Cuaca bagus. Langit biru. Cerah. Tanah menyebarkan bau basah sisa-sisa hujan semalam. Bulir-butir embun di pucuk-pucuk daun-daun hijau memantulkan cahaya keemasan, membiaskan banyak bayang(mu). Membiarkan aku mengambil satu atau dua foto untuk untuk dibagi dengan mu, di sini. 🙂
Karangmojo B : Embun Pagi
Semua nampak indah. Dan kalaupun pagi ini aku belum bisa jogging karena belum punya alas kaki sebentuk Nike LUNARGLIDE+ 3 , aku masih bisa blog jogging, tentu dengan sensasi yang berbeda tanpa terpaan udara pagi yang segar di wajah. 🙂
Selamat Pagi!
Update:
Langit di tempat yang sama pada jam 09:56 wib sudah mulai mendung.Foto langit yang pertama diambil jam 08:24 wib. Bisa jadi beberapa saat lagi akan turun hujan lagi seperti kemarin dan kemarinya kemarin. 🙂
Menurut Badai, komposer yang lagu-lagu ciptaannya dinyanyikan oleh Krispatih, ya iyalah secara dia adalah pendiri grup band itu, lagu yang bagus terletak pada kekuatan liriknya. Lagu yang liriknya mengena. Lagu yang bahkan bisa menggambarkan suasana hati yang sedang sedih secara indah.
Krispatih dan Badai bagi saya merupakan bagian dari sebuah peristiwa kebetulan, hehe. Kebetulan saya mendengar omongan Badai ini pada suatu acara di MetroTV yang dipandu oleh Yovie Widiyanto. Saya lupa nama acaranya. Intinya acara itu sedang membahas tentang lagu bagus.
Pendapat lain tentang definisi lagu bagus berasal dari nara sumber yang beken pada era 80-an sampai 90-an, yaitu Fariz Rustam Munaf (Fariz RM) yang nge-top dengan Barcelona -nya. Agak berbeda dengan Badai yang puitis, Fariz mengaku lebih mudah menuangkan perasaannya dalam rangkaian melodi. Jadi lagu bagusnya Fariz RM tentu saja yang melodic, yang kuat secara musikal.
Hmmm. Saya penikmat musik yang tidak bisa menyanyikan lagu dan atau bermain musik. Jadi sebagai penikmat lagu, apa definisi saya tentang lagu bagus?
Sulit bagi saya untuk menjelaskan lagu bagus itu yang seperti apa, karena pada kenyataanya saya suka beberapa lagu yang liriknya cukup bagus yang diiringi musik yang tidak bagus-bagus amat. Sekaligus menikmati lagu-lagu yang musiknya bagus tetapi arti liriknya saja saya tidak tahu. Yang terakhir ini banyak terjadi ketika saya mulai suka lagu bukan berbahasa Indonesia ketika bahasa Inggris saya belum bagus.
Ada lagu yang saya suka karena musiknya, saya dengarkan berulang-ulang dengan riang, setelah tahu liriknya ternyata itu lagu syahdu sedih, dan sebaliknya.
Jaman dulu mencari lirik lagu tidak semudah mengetikan di google seperti sekarang. Kaset-kaset tape lagu barat tidak selalu menyertakan lirik lagu pada sampul kaset.
Kalau contoh lagu bagus versi saya tentu saja mudah menuliskan di sini. Katakanlah Puspa Indah Taman Hati ciptaan Guruh Soekarno Putra yang dinyanyikan oleh Chrisye. Restoe Boemi nya Dewa 19. Hampir semua lagu yang diciptakan oleh James Horner saya suka. Juga lagu-lagu ciptaan Clint Eastwood.
Namun seingat saya, telinga saya bisa mulai terbuka dengan sebuah lagu yang baru pertama kali terdengar adalah karena melodinya, karena musiknya sedang selaras dengan perasaan saya saat itu. Setelah telinga terbuka dan melodi sedikit demi sedikit mengalir masuk, biasanya saya mulai menyimak. Permainan kata-kata di liriknya apakah cukup membuat saya terpesona. Apakah cerita yang dikisahkan pada lirik itu “cukup mengena”?
Kadang-kadang tapi jarang langka, saya menyukai sebuah lagu karena teman saya ada yang suka duluan, kemudian memperdengarkan kesukaanya akan lagu itu dari sudut pandang dia. Baik dari bagaimana lagu itu “sangat teman saya banget” atau karena misteri jenius yang tersembunyi pada permainan dibalik musik lagu itu.
Lagu-lagu yang jenius biasanya malah baik lirik maupun musiknya sama sekali tidak mengimpresi saya pada “pandangan” pertama. Rasa suka mulai masuk pelan-pelan melalui perulangan. Atau moment yang tiba-tiba terjadi. Sejujurnya saya kesulitan langsung menyukai sesuatu, namun ketika saya terlanjur menyukai biasanya akan susah melepaskanya dari ikatan emosi di dalam diri. 😀
Nah, sekarang saya akan mencoba mendengarkan lagu ciptaan Badai ini:
Saya lihat beberapa waktu terakhir ini orang-orang baru di internet (di facebook) tidak hanya didominasi oleh remaja dan anak-anak muda. Para dewasa dan orang tua yang sebelumnya tidak mengenal internet pun mulai terjun bergaul di facebook. Ini menurut saya kabar bagus. Internet, dalam hal ini facebook, akan menjadi jembatan komunikasi lintas generasi. Generasi muda dan generasi orang tua.
