Nikmat dan Hikmah Ramadhan

Saya menutup makan sahur saya tadi dengan segelas air putih ketika tanda Imsya’ diperdengarkan dari pengeras suara di masjid-masjid. Ini adalah makan sahur saya yang ke-29 dan Insya Allah merupakan sahur tarakhir Ramadhan kali ini. Tanpa terasa bulan penuh kemuliaan ini berlangsung begitu cepat. Tamu agung akan segera meninggalkan. Insya Allah nanti malam takbir kemenangan akan bergema dimana-mana.

Dibandingkan dengan setidaknya dua bulan Ramadhan sebelumnya ada beberapa hikmah, pelajaran dan nikmat Allah yang diberikan kepada saya sekeluarga kali ini.

Mulai dari berbuka puasa. Dari 28 buka puasa yang dilalui 26 diantaranya kami langsungkan di rumah bersama keluarga yang lengkap: Bapak, Simbok, Saya dan Adik Saya. Hanya dua kali saya berbuka puasa di luar mengikuti acara buka bersama. Ini anugerah yang jarang terjadi mengingat sebelumnya selalu saja ada kegiatan sampai tidak memungkinkannya setiap hari bagi kami untuk makan berbuka puasa dalam satu meja.

Sahur. Sampai makan Sahur yang ke-29 kami sekeluarga belum pernah satu kali pun terlambat bangun. Alhamdulillah.

Nikmat Sehat. Puasa yang bertepatan dengan pergantian musim di lingkungan dimana saya tinggal merupakan ujian tersendiri bagi kami. Awal puasa adiklah satu-satunya yang tidak tumbang didera pergantian musim yang dingin. Alhamdulillah atas kehendak Allah, di penghujung puasa ini kami lebih sehat sehingga memungkinkan kami berusaha beribadah Ramadhan dengan lebih baik.

Ada beberapa peristiwa yang terjadi semata atas kehendak Allah dan bisa dijadikan pelajaran hikmah. Salah satunya adalah terjadi pada hari Minggu, 5 Juli 2015.

Sesampai di rumah sepulang dari Pantai Kesirat dan Woh Kudu di desa Girikarto, kecamatan Panggang, kabupaten Gunungkidul saya sadari dompet yang saya bawa tidak berada di saku lagi. Kemungkinan terjatuh di sepanjang jalan dari tempat parkir Pantai Woh Kudu sampai di rumah saya. Jaraknya kira-kira 30 km. Mencari dompet yang terjatuh di suatu tempat di rentang jarak 30 km saya ibaratkan mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Namun saya tetap berusaha mencarinya. Ini adalah ikhtiar saya menjaga amanah Allah yang berupa rejeki yang dititipkan kepada saya.

Baca lebih lanjut

Iklan

Khotbah Jum’at : Doa (belum) terkabul

Kita berdoa karena kita mengimani tentang Tuhan. Dan sebagai muslim kita berdoa kepada Allah SWT. Keyakinan bulat kita adalah Allah itu Maha Pengasih, Maha Penyayang, punya superioritas untuk melakukan apa saja bahkan untuk sesuatu yang tidak dibayangkan ummat.

Harapan setiap pendoa pasti terkabulkan apa – apa yang diminta. Dan Allah sebagai Maha Penguasa, pasti mengabulkan setiap doa, kecuali atas beberapa sebab. Kata kecuali saya pertebal supaya maksudnya jelas. Beberapa dari kecuali itu, antara lain, Allah tidak akan mengabulkan doa hamba yang masih melakukan perbuatan dosa dan belum bertobat (1), Makan dan Minum dengan rejeki yang tidak halal (2), Allah bemaksud mengabulkan doa yang dipanjatkan di surga kelak (3), dan lain – lain.

Bahkan menurut para Ulama, banyak hikmah yang bisa di dapat dari belum terkabulnya doa. Wah, mengenai hikmah dari doa yang belum terkabul menurut apa yang disampaikan khotib siang tadi, saya tidak bisa mengingat dengan baik. Dari pada salah menuliskan, lebih baik tidak dituliskan dulu. Andai ketika mengikuti khotbah Jum’at diperbolahkan membawa catatan dan menuliskan poin poin yang disampaikan pengkhotbah. Mungkin saya dapat menyusunnya kembali dan membagikan di blog ini untuk pembaca.

Ujung Ramadhan …

Petang tadi Ramadhan 1430 H telah usai. Besuk kita akan merayakan Hari Raya Iedhul Fitri. Insya Allah kami akan melaksanakan shalat Ied di tanah Lapang. Iedul Fitri di musim kering merupakan bentuk dari kemudahan yang di anugerahkan Allah SWT bagi kami untuk dapat melaksanakan shalat di tanah Lapang. Semua kita senang dan bahagia atas hari kemenangan setelah 29 hari berpuasa. Alhamdulillah.

Bagi saya sendiri, syukur alhamdulillah, karena atas izin -Nya, dapat mengerjakan banyak ibadah Ramadhan tanpa bolong bolong, tanpa derita sakit. Arti sebuah kesehatan dan ibadah.

Tadarus_bakda_subuh

Dapat menyelesaikan tadarus, shalat malam, dan lain lain. Pokoknya banyak hal mengesankan yang hanya bisa terjadi atas izin dan kehendak Nya. Yang mana dilain sisi, ujung Ramadhan merupakan kehilangan yang lain bagi saya.

Namun demikian semoga, bukanlah menjadi kehilangan akan pembelajaran dan pelatihan pengembangan diri selama sebuan itu. Sehingga warna warni serta pernik pernak Ramadhan senantiasa menjadi hiasan di hari hari dan bulan bulan setelah Ramadhan berlalu. Indah nian bila hamba ini tetap Istiqamah dengan banyak Amalan. Mudah berjamaah shalat, bertadarus, menjaga lisan, d el el.