Dari teras depan rumah bapak Supriyadi langit senja yang memerah terlihat menjadi latar belakang pohon-pohon jati yang meranggas di musim penantian hujan. Saya kemarin petang itu dengan Pak Supri dan Dodik sedang menyesap teh. Ngobrol-ngobrol tapi tanpa banyak sendau gurau.
Petang itu (22 Oktober 2011) keluarga dan sanak saudara bapak Supriyadi sedang berkumpul untuk malam harinya diadakan Yasinan untuk peringatan satu tahun meninggalnya putra sulung bapak Supri, Ersad Andi Hartanto atau yang lebih dikenal orang sebagai Bagong.
Saya sedang akan mengikuti suatu acara di kota Yogyakarta ketika saat itu dikabari melalui SMS oleh Mbak Ratmi perihal Bagong meninggal. Setengah tidak percaya bahkan setelah saya menelepon adik saya, Yuliarto untuk memastikan kebenaran kabar duka pada siang hari bolong itu. Ssaya buru-buru pulang ke Gunungkidul dengan naik bus yang berjalan dengan kecepatan yang menguji kesabaran dan disambung ojek motor dari pertigaan Gading sampai rumah duka.
Saya ingat betul, Bagong meninggal pada hari Rabu karena pada saat itu saya terburu-buru ke rumah duka dengan masih mengenakan baju berwarna biru ala pabrik. Bagong meninggal dunia pada hari Rabu, 3 November 2010.
Sesampai di rumah duka, saya melihat dengan mata kepala sendiri, almarhum Bagong telah disemayamkan membujur ke utara di atas dipan dengan berbalutkan kain jarik batik . Baca lebih lanjut