Karena apa yang saya lihat para dewasa ini tidak hanya berteman dengan sesama dewasa. Mereka berteman pula dengan anak-anak muda. Termasuk yang menjadi perhatian saya adalah beberapa guru sekolah dasar yang mulai eksis di facebook itu juga berteman di jejaring sosial itu dengan siswa-siswi para muridnya.
Kenapa pertemanan guru dan murid di jejaring sosial ini menjadi perhatian saya? Sekaligus terlihat bagi saya sebagai kabar prihatin.
Hal ini bermula dari status-status yang ditulis oleh guru-guru itu. Bapak Ibu guru yang terhormat itu saya sayangkan karena mereka menulis status-status itu dengan ejaan alay dan pesan-pesan lebay. Apa-apaan ini seorang guru seolah lupa kalau dimanapun dan kapanpun ia berada ia tetap adalah seorang guru yang menjadi model bagi siswa-siswi mereka. Interaksi guru dengan siswa termasuk di jejaring sosial bukankah membawa dampak didikan juga.
Mungkin saya berlebihan mengharapkan guru-guru institusi pendidikan dasar ini berkemantaban hati untuk menanamkan karakter yang bagus bagi tunas negeri. Saya masih beranggapan bahwa penulisan alay merupakan penghianatan terhadap bahasa Indonesia sebagai salah satu identitas karakter bangsa. 😀 Kemudian kelebayan. Lebih no comment saya terhadap lebay-lebay-an yang tidak dicontohkan pun anak-anak akan mudah menemukan dimana saja, di sinetron misalnya.
Saya tidak habis pikir pasangan suami istri yang sama-sama guru senior di sekolah dasar sayang-sayangan di facebook. Apa pula guru sekolah dasar yang mengumbar keluh kesah kesah amarah di facebook. Padahal sekali lagi, mereka berteman di jejaring facebook itu dengan siswa-siswi mereka.
Atau barangkali begini. Para guru itu kalah dulu eksis berjejaring di facebook dengan siswa-siswi mereka. Dan ketika mereka hadir di facebook, mereka meniru/mencontoh perilaku siswa-siswi mereka di facebook karena menganggap apa yang dilakukan siswa-siswi di facebook itulah yang benar. Para guru-guru sekolah dasar yang saya maksud itu mengekor. Mungkin inilah yang dimaksud orang Jawa dengan “Kebo nusu gudhel” Ini ibarat kebo yang seharusnya minum susu Anlene tetapi malah minum sufor Pediasure. Maaf menyebut merek. 😀
Jangan-jangan pengejaan alay dan penyingkatan kata semaunya seperti ini tidak hanya dilakukan oleh guru sekolah dasar ketika mereka berada di ranah jejaring sosial. Saya khawatir mereka juga menulis alay di papan tulis sekaligus mengumbar kelebayan di ruang kelas. Hewduuh
Besok hari Jum’at. Jadi teringat Jum’at lalu dan beberapa Jum’at sebelumnya saya agak terlambat datang shalat Jum’at, sehingga shaf-shaf depan di dalam Masjid sudah terisi jama’ah. Saya pun hanya kebagian tempat di shaf bagian balakang. Bukan shaf di dalam masjid, melainkan shaf-shaf di teras masjid. Shaf-shaf di teras-teras Masjid itu tidak berkarpet dan hanya beralaskan lantai keramik. Sudah dingin masih sedikit basah karena percikan air hujan musim hujan yang masuk ke teras dan sisa-sisa air wudhu yang masih menempel di kaki-kaki jamaah yang berjalan memasuki ruang masjid.
Sebenarnya salah saya sendiri kenapa tidak bisa datang Jum’at lebih awal, ya saya kan suka pelancongan, jadi tidak tentu bisa shalat Jum’at di Masjid mana. Makanya malam ini saya menyempatkan untuk membeli Sajadah. Niatan saya Sajadah itu akan saya jadikan ‘gear’ wajib yang senantiasa ada di tas saya. Di tas yang sama dimana biasanya saya membawa gadget kemana-mana. Kalau saya menaruh Sajadah di tas berbeda, takutnya Sajadah yang saya bela-belain beli ini suatu kali ketinggalan.
Mudah-mudahan mulai besok biarpun terpaksanya saya agak terlambat shalat Jum’at, namun saya sedikit tertolong dari dingin lantai keramik masjid yang terkadang juga tidak higienis. Saya bisa jadi mudah-mudahan lebih menyimak khotib berkhotbah dan shalat dengan lebih khusuk.
Saya merasa bahagia dengan kesempatan yang saya punyai untuk menghirup udara bulan Februari yang beraroma “wangi” ini. Entahlah, saya tidak bisa menceritakan seperti apa aroma mewangi itu. Tapi yang jelas rasa bahagia itu mendorong saya untuk menuliskan beberapa hal menyenangkan yang saya alami di sepanjang bulan Januari 2012. Utamanya cerita dari blog wordpress ini saja.
Alhamdulillah, selama bulan Januari 2012 saya bisa menulis 31 posting ber-tag postaday2012. Bagi saya ini modal penting untuk dapat membuat sejumlah 365 sepanjang 2012. Saya optimis bisa melakukannya. Dengan catatan: Bila tidak jatuh kiamat sebelum 31 Desember 2012.
Statistik yang saya taruh di atas bukanlah angka-angka yang membanggakan banyak orang, namun cukup 11.299 views dan 519 komentar sudah cukup membuat saya senang. Apalagi angka statistik ditampilkan dengan desain yang baru selesai dibuat oleh wordpress. 🙂