Mencicipi Facebook Graph Search

Beberapa waktu yang lalu, entah kapan persisnya, saya melamar ke Facebook agar diberi kesempatan mencoba fitur beta Facebook, yaitu Graph Search. Dan pada pagi ini lamaran saya terjawab.

Sekarang saya sedang mencoba-coba Graph Search. Coba lihat sehebat apa Graph Search ini. Seberapa bagus Graph Search berdamai dengan privacy, atau benar beberapa orang yang mengritik keberadaan Graph Search sebagai privacy invasion.

Iklan

Facebook Makin Sepi?

Sejak beberapa waktu, saya merasakan Facebook makin sepi. Sepi di Facebook itu terlihat dari jumlah konten yang di-upload. Baik itu status update, note, foto-foto, video dan lain-lain. Indikator di sebelah kanan bawah yang menunjukan berapa teman yang sedang online pun memperlihatkan jumlah yang makin sedikit. Jumlah teman online ini seingat saya malah setengah dari jumlah pada 2 tahun yang lalu. Padahal saat ini saya berteman dengan dua kali lebih banyak orang dibandingkan dua tahun lalu.

Hmmm. Apakah hal ini menunjukan kalau orang-orang sudah mulai jenuh dengan jejaring sosial, terutama Facebook. Atau hanya sebatas teman-teman saya saja yang sudah mulai bosan. Sementara ada orang-orang lain yang kebetulan bukan teman saya yang saat ini masih rajin di Facebook.

Nah, kalau Twitter saya rasakan saat ini jauh lebih riuh. Sampai-sampai saya kesulitan untuk mengikuti timeline saya. Mungkinkah teman-teman saya yang mulanya berjejaring di Facebook saat ini sudah merasa nyaman di Twitter, atau lirik-lirik untuk berpindah ke jejaring sosial yang lain seperti Google+, Path, Pinterest, dan lain-lain.

Guru Sekolah Dasar Alay di Facebook

Saya lihat beberapa waktu terakhir ini orang-orang baru di internet (di facebook) tidak hanya didominasi oleh remaja dan anak-anak muda. Para dewasa dan orang tua yang sebelumnya tidak mengenal internet pun mulai terjun bergaul di facebook. Ini menurut saya kabar bagus. Internet, dalam hal ini facebook, akan menjadi jembatan komunikasi lintas generasi. Generasi muda dan generasi orang tua.

Karena apa yang saya lihat para dewasa ini tidak hanya berteman dengan sesama dewasa. Mereka berteman pula dengan anak-anak muda. Termasuk yang menjadi perhatian saya adalah beberapa guru sekolah dasar yang mulai eksis di facebook itu juga berteman di jejaring sosial itu dengan siswa-siswi para muridnya.

Kenapa pertemanan guru dan murid di jejaring sosial ini menjadi perhatian saya? Sekaligus terlihat bagi saya sebagai kabar prihatin.

Hal ini bermula dari status-status yang ditulis oleh guru-guru itu. Bapak Ibu guru yang terhormat itu saya sayangkan karena mereka menulis status-status itu dengan ejaan alay dan pesan-pesan lebay. Apa-apaan ini seorang guru seolah lupa kalau dimanapun dan kapanpun ia berada ia tetap adalah seorang guru yang menjadi model bagi siswa-siswi mereka. Interaksi guru dengan siswa termasuk di jejaring sosial bukankah membawa dampak didikan juga.

Mungkin saya berlebihan mengharapkan guru-guru institusi pendidikan dasar ini berkemantaban hati untuk menanamkan karakter yang bagus bagi tunas negeri. Saya masih beranggapan bahwa penulisan alay merupakan penghianatan terhadap bahasa Indonesia sebagai salah satu identitas karakter bangsa. 😀 Kemudian kelebayan. Lebih no comment saya terhadap lebay-lebay-an yang tidak dicontohkan pun anak-anak akan mudah menemukan dimana saja, di sinetron misalnya.

