Desain sepatu long run ini keren sekali. Begitu kesan pertama saya ketika unboxing League Ghost Runner dari kotak kemasannya yang minimalis berwarna hijau. Kombinasi warna hijau volt dan biru navy, serta warna putih di bagian midsole yang dipilih oleh desainer untuk sepatu ini dengan cepat saya rasakan mampu memberikan suatu ‘bold message‘ sebuah long run shoes yang tidak akan biasa-biasa saja menyelesaikan sebuah lintasan lari. Curved line warna hijau volt di sekujur sepatu yang dikombinasi dengan exo skin yang didesain sebentuk polygonal menciptakan kesan kokoh sekaligus membawa nuansa aestetik tersendiri. Aesthetic feels ini dipermanis dengan digunakannya tali sepatu berpola seperti batik. Saya suka.
Dibanding produk sepatu League lain, apa yang paling saya suka dari desain Ghost Runner adalah penempatan logo L (League) yang sekarang dipindah di sisi belakang sepatu. Karena entah kenapa saya tidak suka dengan logo L yang ditempatkan di samping luar sepatu.
Sampai ke tangan saya pada awal Ramadhan bulan lalu, Ghost Runner telah menjadi bagian dari ujian kesabaran tersendiri. Ketika sedang berpuasa jelas-jelas saya tidak akan bisa mencoba menggunakan sepatu ini untuk long run. Saya yang kebetulan sedang sakit flu dan batuk pada bulan puasa telah memaksa untuk membatalkan niat untuk beberapa kali berlari pada malam hari. Baiklah, saya harus menunggu sampai hari raya Iedul Fitri usai.
Apa yang bisa saya lakukan dengan ‘keluarga baru’ ini pada Ramadhan lalu adalah sebatas mencoba-coba mengenakan sepatu ini di kaki, merasakan insole yang lembut di kaki, merasakan toebox yang roomy dan tentu saja suka dengan desain sepatu yang menurut saya terasa sporty. Itulah kenapa pertengahan Ramadhan kemarin saya ‘meng-abuse’ kenyamanan dan desain sporty sepatu ini ketika saya sebagai blogger diundang oleh PT Sampoerna untuk mengikuti Cultural Trip dan Parade Bedug asyik selama sehari-semalam di kota tetangga.
Lari pertama saya setelah beristirahat latihan selama hampir satu bulan pada tanggal 19/07/2015 saya persiapkan dengan hati-hati. Melengkapi League Ghost Runner sebagai pilihan sepatu untuk sebuah easy paced medium distance run, saya memilih menggunakan kaos kaki dry fit namun yang lebih chussy dari biasanya. Saya menginginkan perlindungan maksimal untuk telapak kaki dan jari-jari kaki. Untuk itulah saya juga mengoleskan Vaseline di sela-sela jari-jari kaki.
Sambil menjalankan aplikasi Running Tracking, saya mengingatkan diri sendiri sekaligus berjanji agar tidak tergoda untuk tergesa-gesa menaikan pace. Saya mulai berlari dengan pelan, memastikan foot strike saya benar, memastikan gesture dan cadence agar saya berlari dengan running form terbaik yang saya bisa, termasuk bagaimana seharusnya saya mengatur pernafasan.
Ghost Runner memberikan kaki saya landing yang lembut di jalan aspal jam 6 pagi yang masih lengang di desa dimana saya tinggal. Saya tidak merasa sepatu ukuran 42 ini memberikan berat pada kaki saya selayaknya baru saja mengenakan sebuah sepatu long run setelah tidak menggunakannya selama sebulan. Rasanya Ghost Runner jauh lebih ringan dari sepatu lari harian saya. Benar saja karena kemudian menurut timbangan sepatu ini hanya berbobot kurang dari 250 gram. Jauh lebih ringan dari sepatu harian saya dari brand lain yang berbobot lebih dari 320 gram.
Bobot ringan bukan berarti Ghost Runner tidak responsif. Sepatu ini tetap memberikan tolakan (bounce) yang maksimal yang saya rasakan benar setelah saya menempuh lebih banyak km. Lihat screen shot di atas. Lari 10 km pertama saya terbukti mudah ditempuh dengan pace 5’39” dengan Ghost Runner.
