Tidur Orang Berilmu itu …

Seorang pemuda, sebut saja Mangun, segera beranjak meninggalkan Masjid setelah cukup komat kamit berdoa sekenanya. Entah apa yang ia minta dalam doa yang ia panjatkan dalam waktu sesingkat itu habis shalat Isya’

Mangun tidak tertarik untuk mengikuti kajian yang tidak biasanya diadakan ba’da Isya. Ia pun tidak kenal dengan orang – orang berjubah yang tiba – tiba hari – hari belakangan ini menjalankan aktifitas entah apa di Masjid.

Seorang pria berjubah menghampiri Mangun yang hampir meninggalkan Masjid.

Pria Berjubah : "Assalamu ‘alaikum …"

Mangun : "Wa ngalaikum salam …"

Pria Berjubah : "Mau kemana mas, kok buru – buru"

Mangun : "Mau pulang"

Pria Berjubah : "Kok tergesa ada acara apaan mas?"

Mangun : "Biasa, pulang, tidur"

Pria Berjubah : "Mbok tinggal di Masjid dulu mas, ikut ta’lim sama kita – kita dan entar kita ngomong – ngomong sambil I’tikaf …"

Mangun : "Tidurnya orang berilmu lebih mulia dari ibadah orang – orang tak berilmu"

Pria berjubah :"ngngngngng ….. "

Pagi – Pagi Sudah Minta Sumbangan

Bagaimana pendapat anda, bila pada pagi hari sudah ada orang bertamu dan meminta sumbangan. Seperti pagi ini ada seorang pria yang mengatas namakan sebuah pesantren untuk meminta sumbangan.

Pencari sumbangan ini bukanlah yang pertama datang ke rumah. Sudah terjadi berkali kali. Mengherankannya mereka (bilang kalau) datang dari jauh. Ada yang (konon) datang dari Jawa Barat, ada yang dari Madura. Jauh amat, pikir saya.

Apakah kira – kira sumbangan yang mereka dapatkan cukup sepadan dengan beaya transportasi dan makan minum selama diperjalanan? Mengapa mereka tidak mencari sumbangan di daerah di sekitar pesantren mereka? Bukankan orang akan lebih percaya memberi sumbangan bila mengetahui secara langsung kiprah dan kredibilitas pondok pesantren mereka.

Mungkinkah di Banten atau di Madura ada orang mencari sumbangan mengatas namakan suatu pesantren di Yogyakarta. Entahlah.

Masjid Unik

Bisa dikatakan masjid unik, setidaknya menurut saya. Keunikan masjid ini mudah kita lihat dari interiornya yang di dominasi oleh kayu dan anyaman bambu. Ini merupakan satu – satunya yang pernah saya lihat yang mana masjid – masjid lain biasanya berdinding tembok beton.

Masjid ini saya temui kemarin petang pada saat menunaikan Shalat Maghrib diperjalanan saya dari Imogiri melalui jalan alternatif di desa Terong. Desa yang terletak diperbukitan batas antara Kabupaten Bantul dan Gunungkidul. Sayang kemarin saya lupa mengecek apa nama masjid itu.

Foto diatas saya ambil dengan Camera Ponsel. Jadi tidak bisa sepenuhnya membagikan keartistikan masjid.

Bertebaranlah Di Muka Bumi

Membaca status teman di Facebook ini mengingatkan kewajiban seorang muslim setelah menunaikan kewajiban shalat Jum’at. Yah bertebaranlah di muka bumi. Untuk menjadi Khalifah yang amanah. Khalifah yang bisa menjaga kelestarian bumi dan mencegah segala kemungkaran yang berdampak kerusakan.

Bertebaran dan juga menebar benih – benih kebaikan. Karena sebiji dzarah pun yang kita tebar, entah itu baik atau buruk akan suatu saat kelak kita menuai panennya.

Masjid Agung Bantul

Berbeda dengan kebanyakan desain pintu masjid kebanyakan, di Masjid Agung Bantul ini tampak berbeda. Menurut saya pintu tengah masjid di desain mirip dengan karakter pewayangan yaitu Gunungan atau Gara – Gara.

Foto ini saya ambil selepas menunaikan Shalat Jum’at di Masjid Agung Manunggal, Bantul – Yogyakarta

Tidur Orang Berilmu

Tidur orang yang berilmu lebih utama dari Shalat nya orang bodoh

Suatu ketika Nabi berangkat ke masjid hendak melakukan kewajiban
shalat. Di pintu masjid Beliau melihat ada setan yang terlihat ragu-ra
gu untuk masuk ke dalam masjid. Nabi menanyai setan itu. Kenapa
kamu mondar mandir disini?. Setan menjawab ; aku mau menggang
gu orang yang shalat itu, tapi aku takut pada orang yang tidur di sam
pingnya itu. Nabi terheran heran mendengar jawaban ini. ” Kepada
orang yang sholat kamu tidak takut, tapi kepada orang yang tidur ka
mu malah takut?”. Karena orang yang tidur itu adalah orang yang be
rilmu, sementara orang yang sholat itu adalah orang yang bodoh, ka-
ta setan.

Apakah anda pernah menemukan Hadits ini? Bagaimana pendapat Anda?

Pertanyaan yang menggelitik ini sebenarnya muncul beberapa hari yang lalu ketika saya kebetulan datang pada pengajian yang diadakan di rumah tetangga saya. Padahal saya sudah sekian lama jarang datang ke pengajian. Alhamdulillah Allah membuka pintu kesadaran itu untuk saya.

