Memang ASEAN Itu Apaan?

Beberapa hari yang lalu, melalui status Facebook, saya menanyakan kepada teman-teman satu kelas di SD N Karangmojo II dulu, siapa saja menteri luar negeri yang menandatangani deklarasi ASEAN di Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Dengan catatan dilarang googling sebelum menjawab. Teman-teman SD saya itu saya ingat benar dulu, pada jaman kelas 6 SD berpuluh tahun silam, telah hafal di luar kepala nama-nama deklarator ASEAN.

Ingin tahu apa jawaban teman-teman SD saya itu? Silakan klik di sini. Teman-teman SD saya itu dengan berbagai alasan tidak  menjawab pertanyaan saya.

Di satu sisi saya merasa tidak sendirian telah lupa apa yang saya hafal dari pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah SD kala itu.

Menanyakan siapa saja deklarator ASEAN pada 44 tahun yang lalu adalah ide yang muncul ketika saya harus mengernyitkan dahi membaca nama-nama yang telah saya hafal di luar kepala pada waktu SD namun sekarang telah terlupakan. Nama-nama itu ada di buku ASEAN Selayang Pandang  yang diberikan dalam Goody Bag pada saat saya mengikuti acara sosialisasi ASEAN Blogger yang bertempat di Hotel Melia Purosani pada tanggal 9 Juli 2011.

Apa yang saya tanyakan di atas baru sebatas pendirian ASEAN. Belum berapa jumlah negara ASEAN saat ini. Berapa kali Konferensi Tingkat Tinggi telah diselenggarakan dan di negara mana saja. Pertanyaan sepele tetapi jawabannya mungkin hanya sedikit orang yang tahu. Terutama orang-orang sipil dan masyarakat biasa di Indonesia. Cobalah iseng menanyai apa itu ASEAN pada orang-orang di sekitaran. 😀 Atau masyarakat di negara-negara anggota ASEAN lainnya juga demikian?

Di kalangan masyarakat, barangkali ASEAN belumlah sesuatu. Masih kalah sesuatu banget di banding dengan World Cup. Anda tahu negara mana pemenang Word Cup 2010 di Africa Selatan? Kapan dan dimana World Cup diselenggarakan ketika Argentina berhasil menjadi juaranya? 🙂

Bersambung … (kali ini saya mau nonton film dvd dulu :))

Wisata Berkuda di Candi 9 Bandungan

The Morning Sun

The Morning Sun

Selasa, 8 November 2011. Matahari mulai beranjak naik. Hangatnya menembus kaca-kaca. Menyela hujan yang beberapa hari belakangan turun. Bus Wisata Bimo yang mulai melaju meninggalkan bumi Gunungkidul. Menuju suatu Pegunungan di Jawa Tengah sana dimana Wisata Candi Songo terletak.

Untuk ukuran wisata kelas budget, Bus Bimo ini lumayan nyaman, interiornya tampak bersih dan rapi, mesin bus cukup lembut dan bertenaga meliuk-liuki tikungan dan tanjakan di jalanan Patuk. Bus juga dilengkapi dua monitor LCD dan fasilitas karaoke.

Karaoke deck ini yang kemudian membuat suasana menjadi hingar bingar melarut dalam riah. Kali ini saya harus bisa beradaptasi dengan cepat dan menaikan level toleransi dengan lagu-lagu dangdut dan oldis Indonesia ‘Panbers’, hehe Lengkap dengan alunan vokal yang bervariasi dari pita suara serak-serak basah,  suara sopran, alto sampai jenis pita ember. Apapun saya harus membaur. 😀

Untungnya, saya duduk satu kursi dengan seorang mechanical engineer yang sama-sama tidak suka kegaduhan dan beliau lebih berkenan bercerita tentang seluk-beluk jalan Yogya-Semarang yang kami tempuh, tempat-tempat eksotis di kota Semarang serta kuliner yang ada di kota tua.

