Iya. Malah karena sedang musim hujan perlu diingatkan agar berhemat air untuk menjaga lingkungan. Saya perhatikan di tempat-tempat umum, seperti tempat wudhu di masjid-masjid dan toilet-toilet umum, orang-orang lebih boros menggunakan air pada musim hujan. Stiker-stiker dan himbauan hemat air seolah kurang greget.
Umumnya orang tidak perlu diingatkan setibanya musim kemarau biang sulit air, misalnya di daerah dimana saya tinggal. Orang-orang akan menggunakan air sehemat-hematnya ketika benda terlihat mahal dengan mata telanjang.
Toh, kalaupun tidak digunakan air yang berlimpah di musim hujan sekarang ini hanya akan mengalir ke sungai, lalu ke laut. Seboros apapun air yang kita pakai foya-foya tidak akan cukup mengurangi kandungan air tanah. Bukankah kulit bumi Gunungkidul, misalnya, yang tersusun dari batuan karst tidak akan bisa menahan air tanah dalam waktu lama. Itu benar.
Tapi mungkin kita lupa. Air sampai di kolah, bak dan penampung air tidak mengalir sendirinya dari sumber air. Kita menaikkan air dengan pompa air bertenaga listrik. Kita bisa mengalirkan air ke penampungan dengan pompa disel. Untuk menghasilkan listrik dan tenaga disel membutuhkan bahan bakar yang tersediaannya terbatas, berpolusi lagi. Nah. Saya no comment bagi yang mengisi tampungan airnya dengan menimba di kerekan atau tangan-tangannya cukup kuat menggenjot pipa mekanik. 😀
Itu yang cukup beruntung tinggal di daerah yang mudah didapatkan sumber air bersih atau di daerahnya memungkinkan dibuat sumur air bersih. Beda perkara dengan yang tidak punya sumur dengan semua alasannya.
Bagi yang menggunakan air dari ledeng, dari saluran air PDAM atau perusahaan air bersih swasta, tentunya ada Rp yang harus dibayarkan untuk tiap liter air yang mengalir. Bagi yang berduit tak masalah ya dengan kelebihan membayar beaya air yang berlebih? Namun sebenarnya kita membayar air itu tidak hanya dengan uang. Ada ongkos lingkungan yang tidak hanya cukup dibayar dengan uang.
Sedikit perusahaan air yang cukup beruntung mendapatkan sumber air yang terdapat di daerah yang relatif tinggi, jadi tidak memerlukan energi untuk mengalirkan air ke pemukiman.
Namun kebanyakan perusahaan air perlu energi yang sangat besar untuk menaikkan air sebelum didistribusikan. Energi itu bisa dipenuhi dengan listrik atau pompa berbahan bakar. Listrik lagi, bahan bakar lagi. Bukan itu saja. Perusahaan air seringkali mengolah air agar layak digunakan sebelum didistribusikan. Proses ini lagi-lagi perlu listrik atau sumber tenaga lainnya. Saya jadi ingat ketika diajak jalan-jalan BeBlogger pada acara Amprokan Blogger 2011 di Bekasi tahun lalu ke Instalasi Pengolah Air Bersih yang melayani Jababeka City. 🙂
Jadi entah itu musim hujan atau musim kemarau, tetep pasanglah himbauan hemat air pada tempatnya. Kemudian mulai patuhi dari diri sendiri. 🙂
Menyukai ini:
Suka Memuat...