ASUS ZenPower, Cukupkah “Amankah” untuk Smartphone Kita?

IMG_5471

Masa transisi saya dari feature phone ke smartphone adalah ketika pertama kali saya menggunakan Blackberry Bold 9000 pada sekitar tahun 2010. Terlepas dari segala kelebihan, kemudahan dan pengalaman baru yang dibawa oleh sebuah smartphone ada satu hal dimana saat itu saya harus beradaptasi. Saya harus mulai belajar menerima akan sebuah Blackberry yang daya tahan baterenya jauh lebih singkat dari handphone saya sebelumnya. Bila sebelumnya saya cukup sekali charging dalam 2-3 hari, saat itu dalam sehari saya bisa sampai 3 kali melakukan charging. Seperti minum obat saja. Hal itu jelas merepotkan. Apalagi ketika saya harus bepergian ke tempat-tempat yang tidak mudah menemukan colokan listrik.

Memang, pada saat itu beberapa teman saya yang menggunakan Blackberry dan smartphone lain sudah ada yang menggunakan batere backup yang kemudian populer dikenal sebagai Power Bank. Namun saat itu saya enggan menggunakan Power Bank untuk Blackberry saya. Alasannya saya khawatir charging dengan Power Bank yang tidak jelas spesifikasi, standard dan kualitasnya akan merusakan gadget yang harganya tidak murah ukuran saya. Jangankan mencoba menggunakan Power Bank, mengisi ulang batere dengan charger non ori/charger pihak ketiga saja tidak ingin saya lakukan. Kecuali bila terpaksa.

Power Bank pertama saya, saya dapatkan pada tahun 2015. Saat ketika sebuah smartphone telah menjadi gadget yang biasa-biasa saja bagi saya. Saat saya mulai memiliki smartphone ke-6 kalau bukan ke-7 yang mana smartphone yang saya gunakan sehari-hari adalah sebuah smartphone Android dan sebuah iPhone 5s. Power bank itu saya dapatkan melalui sebuah event di Jogja Digital Valley.

Apakah kemudian saya menggunakan Power Bank itu tanpa keraguan? Sampai sekarang setelah memilikinya lebih satu tahun, saya baru menggunakannya beberapa kali. Alasannya: saya meragukan kualitas, spesifikasi dan standard dari Power Bank itu (1), ukuran fisik Power Bank yang terlalu besar dan disain yang menurut saya kurang bagus (2) dan kapasitas Power Bank yang kecil yaitu 5.000 mAH saja (3). Power Bank itu hanya bisa digunakan untuk charging iPhone saya yang berkapasitas batere sekitar 1.500 mAH sebanyak 2 kali.

ASUS ZenPower

ASUS ZenPower

ASUS ZenPower, sebuah Power Bank yang dibuat oleh salah satu pabrikan smartphone saya terima pada bulan Ramadhan lalu. Power Bank yang oleh pembuatnya diklaim seukuran kartu kredit sekaligus berkapasitas 1.050 mAH. Benar saja luas penampang permukaan ASUS ZenPower memang seukurunan kartu kredit, tapi bukan ketebalannya. Kapasitas 1.050 mAH yang dituliskan dalam spesifikasi Power Bank ini bagi saya jelas menggiurkan, meskipun saya tidak tahu cara yang benar untuk mem-benchmark kapasitas batere. Jelasnya bila spesikasi yang tertera benar, ZenPower secara teori akan bisa digunakan untuk charging iPhone 5s saya sebanyak 6 kali.

Disebutkan bahwa ASUS Zen Power memiliki teknologi Quick Charging, namun secepat apa ZenPower bisa terisi penuh saya belum tahu. Mungkin juga diperlukan Power Adapter khusus yang mendukung Quick Charging. Charging ZenPower dengan menggunakan charger bawaan iPhone 5s, dari keadaan batere Zen Power kosong sampai indikator menunjukan penuh membutuhkan waktu satu malam (kurang lebih 6 jam).

Hari berikutnya saya menggunakan ZenPower untuk menopang kebutuhan batere smartphone-smartphone saya selama sehari semalam ketika melakukan liputan acara Cultural Trip dan Bedug Asyiik yang diselenggarakan oleh PT Sampoerna di kota Solo. Saya tidak ingat berapa kali persisnya melakukan charging dengan ASUS ZenPower, jelasnya penggunaan smartphone (iPhone 5s) untuk melakukan live tweet, upload foto ke Instagram dan Facebook, memotret dan merekam beberapa segmen acara jelas sangat boros energi batere. Dan ASUS ZenPower saat itu membantu saya dengan baik.

Sebagaimana Power Bank lain, ZenPower dilengkapi indikator kapasitas batere berupa lampu LED, terdiri dari 4 lampu LED yang menunjukan skala kapasitas batere. Sebuah tombol Power yang ergonomis berfungsi menghidup matikan ZenPower agar energi didalamnya dipastikan digunakan secara tepat tidak ada yang tersia-sia. Dalam kemasan sebuah kabel USB ke micro USB berukuran pendek disertakan. Saya sendiri memilih menggunakan kabel bawaan Android ketika charging LG L9 saya dan menggunakan kabel lightning merk Wellcomm ketika saya men-charge iPhone 5s.

Kesimpulan

Sebuah Power Bank yang dibuat oleh pabrikan smartphone yang tentu mempunyai pengalaman panjang dalam teknologi batere menghilangkan rasa was-was akan spesifikasi, standard dan kualitas sebuah alat penyimpan daya cadangan untuk smartphone. Sama sekali terasa berbeda dengan ketika saya menggunakan Power Bank yang dibuat oleh pabrik yang sama sekali tidak pernah saya dengar sebelumnya.

ASUS ZenPower berbalut aluminium case yang membuatnya terasa kokoh sekaligus desain minimalis membuatnya mudah dibawa bahkan diletakkan di dalam kantong celana jeans.

Power Bank buatan ASUS ini di beberapa toko online dijual dengan harga hampir Rp 300 ribu. Harga yang tidak murah namun menurut saya worth to buy ketika pertimbangannya adalah rasa was-was akan risiko yang mungkin mengancam gadget kesayangan kita. Siapa yang mau menghemat Rp 100 ribu untuk sebuah Power Bank namun keselamatan Smartphone-nya terancam.

8 komentar di “ASUS ZenPower, Cukupkah “Amankah” untuk Smartphone Kita?

  1. Ping balik: ASUS Zen Power Max, Power Bank Raksasa ini Mampu Mengisi Batere Laptop – Gadget, Running & Travelling Light

Tinggalkan komentar