Hadits yang saya kutip diatas sebenarnya tidak ada sangkut pautnya dengan isi pengajian pada malam itu. Tetapi pada malam itu terbersit di kepala saya, karena sepertinya saya pernah mendengar dan ada hadits seperti itu. Begitu tinggi dan sangat penting peran Ilmu dalam ibadah dan muamalah manusia. Dan sepulang dari pengajian saya mulai mencari cari tentang hadits ini.

Lebih banyak silahkan baca Artikel Pak Jalaludin Rahmat berikut :

http://aree142.blogspot.com/2010/01/ilmu-lebih-utama-daripada-ibadah.html

Patokan Waktu Masuk Isya’

Di daerah dimana saya tinggal, orang – orang secara umum menerima bahwa jam 19:00 WIB adalah sudah memasuki waktu shalat Isya’. Padahal menurut jadwal baik yang dikeluarkan oleh Depag maupun Ormas – ormas Islam tidaklah selalu tepat 19:00 WIB. Waktu bisa jam 19:00 WIB kurang atau lebih. Tergantung posisi matahari pada bulan – bulan yang berjalan.

Seperti pada saat sekarang ini, kira – kira waktu masuk Shalat Isya’, kalau tidak salah, pukul 19:20 WIB. Beberapa waktu yang lalu saya dan beberapa remaja di masjid di tegur oleh seorang Ustadz. Beliau mengatakan bahwa di masjid lain saja sudah beberapa saat Iqamah, tetapi di sini adzan belum berkumandang dan malah remajanya masih enak – enak ngobrol di serambi masjid. Loh Pak, berdasar jadwal, masih beberapa menit ke depan memasuki waktu shalat Isya’

Memajukan waktu shalat itu sepengetahuan kami termasuk hal yang di larang. Apalagi mengumandangkannya dengan ber- adzan. Tetapi, wallahu alam, kalau mungkin karena ketidak tahuan. Mungkin kalau belum tahu, Allah masih bermurah memberi maaf. Masalahnya sebagian besar dari kita itu enggan mencari tahu atau mempertanyakan akan hal hal.

Kalau memang memajukan waktu itu dilarang, bagaimana bila terlambat. Karena sepertinya juga tidak mudah bila waktunya di buat plek sama persis dalam hitungan. Padahal, pada jaman Nabi dahulu belum ada jam dan ahli astronomi untuk menghitung waktu sampai akurasi dalam menit atau detik. Pada jaman itu masih berlaku ilmu kira – kira bila hari sedang tidak cerah atau menggunakan ukuran bayangan (tongkat) untuk memastikan waktu memasuki shalat.

Ujung Ramadhan …

Petang tadi Ramadhan 1430 H telah usai. Besuk kita akan merayakan Hari Raya Iedhul Fitri. Insya Allah kami akan melaksanakan shalat Ied di tanah Lapang. Iedul Fitri di musim kering merupakan bentuk dari kemudahan yang di anugerahkan Allah SWT bagi kami untuk dapat melaksanakan shalat di tanah Lapang. Semua kita senang dan bahagia atas hari kemenangan setelah 29 hari berpuasa. Alhamdulillah.

Bagi saya sendiri, syukur alhamdulillah, karena atas izin -Nya, dapat mengerjakan banyak ibadah Ramadhan tanpa bolong bolong, tanpa derita sakit. Arti sebuah kesehatan dan ibadah.

Tadarus_bakda_subuh

Dapat menyelesaikan tadarus, shalat malam, dan lain lain. Pokoknya banyak hal mengesankan yang hanya bisa terjadi atas izin dan kehendak Nya. Yang mana dilain sisi, ujung Ramadhan merupakan kehilangan yang lain bagi saya.

Namun demikian semoga, bukanlah menjadi kehilangan akan pembelajaran dan pelatihan pengembangan diri selama sebuan itu. Sehingga warna warni serta pernik pernak Ramadhan senantiasa menjadi hiasan di hari hari dan bulan bulan setelah Ramadhan berlalu. Indah nian bila hamba ini tetap Istiqamah dengan banyak Amalan. Mudah berjamaah shalat, bertadarus, menjaga lisan, d el el.

Ramadhan H 8, tiba tiba …

Kalau waktu terasa berjalan cepat berarti yang merasa itu sedang bahagia. Sedang bila waktu terasa berjalan lambat  maka akan dikaitkan dengan arti kebalikannya. Meski “menanti” pun akan membuat waktu berjalan lebih lambat. Padahal, terserah orang merasa cepat atau lambat waktu berjalan, tidak akan mengubah 24 sebagai jumlah hitungan  jam  dalam sehari, 60 menit dalam satu jam dan 60 detik dalam semenit.

Hari ini merupakan puasa yang ke-8. Dua hari lagi sepertiga Ramadhan akan kita tinggalkan. Cepat sekali, eh terasa cepat sekali ya. Loh apakah saya sedang merasa bahagia karena merasakan perjalanan waktu yang terasa cepat?

Selamat Menunaikan Ibadah Ramadhan dan Selamat Berpuasa. Semoga  Ibadah kita diperhitungkan sebagai Amal Kebajikan dan dosa dosa mendapatkan pengampunan Amiiin …

One Juz A Day

Insya AllahDSC02906