Jam 11 siang, bus sudah mulai menggeber tenaga menaiki area pegunungan di Desa Wisata Bandungan. Bus berhenti di areal parkir dan perjalanan naik diteruskan dengan mobil pick up untuk mencapai pintu masuk komplek wisata. Kami ber-shalat Dhuhur dulu sebelum bersenang-senang. 🙂

Ticket Entrance

Ticket Entrance

Untuk menikmati komplek wisata Candi Songo ini sebenarnya ada beberapa alternatif. Bisa langsung memilih hamparan rumput yang rapi kemudian pesta kebun dan lotisan/rujakan 🙂 , bisa dengan jalan kaki menilik satu candi sampai ke candi ke sembilan, bisa dengan mengelilingi komplek wisata dengan berkuda, atau apalah terserah. Yang penting tidak membuat tindak vandal dan asusila di sini. 😀

Saya sendiri dengan teman seorang mechanical engineer memisah dari rombongan dan memilih naik turun gunung di komplek wisata ini dengan  berkuda. Di tempat wisata Candi Songo, tiap kuda bisa disewa seharga Rp 50.000,- sudah termasuk bonus seorang pemandu kuda yang sekaligus memandu kita berwisata.

Horse Rider

Horse Rider

Bagi saya, menunggangi kuda menyusuri jalan setapak kecil Baca lebih lanjut

Tafsir 111111

Kali ini saya akan ikut-ikutan othak athik gathuk terkait angka 111111 yang sedang asik disendauguraukan di social media. Ikut-ikutan iseng menyertai pertepatan tanggal 11 bulan 11 tahun 2011. 111111.

Bagi orang yang pernah sedikit-sedikit belajar matematika dan elektronika digital seperti saya, 111111 bisa dianggap bilangan biner yang bila dikonversikan ke bentuk decimal sama dengan 63. Dan bila dikonversikan ke dalam bentuk hexa decimal akan ketemu 3F. Itu saja. Saya hanya mengulang kembali apa yang pernah saya pelajari pada jaman dulu kala.

Alamat IP? Angka ini tinggal dikelompokan menjadi empat bagian. 1.1.11.11, 11.1.1.11, 11.11.1.1. Tinggal googling dimana dan siapa yang pegang alamat ip ini. Hasilnya bisa dicek:

Apa yang punya tafsir lain dengan angka sakral 111111? Silakan dibagi yah 😀

Demikian sekilas othak athik ora gathuk pada pagi hari ini. Selamat Hari Jum’at dan jangan lupa menunaikan shalat Jum’at bagi pria muslim sekalian. 🙂

Butuh Operator Mobile Broadband Cadangan

Seperti yang diblogkan oleh DailySocial di http://dailysocial.net/2011/11/09/karyawan-telkomsel-akan-mogok-kerja-selama-30-hari-mulai-hari-kamis-ini/, mulai hari Kamis besok tanggal 10 November 2011, 3000-an dari 4000 karyawan tetap Telkomsel akan mogok kerja. Tidak tanggung-tanggung mereka akan mogok selama 30 hari.

Di sini saya tidak akan mencari siapa benar dan siapa salah. Mogok kerja adalah hak karyawan yang dijamin oleh Undang Undang Tenaga Kerja.

Sebagai pengguna layanan telekomunikasi dan mobile broadband yang sudah lama merasa nyaman menggunakan produk telkomsel apa yang saya perlukan dan segera saya pikirkan adalah mencari alternatif apabila selama periode mogok itu terjadi gangguan pada jaringan. Untuk menunjang mobilitas sehari-hari, saya tidak bisa mentolerir gangguan dengan alasan apapun. Jadi lebih baik mempersiapkan payung dari sekarang.

Saat ini saya mempertimbangkan untuk membeli layanan mobile broadband untuk kebutuhan di area dimana tiap hari saya berlalu lalang. Untuk di daerah saya sendiri tidak ada banyak pilihan. Hanya ada XL, 3 dan Indosat. Pikir-pikir dan googling-googling untuk mencari review pemakai operator ini di daerah mobilitas saya.

Dan karena mulai Senin sampai Jum’at pekan depan saya akan berada di Nusa Dua – Bali, saya ingin mendengar rekomendasi layanan mobile broadband di sana. Apakah sebaiknya saya membeli kartu dan paket data dari sini atau di sana bisa dengan mudah dicari? Lebih saya sukai rekomendasi dari teman-teman yang tinggal di sekitar bandara Ngurah Rai sampai Nusa Dua. … 🙂

 

Lutut Keseleo, Apa Obatnya?

Kemarin siang, ketika  sedang menuruni suatu tempat, saya memilih melompat. Tempat itu tidak tinggi-tinggi amat untuk dicapai dengan lompatan. Apesnya kali kiri saya nyangkut. Sehingga saya gagal mendarat dengan sempurna.