Running is understanding. Old saying said that understanding is to try to fit someone else shoes. But for me, understanding is to try to run in someone else pace.
Nyaman berlari easy di sub pace 5′ membuat saya sering kali enggan mencoba berlari dengan sub pace 6′ atau lebih lambat. Dengan sepatu harian saya berlari dengan pace yang terlalu lambat akan membawa ketidak nyamanan tersendiri di bagian betis entah karena apa.
Kamis, 23 Juli 2015, saya mencoba ‘mengerti’ si buah hati dengan menemaninya berlari 10 km di sub pace 6′, tapatnya pace 6’40”.
Saya tidak mengira Ghost Runner mampu memberi jawab akan semua keraguan saya. Betis, telapak dan kaki saya nyaman-nyaman saja setelah selesai mencoba berlari dengan penuh pengertian. Saya rasa saya tidak cukup tergesa-gesa ketika menyimpulkan Ghost Runner recommended sebagai sepatu harian (daily training shoes) bagi yang memulai berlatih lari jarak jauh atau bagi yang baru kembali ke jalan/lintasan setelah cukup lama hiatus.
Minggu, 26 Juli 2015 merupakan lari ke-3 saya dengan League Ghost Runner. 10 K ketiga ini rasanya saya sudah feel at home dengan Ghost Runner, saya merasa telah familier dengan sepatu ini. Saya merasa siap untuk kembali ke daily pace saya sebelumnya. Lihat screen shot di bagian paling atas posting ini.
Minggu-minggu depan saya berencana untuk menuntaskan 21 K dengan League Ghost Runner. Saya terus penasaran akan bagaimana rasanya menyelesaikan Half Marathon dengan Ghost Runner. Tunggu saja, saya pasti akan menuliskan pengalaman yang akan saya buat di blog ini.
Halooo, Kak! Mau jadi bagian tim jelajah Kalimantan GRATIS dan dapetin MacBook Pro? Ikuti lomba blog “Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure” di sini http://bit.ly/terios7wonders2015 #Terios7Wonders
Jangan sampai ketinggalan, ya!
Semangat mas
aku belum pernah punya sepatu lari, olah raganya dalem rumah trus 🙂
kece tampilan dan warnanya
ukuran 42
240gram tepatnya 🙂
http://www.hangermedal.com
Mas harga sepatune brp mas?
Penasaran mas , apa sepatu ini sanggup dipakai half marathon ?
Saya beberapa kali memakainya untuk hm di jalan aspal 🙂
Sent from my iPhone
>
Ping balik: Review League Volans 2.5 : Ringan, Responsif dan Garang – Menuliskan Sebelum Terlupakan
Ping balik: Review Sepatu: League Volans 2, Sepatu Lari Ringan dan Responsif | Menuliskan Sebelum Terlupakan
Ping balik: League Grip The Road 2016 Menantang Kota Surabaya | Menuliskan Sebelum Terlupakan
Tipe kaki saya normal, apakah cocok dengan ghost runner? Saya sudah beli, tapi kok kurang nyaman ya
Tipe kaki saya normal , apakah cocok dengan ghost runner? Saya sdh beli, tapi kok kurang nyaman ya
seharusnya cocok. kurang nyamannya bagaimana? mungkin saya bisa diberi gambaran ketidaknyamannnya? 🙂
Sudah nyaman Mas..mungkin waktu itu baru pertama kali saja..hehehe
Ping balik: Running Shorts – Gadget, Running & Travelling Light
Ping balik: Review Running Shoes: League Kumo Racer – Gadget, Running & Travelling Light
nice review mas, btw ghost runner sama kumo racer cushioning-nya enakan mana? lebih bouncy mana?
trs ghost runner klo d pake di pace sub 4 menit masih enak ga?
nuwun mas
Menurutku lebih responsif kumo racer, mas. Ghost runner cushioning nya sangat empuk.