Saya tidak habis pikir pasangan suami istri yang sama-sama guru senior di sekolah dasar sayang-sayangan di facebook. Apa pula guru sekolah dasar yang mengumbar keluh kesah kesah amarah di facebook. Padahal sekali lagi, mereka berteman di jejaring facebook itu dengan siswa-siswi mereka.

Atau barangkali begini. Para guru itu kalah dulu eksis berjejaring di facebook dengan siswa-siswi mereka. Dan ketika mereka hadir di facebook, mereka meniru/mencontoh perilaku siswa-siswi mereka di facebook karena menganggap apa yang dilakukan siswa-siswi di facebook itulah yang benar. Para guru-guru sekolah dasar yang saya maksud itu mengekor. Mungkin inilah yang dimaksud orang Jawa dengan “Kebo nusu gudhel” Ini ibarat kebo yang seharusnya minum susu Anlene tetapi malah minum sufor Pediasure. Maaf menyebut merek. 😀

Jangan-jangan pengejaan alay dan penyingkatan kata semaunya seperti ini tidak hanya dilakukan oleh guru sekolah dasar ketika mereka berada di ranah jejaring sosial. Saya khawatir mereka juga menulis alay di papan tulis sekaligus mengumbar kelebayan di ruang kelas. Hewduuh

Hati-Hati Promosi Brand di Social Media

Beberapa hari yang lalu, seseorang nge-add friend saya di Facebook. Saya kira orang itu mengetahui account facebook saya dari group facebook wonosari.com. Saya melihat beberapa aktifitasnya di group wonosari.com. Dan bisa jadi aktifitas saya di group facebook wonosari.com juga terbaca oleh dia. Karena kebetulan sedang berbaik hati, saat itu saya mengonfirmasi permintaan pertemanan itu.

Sampai di situ hampir tidak terjadi interaksi antara aku dan dia di jejaring social facebook. Sampai kemudian dia menambahkan saya ke group facebook Maju Lancar Lover.

Hah! Apa-apaan ini. Ini menurut saya sangat tidak sopan dan sudah keterlaluan. Atas dasar apa dia menambahkan saya sebagai member Maju Lancar Lover?

Saya kemudian membaca-baca dokumen di group facebook Maju Lancar Lover untuk memastikan dia itu siapa. Ternyata dia adalah salah satu koordinator berdasarkan struktur organisasi yang terpampang dalam group Maju Lancar Lover. Tidak ingin facebook saya tambah riuh oleh sesuatu yang kurang penting bagi saya, maka saya pun segera mencari tombol leave group.

Saya memilih hidup damai tanpa aliran informasi kurang berarti dari group Maju Lancar Lover. Perlu diketahui sampai saat ini saya selektif mengikuti beberapa group facebook hanya untuk membantu mempermudah kehidupan sehari-hari dan kebutuhan bersenang-senang.

Cerita seseorang yang tak diduga tanpa dinyana menambahkan saya ke suatu group facebook tak dikehendaki itu rupanya sedikit banyak ada keterkaitan dengan kejadian di salah satu posting di group facebook wonosari.com. Tepatnya di post yang: INI

Maju Lancar Lover ternyata sedang gencar melakukan promosi di ranah daring dalam hal ini di jejaring pertemanan facebook.

Ada hal menarik yang pantas dipelajari dari kejadian di posting di group facebook wonosari.com ini:

Pertama, Baca lebih lanjut

Friendster Sudah Mati?

Friendster mati

Friendster mati

Pagi ini saya iseng membuka halaman friendster, situs jejaring sosial yang pertama kali saya ikuti. Hasilnya seperti pada screenshot di atas. Beneran friendster sudah tamat? Saya ketinggalan kabar duka itu. Saya tidak sempat membackup satu atau dua kenangan manis selama menggunakan jejaring pertemanan itu.

