Trend yang pernah saya ceritakan di sini. Jadi belajar dari pengalaman Google Flue Trend yang dikeluarkan pada tahun 2008, maka Google Dengue Trend cukup  relevan untuk mempelajari volume pencarian topik demam berdarah dengan berapa banyak sesungguhnya orang yang mengalami gejala demam berdarah. Tentu saja tidak setiap orang yang googling demam berdarah adalah orang yang mengalami gejala demam. 😀

Disebutkan di blog Google Dengue Trend di sini, Singapura mempunyai surveillance system yang mencengangkan yang bisa menyajikan laporan secara rutin dengan cepat, akan tetapi dikebanyakan negara untuk mengumpulkan, menganalisis hingga data dapat disajikan tidak jarang diperlukan waktu mingguan sampai berbulan – bulan. Jangan tanya lagi kalau di Indonesia. 😀 Baca lebih lanjut

WHO : Ponsel Tingkatkan Resiko Kanker

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hari ini mengumumkan penggunaan telepon seluler bisa menyebabkan terjadinya kanker otak. Kesimpulan ini merupakan hasil pertemuan 21 ilmuwan dari 14 negara, termasuk riset terbaru yang belum dipublikasikan.

Riset sebelumnya menyebutkan hanya dengan setengah jam saja memakai telepon seluler saban hari, risiko terkena kanker otak bagi penggunanya mencapai 40 persen. “Karena itu penting untuk melaksanakan riset lanjutan dalam jangka panjang soal bahaya penggunaan telepon seluler,” kata Direktur Badan Riset Internasional WHO Dr Christopher Wild.

Nukilan berita dikutip dari Tempo Interaktif di sini.

Ngeri juga bila dugaan para pakar internasional ini terbukti. Terutama bagi orang – orang yang 24 jam per hari dalam hidupnya tidak terpisahkan dengan ponsel. Fungsi ponsel saat ini lebih luas dari sekedar untuk menelepon. Saya misalnya meletakan ponsel di tempat yang mudah diraih pada saat tidur. Lha bangun tidur tepat waktu saya berada pada salah satu fitur alarm pada ponsel. Baca lebih lanjut

Konyol: Mencampur Air Panas dan Air Dingin

Kisah konyol ini terjadi ketika siang ini saya yang sedang menderita radang tenggorokan sedang perlu untuk banyak – banyak meminum air mineral atau air putih jernih yang bersuhu ruangan. Tau sendiri, radang tenggorokan tidak mau toleran dengan minuman dingin atau minuman panas. Apalagi minuman bergula seperti teh panas kental manis kesukaan saya.

Sambil memendam rasa konyol dalam hati dengan bibir menahan ketawa, apa yang saya lakukan tadi adalah menuangkan air panas dari kran dispenser sebanyak kira – kira sepertiga tempat minum, kemudian sedikit demi sedikit menuanginya lagi dengan air dari kran berwarna hijau yang bersuhu dingin. Saya berhenti menuangkan air dingin setelah saya rasa mendapatkan suhu yang sesuai.

Pikir saya, betapa mubadzir perilaku seperti ini memboroskan energi. Salah saya? Atau salah orang yang mendesain Dispenser yang sok punya asumsi bahwa orang itu hanya minum air panas atau air dingin 😀