Saya sendiri kesulitan bila berlari sub pace 4 dengan ghost runner.
mas klo buat half marathon mending ghost runner apa volans 2.5?
Untuk latihan HM apa lomba HM? Kalau untuk latihan santai enak ghost runner. Kalau untuk lomba dan mau cepat cocok volans 2.5
Mau ikut Jakmar2016 ya?
Nggak mas :D, klo volans buat latihan harian gmn? apa buat latihan harian kurang nyaman?
Volans bisa saja dipakai buat latihan harian kok
Halo Mas, mau nanya, kalo ukuran sepatunya pas atau sebaiknya ambil setengah nomor ke atas ya? Soalnya rencananya mau beli online.
Saya biasanya pakai sepatu NB.
Makasih jawabannya.
Menurut saya setengah sampai satu nomor lebih atas mas.
Ooohh, baik Mas Jarwadi, makasih banyaakk…
Mas saya pgn beli league ghost atau new volkov tp masih binggung…kasih pendapat mas…saya pelari ece ece mas cuman buat fun aja
Kalau buat fun run lebih enak pakai ghost runner. 🙂
Mas kalo type kaki supinator lebih cocok ghost runners apa volans 2.5 ? Mohon pencerahannya masih newbie..
Kalau ini saya tidak bisa menjawab. Karena baik Ghost runner maupun Volans sama sama untuk pronasi normal .
Jadi kalo untuk jenis kaki supinator cocoknya pake sepatu apa mas ?? Mungkin bisa merekomendasikan..
cocok-cocokan kok mas, tapi bisa mencoba Asics Gel Comulus atau Nike Zoom Structure
Ok. Makasih banyak mas..
Ping balik: League Volans Evo – Gadget, Running & Travelling Light
Ping balik: League Hub Jogja Perkenalkan Diri di Borobudur Marathon 2017 – Gadget, Running & Travelling Light
Ping balik: Race Review: Sermo Challenge 3 – Gadget, Running & Travelling Light
baca blog ini dan instastory sampeyan jadi pengen beli ghost runner buat nemenin diadora andria yang sudah trepes separo alasnya..
nah saya kan mau beli online, khawatir ukurannya nggak pas.. diadora andria saya ukuran 44.. kalau sepatu biasa pake 42.. kira-kira mending ambil ghost runner ukuran 43 atau 44 ya mas?
sebaiknya dicoba langsung di store. kalau secara ukuran league sama dengan nike dan adidas. kalau diadora saya belum pernah nyoba
Ping balik: Review: League Volan Evo – Gadget, Running & Travelling Light
Ping balik: review league ghost runner, sepatu lari responsif tak harus keras | kankkunk - blognya nbsusanto
Mas … sy punya ghost runner .. maks brp KM ya hrs sudah diganti ? atau nunggu sol bawah tipis atau gmn tolak ukur nya .. soalnya udah beli 2 thn yg lalu dn ini mau ikut HM …
ghost runner masih cukup ok dipakai sampai 500km
btw sepatu ini enak kalo intervalan dibawa semenit di pace 4 di permukaan tanah.. kalau dipakai di aspal buat agak ngebut rasanya kurang nyaman, mungkin karena sudah 350 km sih.. tapi pas ngintip hasilnya, jebul dapet pace lebih cepat.. mungkin memang bukan spesialisasinya.. tadi terpaksa nyoba di rute yang berbeda dari biasanya karena kalau tanah setelah hujan nggak nyaman untuk selain easy run..
btw kalau ndak salah sampeyan sempat nyinggung league regulus di artikel yang mana itu, tapi belum ada artikel tersendiri.. bedanya apa saja dengan ghost runner ya mas? sepintas bawahnya sama.. buat rencana ke depan sih kalau yang ini kudu pensiun.. sebenernya udah enak banget punya ghost runner, tapi kok harga barunya sudah 500++.. hampir sama dengan regulus.. 😆
regulus belum saya tulis review nya di blog, hehe
Ping balik: League Overcloud, Running at Your Comfort Zone – Gadget, Running & Travelling Light