Sebenarnya saya bukanlah seorang pengguna diehard jejaring pertemanan friendster. Dalam kurun waktu beberapa tahun sampai saya benar-benar beralih menggunakan facebook, saya hanya berjejaring dengan puluhan orang. Mungkin kurang dari 50. Cukup berbeda dengan facebook yang dalam rentang waktu yang hampir sama sampai saat ini telah memperluas jejaring saya dengan 866 account. Dan sekitar 300-an account facebook yang mengulurkan jejaringan dengan saya.

Angka 866 account saya pertebal untuk menegaskan bahwa 866 account itu bisa jadi ada beberapa account anonim yang dioperasikan oleh orang yang sama dan account yang saat ini telah dilupakan oleh si pembuat, hehe … Baca lebih lanjut

Tampilan/Lay Out Baru Facebook

Belakangan ini Facebook rajin menambahkan fitur – fitur baru. Fitur-fitur itu ada yang bermanfaat bagi saya. Akan tetapi lebih banyak yang saya belum mengerti dan belum bisa saya menfaatkan. Belum terbiasa dan belum bisa memanfaatkan fitur-fitur yang baru ditambahkan, fitur yang lain sudah ditambahkan lagi.

Haduh. Terutama perubahan tampilan yang mulai diberlakukan pada account saya mulai kemarin sore rasanya malah membuat saya kurang nyaman. Tampilan facebook jadi serasa pasar tumpah. Terlalu complicated. Aliran/stream informasi jadi seolah-olah pada bertabrakan sehingga sulit masuk ke indra penyerap informasi saya. 😀

Kemudian mengenai privacy pada lay out baru itu. Di sebelah kanan atas ditampilkan apa yang sedang dilakukan teman-teman kita di facebook secara realtime. Baik itu nge-like, berkomentar, atau memposting sesuatu. Apa iya kita butuh semua informasi itu. Dan apa iya aktifitas kita perlu selalu disebarkan di jejaring kita. Saya sendiri tidak ingin semua yang saya lakukan di facebook, berkomentar, menyukai suatu post, dll membanjiri stream teman-teman saya. 😦

new facebook layout

new facebook layout

Terlepas dari kekurang nyamanan akibat oprek fitur sana sini, oprek desain user interface jejarin social dengan member terbesar sedunia ini, penting untuk diingat adalah kehadiran Google+ dalam percaturan jejaring social media. Apakah body dan poles wajah facebook ini akibat kepanikan karena kehadiaran kompetitor baru? 😀

Blog Dianggap Spammer Oleh Facebook

Menjengkelkan sekali bila ketika men-share konten di blog kita di Facebook, mendadak distop oleh notifikasi dari Facebook yang mengatakan bahwa link yang akan dibagikan berisi spam atau konten tidak pantas. Itu adalah pengalaman pribadi saya sejak beberapa bulan yang lalu yang tidak pernah saya mengerti. Tau sendiri, konten blog saya, semuanya “baik-baik”. Tidak pernah spamming, tidak ada konten porno ataupun SARA. 😦

Tiap kali saya distop oleh system security facebook ketika men-share konten, apa yang bisa saya lakukan hanya mengisi form kalau itu merupakan error beserta alasannya. Atau kalau saya masih mau ngotot men-share konten dari blog saya, saya menggunakan jasa pihak ketiga. Biasanya saya menggunakan layanan facebook/twitter client yang bermerk Hootsuite.

Baru beberapa hari ini, rupanya Facebook mulai melunak dengan isian form complain saya yang berulang – ulang. Atau karena Facebook sekarang lebih baik hati? 😀 Sehingga saya bisa langsung me-share konten blog tanpa dihalang-halangi dan dikata – katai lagi.

Dan saya baru mulai mengingat – ingat apa sebab dicap oleh system security Facebook  sebagai pengedar spam dan konten tak pantas. Kalau tidak salah itu bermula setelah saya berulang kali gagal men-share halaman blog saya ke facebook dengan menggunakan Operamini 6.0 ketika sedang browsing dengan ponsel. Jadi apakah masalah dengan fitur baru Operamini 6.0 atau Facebook yang kurang suka dengan produk Opera mobile? Yang jelas saya turut terkena imbasnya.