Telapak kaki saya tidak mendarat lebih dulu sebagaimana seharusnya. Melainkan bagian sisi dari lutut yang membentur tanah duluan. Kaki terpelintir/terkilir. Atau orang Jawa menyebutnya kecenik. Saya meringis kesakitan dalam beberapa menit sebelum rasa nyeri mereda. Tidak terlihat ada luka memar pada lutut. Tetapi kalau diraba memang baru terasa sakit. Pikir saya, rasa nyeri ini akan berangsur hilang dalam beberapa saat. Dan memang saya bisa meneruskan aktifitas. 🙂

Namun, setelah semalam saya bangun tidur, kaki saya terasa nyeri bila digerakan dan lutut susah bila diluruskan. Sampai tadi pagi, tiap gerakan iktidal, rukuk dan sujud serta tahiat dalam shalat Subuh seolah benar-benar suatu perjuangan. Tiap perlu gerakan menekuk kaki terasa nyeri dan nyilu.

Tak tahan dengan rasa nyeri ini, pagi tadi saya tertatih-tatih berjalan ke tempat tukang urut di desa dimana saya tinggal. Ke rumah Mbok Yatini. Untuk Anda tahu, Mbok Yatini adalah dukun urut paling tersohor seantero desa.

Haduuuuh! Merasakan urat-urat kaki dan tubuh diurut itu tidak enak. Saya sekali dua mengerang-erang kesakitan. Terlebih ketika lutut saya yang terkilir dicoba diluruskan. Meskipun setelah mencoba diluruskan berulang-ulang, kaki saya jadi lebih mudah digerak-gerakan.

Selain diurut, sebenarnya ada ngga sih, obat yang bisa mempercepat penyembuhan dan pemulihan lulut kaki yang terkilir? Saya ingin pulih secepatnya. Karena dalam beberapa hari ke depan banyak kerjaan yang perlu diselesaikan dengan aktifitas fisik yang intensif. 🙂

 

 

Komitmen Belajar Menulis

Fungsi utama blog ini adalah untuk belajar. Untuk belajar menulis. Lebih tepatnya mencari, mendokumentasikan dan menyampaikan ide dalam bentuk tulisan. Sebagai sarana untuk belajar, tentu saja tulisan-tulisan saya ini belum baik. Masih jauh dari baik. Masih membosankan untuk konsumsi publik.

Saya memulai menulis di blog ini pada kira-kira 4 tahun yang lalu. Sudah cukup lama juga ya. Apalagi kalau dihitung dari blog-blog saya sebelum yang ini. Lebih lama lagi. 🙂 Saya tidak akan bilang “seharusnya“. Kalau menggunakan ukuran “seharusnya”, seharusnya tulisan saya sudah tidak terlalu jelek bila melihat kembali kapan saya mulai belajar membuat posting di blog. Tapi sekali lagi saya tegaskan “tidak apa-apa“. Baca lebih lanjut

3 Sapi 3 Kambing Dipotong di Masjid At Taqwa

Menguliti Kambing

Menguliti Kambing

Benar apa yang saya duga dalam postingan saya sebelum ini, biasanya ada shohibul kurban yang menuntun hewan korban ke tempat pemotongan tanpa mendaftarkan ke panitia terlebih dulu. Ini terjadi di tempat pemotongan di Masjid At Taqwa Karangmojo B. Kalau tadi saya tuliskan di Karangmojo B ada 3 sapi dan 2 kambing. Menjelang detik-detik pemotongan ada jamaah membawa seekor kambing. Jadi jumlah hewan yang dipotong menjadi 3 sapi dan 3 kambing.

Angka kesadaran berkorban yang bagus untuk ukuran dusun Karangmojo B yang berpenduduk kurang dari 100 KK.

Untuk prosesi pemotongan hewan kurban sendiri berjalan lancar dan lebih profesional. Jagal/tukang sembelih dipercayakan kepada orang yang benar-benar kompeten, yaitu Pak Suradi. Mengingat kualitas daging dan tata cara pemotongan sesuai syar’i itu sangat penting, tidak semua orang dipercayakan mengemban tugas ini. Jadi memotong hewan itu tidak asal mati. Atau si penyembelih bukan orang yang asal berani.

Untuk pembagian daging kurban, mulai tahun ini juga mulai diterapkan beberapa penertiban. Penertiban itu meliputi siapa saja yang berhak menerima daging kurban. Apa saja hak yang akan diterimakan kepada shohibul kurban, tata cara penyembelihan dan pembagian, dan lain lain.

Sekitar jam 11 siang, proses mragat kambing dan sapi selesai dan bisa dibagikan kepada yang berhak.

Saya sebenarnya siang tadi ingin mencicipi tongseng kambing buatan rumah. Tapi  aturannya keluarga yang sudah berkurban sapi itu tidak berhak menerima pembagian daging kambing. Keluarga shahibul kurban hanya berhak menerima maksimal sepertiga bagian dari hewan yang dikorbankan. Jadi saya dan simbok mencoba bereksperimentasi untuk membuat gulai daging sapi. Sebenarnya bisa-bisa saja sih saya meminta secara pribadi daging kambing kepada tetangga yang berkorban kambing. Atau bertukar daging. hehe

Dan Alhamdulillah, saya, bapak dan simbok melahap tanpa sisa gulai daging sapi eksperimentasi simbok tadi. Enaaaaak … 😀

Cerita Idul Adha pada tahun-tahun sebelumnya:

Desa Grogol : Perolehan Infaq dan Hewan Kurban

Kotak Infaq di Desa Grogol

Kotak Infaq di Desa Grogol

Sebelum shalat Iedul Adha dimulai, oleh Bapak Tijan disampaikan beberapa pengumuman. Diantaranya adalah perolehan Infaq Iedul Fitri 1432 H dan Hewan Kurban masing-masing dusun se Desa Grogol diumumkan sebagai berikut:

  • Infaq Iedul Fitri : Rp 8.709.300,-
  • Infaq Iedul Adha : Rp 2.761.900,-

Jumlah Rp 11.471.200,-

Dari perolehan Infaq ini dapat dibaca potensi dan kesadaran beramal infaq yang besar oleh jamaah shalat Ied di Desa Grogol. Infaq yang terkumpul atas kesadaran manusia dan sedikit anjuran dari para pemuka agama. Luar Biasa.

Angka ini setara dengan iuran kendaraan bermotor roda dua di Desa Grogol yang diatur oleh Perdes sebanyak: 2.294 kendaraan. Bila satu kendaraan bermotor itu panjangnya 2 meter dan disusun berjajar tanpa jeda, maka akan menghabiskan ruas jalan sepanjang hampir 5 km. Luar biasa.

Tapi sebenarnya berapa sih jumlah pasti kendaraan roda dua yang ada di Desa Grogol?

Perolehan Hewan Kurban per dusun se Desa Grogol:

  1. Karangmojo A : 4 Sapi. 13 Kambing.
  2. Karangmojo B : 3 Sapi. 2 Kambing.
  3. Grogol : 5 Sapi. 7 Kambing.
  4. Tungu : 3 Sapi. 5 Kambing.
  5. Senedi : 1 Sapi. 4 Kambing.
  6. Gerjo : 3 Sapi.

Jumlah : 19 sapi 28 kambing dan kemungkinan bisa bertambah karena biasanya banyak shohibul kurban yang langsung menuntun hewan kurban ke Masjid tanpa pendaftaran sebelumnya.

Dari data perolehan hewan kurban tahun ke tahun diketahui peningkatan jumlah shohibul qurban, orang yang berkorban secara signifikan. Dari tahun ke tahun pula ada kecenderungan hewan kurban yang menjadi tren adalah sapi.

Semoga tahun depan kesadaran berkurban, berinfaq dan bersadaqah di Desa Grogol meningkat melebihi tahun-tahun sebelumnya.

Menanam Jagung Jangan Jemu-Jemu

Dari kemarin sore sampai tadi malam, hujan cukup deras dan merata turun di desa dimana aku tinggal dimana mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani. Waktu yang tepat untuk segera bercocok tanam. Terutama dan yang harus didahulukan adalah tanaman palawija. Kecuali padi yang harus menunggu curah hujan lebih banyak.

Kali ini kami sengaja meladang lebih pagi agar kedua ladang itu sudah selesai ditanami sebelum matahari terlalu terik. Bukan kami takut sengat matahari. Hari ini adalah hari Arofah. Hari dimana muslim disunahkan untuk berpuasa sebelum Hari Adha. Kami menjaga diri agar keringat tidak terlalu berlebih sehingga menurunkan cairan tubuh dan bisa-bisa mengurangi kekhusukan berpuasa.