Mudah – mudahan besok-besok masalah seperti ini tidak menimpa saya lagi. 😀

Kapan Saya Bergabung Facebook?

Jawabnya sudah lama. Account facebook yang badge nya saya pasang di samping blog ini (ya facebook dimana saya menaruh note yang ini 🙂 ) sudah berusia 3 tahun. Tepatnya saya membuat account ini pada siang hari jam 11:59 waktu Indonesia barat, tanggal 27 Agustus 2008.

Bagaimana saya bisa tahu sampai detil menit segala? Caranya dengan mencari email pertama yang saya terima dari facebook.com. Sebuah email konfirmasi pendaftaran. Di kotak pencarian gmail web, saya mengetikan kata “Facebook Registration Confirmation” Anda pun bisa melakukannya. Dengan catatan anda belum pernah menghapus email konfirmasi pendaftaran dari facebook itu. Mudahkan 😀

Tetapi tidak semudah itu usaha saya tadi dalam mencari tanggal dan jam kapan saya mendaftarkan diri ke layanan jejaring sosial facebook. Banyak cara saya coba dan gagal. Salah satunya saya mencoba melihat foto profil yang pertama kali saya pasang. Ternyata foto yang saya pasang pertama kali sudah saya hapus.

Tak putus asa, ada seribu cara bertanya cara. Saya mencoba bertanya pada simbah saya, Simbah Google. “How to check when did I join Facebook?”  Avda Kadabra! Jawabnya : http://wiki.answers.com/Q/How_to_check_when_did_I_join_Facebook

Nah dengan cara yang hampir sama kita bisa menge -check siapa orang yang pertama kali kita add atau siapa yang pertama kali nge-add kita. 😀

Menyembunyikan Comment Activity di Facebook

Apa yang paling menyebalkan buat saya ketika membuka facebook adalah tag – tag ke foto tidak jelas bermaksud menawarkan barang – barang dagangan mereka (1), tag – tag tidak jelas ke foto – foto atau tulisan  lucu/aneh yang mereka copy paste dari internet padahal foto/tulisan lelucon mereka itu sudah kadaluwarsa dan sudah saya baca setahun bahkan 4 tahun yang lalu 😦 (2) dan terakhir adalah comment activity (3). Masa, aktifitas saya mengomentari foto/status/note orang lain pakai dipajang – pajang di wall.

Untuk masalah (1) dan (2), solusinya adalah dengan me-remove satu demi satu dari tag – tag itu. Melelahkan sebenarnya. Kalau tag itu sudah keterlaluan dan berasal dari temannya teman saya. Pasti tukang tag itu akan segera saya block dan report as spam. Kejam, biar saja. Untuk masalah yang ke (3), rupanya Facebook sudah memberi solusi. Solusi ini ditawarkan saya ketika tadi saya iseng removing Comment Activity di Wall saya berupa:

Jualan di Facebook Mengorbankan Silaturahmi!

Rupanya tidak hanya saya yang sebel dengan orang – orang yang suka sembarangan main tag di facebook untuk berdagang.Ternyata ada banyak teman – teman saya yang mengeluh. Contohnya Pak Riyeke Ustadiyanto. Bahkan beberapa seperti mbah Dharmo sampai misuh – misuh.

Saya sependapat dengan Pak Riyeke. Facebook itu tempat bersilaturahmi. Bayangkan bila kita sedang ada temu keluarga, katakanlah pertemuan “trah” keluarga. Atau acara reunian. Kemudian ada anggota trah yang jualan. Atau tiba – tiba ada sales nongol mempromosikan dagangan. Seperti ini mengorbankan suasana silaturahmi.

Tukang – tukan tag nyebelin itu bukanlah teman – teman saya. Mereka adalah temannya teman saya. Mana mau saya meng-confirm orang macam ginian. 😀

Baca lebih lanjut