Udara pada jam 5 pagi tadi terasa dingin. Mendung menggelayut menutupi wajah langit. Itu bukan penghalang bagi semangatku, bapak dan simbok untuk segera bergegas ke ladang keluarga di Ngglempeng dan Lor Ngglempeng. Kami bertiga berjalan kaki  dengan benih jagung, tugal dan cangkul dipundak, menempuh jarak hampir 2 km.

Jalan kaki ke Nglempeng itu sendiri aku rasakan asik. Entah kenapa aku melihat jalanan yang jeblok-jeblok banyak gedebel-nya itu seolah baru. Padahal aku telah berulang kali melewatinya dengan kaki ini. Apalagi laron-laron yang aku lihat beterbangan menikmati mongso rendeng dan kebebasan dan ada yang hinggap di ranting-ranting kering. Juga laron-laron yang dengan dikawal rayap sedang keluar dari lobang kepundung di kiri kanan jalan di dekat pohon randu raksasa di Lor Ngglempeng. Rumput dan dedaunan basah yang membagikan aroma alam Baca lebih lanjut

Shalat Jum’at: Jamaah Kurang

Jum’at kali ini, alhamdulillah saya bisa shalat Jum’at di Masjid At Taqwa dusun Karangmojo B. Muadzin adalah Surono. Iman sekaligus Khotip adalah H Watiman. Tema khotbah Jum’at adalah Haji.

Tapi kali ini saya tidak akan menuliskan kembali inti khotbah Jum’at seperti biasanya. Saya akan bercerita tentang jumlah jamaah Jum’at di Masjid At Taqwa.

Menjelang diserukan adzan saya sudah berada di dalam Masjid. Jumlah jamaah yang sudah datang terlihat sedikit. Saya menghitungnya dan mendapatkan angka 16 termasuk imam, muadzin dan anak-anak yang belum baligh. Ketika Iqamah dikumandangkan dan semua saya hitung lagi ketemu angka 32 termasuk imam, muadzin dan anak-anak.

Kenapa saya cape-cape menghitung jumlah jamaah? Karena saya pernah mendengar kalau shalat Jum’at itu sah dikerjakan bila jumlah jamaah sedikitnya 40 orang. Juga pernah dengar, orang jamaah yang terlambat datang Jum’at itu bisa sah kalau jamaah yang datang sudah sama dengan atau lebih dari 40 orang.

Singkatnya dalam hati saya tadi mempertanyakan keabsahan dan pendapat-pendapat tentang syarat sah Shalat Jum’at.

Ternyata setelah sampai di rumah dan googling masalah ini, pendapat tentang jumlah minimal jamaah shalat Jum’at itu ada bermacam-macam. Salah satu penjelasanya bisa dibaca di forum tanya jawab di Eramuslim di sini. Anda bisa googling sendiri untuk mendapatkan penjelasan yang lain.

Yang saya ingat jumlah jamaah Jum’at minimal 40 orang dari tanya jawab ini ternyata adalah pendapat Syafi’i dan Hambali. Sedang Ulama Maliki berpendapat minimal 12 orang. Bahkan Abu Hanifah dan Muhamad berpendapat minimal 3 orang selain imam.

Mana yang benar? Wallahualam. Selagi ada ulama yang berpendapat 3 atau 12 saja sudah sah, maka saya tidak perlu ragu. Untuk pendapat seperti ini menurut saya diperlukan kompetensi ulama. Atau ada yang sudah pernah mendengar pendapat Majelis Ulama Indonesia?

Barangkali perlu diketahui kenapa jamaah Jum’at di Masjid At Taqwa dusun Karangmojo B sedikit. Penduduk di dusun Karangmojo B sendiri 100% beragama Islam tapi jumlah KK -nya relatif sedikit. Pemuda-pemudanya kebanyakan merantau. Pelajar, mahasiswa dan karyawan/pekerja kebanyakan menunaikan Shalat Jum’at di lingkungan kerja dan kampus masing-masing. Umumnya yang shalat Jum’at di At Taqwa adalah bapak-bapak petani, pini sepuhan dan anak-anak. Kadang-kadang siapa yang mau menjadi khotib dan imam saja kesulitan dan terjadi saling tunjuk jamaah yang datang.

Jamaah Shalat Jum’at kurang dari 40 orang. Jadi menurut Anda sah atau tidak?