Bentuk Kerendahan Hati Sukanto Tanoto dan Carlos Slim

 

Sukanto Tanoto Chairman.jpg

Source: RGE

Ketika ingin menilai karakter seseorang yang sesungguhnya, banyak yang mengatakan lihatlah saat ia berada di puncak. Tengoklah saat ia memegang kekuasaan dan berada di pucuk posisi. Namun, ternyata Sukanto Tanoto memiliki kerendahan hati yang besar. Inilah yang belakangan menjadi salah satu kuncinya sebagai pengusaha papan atas.

Bagi yang belum mengenal Sukanto Tanoto, ia adalah pendiri grup Royal Golden Eagle, sebuah korporasi skala internasional yang memiliki aset sebesar 15 miliar dollar Amerika Serikat.

Nilai tinggi Royal Golden Eagle muncul berkat ragam usahanya yang banyak. Grup perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini beroperasi di berbagai jenis industri berbeda. Mereka terjun dalam bidang kelapa sawit, kayu lapis, energi, serat viscose, hingga pulp and paper.

Baca lebih lanjut

Iklan

Solusi Alergi Anak untuk 4 Tipe Alergi yang Sering Terjadi

alergi-anakAda banyak sekali alergi yang bisa saja dimiliki oleh anak Anda. Mungkin anak Anda alergi susu sapi (ini yang paling umum), dengan telur, terhadap bulu hewan, bahkan dengan serbuk sari bunga. Karena beragamnya alergi tersebut, mencari tahu tentang solusi alergi anak bisa menjadi tantangan sendiri karena Anda mungkin belum tahu persis apa yang terjadi pada anak. Baca lebih lanjut

Seragam (Karena Bosan Beragam?)

Seorang ibu-ibu di desa dimana saya tinggal malam itu menemui saya yang sedang khusuk menonton pentas kethoprak. Ibu-ibu itu menyampaikan maksud agar saya bantu mengajukan permintaan sumbangan dana untuk membuat baju seragam organisasi dimana ia aktif. Mungkin organisasi PKK kalau bukan Dasa Wisma, saya tidak persis ingat. Ketika saya tanya kenapa untuk hal itu ia datang kepada saya, jawabnya karena biasanya di desa ini saya biasanya menyalurkan bantuan-bantuan.

Saya pun berusaha mengerti maksud ibu-ibu ini. Kemudian saya jawab kali ini saya belum bisa membantu.

Pada kesempatan-kesempatan yang lain, saya sering diajak oleh kawan-kawan saya untuk membuat seragam. Seragam untuk komunitas ini dan itu. Seragam untuk organisasi ini dan itu. Seragam untuk profesi ini dan itu. Ada banyak sekali ajakan membuat baju seragam di negeri dimana komunitas mudah tumbuh (dan mati) bak cendawan di musim hujan. Tak heran di negeri dimana saya menyebutnya sebagaiĀ negeri 1001 komunitas ini telah memberi saya banyak sekali baju seragam. Terlalu banyaknya sampai baju-baju seragam itu hanya dipakai beberapa kali saja. Kemudian disimpan di dalam almari pakaian.

Belum lama ini seorang teman mengajak saya untuk kedua kalinya untuk membuat baju seragam. Pikir saya apa pentingnya membuat baju seragam. Mungkin berbaju seragam akan membuat kelihatan lebih kompak. Pikir saya lagi, untuk apa “kelihatan kompak”, toh kita bukan sedang mencari eksistensi. Yang terpenting adalah bagaimana memberi dedikasi dengan bekerja secara profesional. Saya pun mencoba untuk tidak ikut membuat seragam dan mencoba mencari cara menolak ajakan dengan sopan.

Kaitannya dengan seragam, ini bagi saya menarik untuk menjadi sebuah pertanyaan. Kenapa teman-teman di lingkungan dimana saya bergaul (mungkin juga berlaku di Indonesia) suka berseragam, misalnya dengan mengenakan baju seragam, topi seragam, celana seragam atau asesoris tertentu sebagai seragam. Apakah ini bagian dari produk pendidikan di negeri ini? Ingat kita sudah sejak kecil, sejak masih TK sampai SMA, sampai bekerja dididik untuk mengenakan seragam?

Pertanyaan saya yang lebih ngaco adalah: Apakah kita sudah bosan menjadi bangsa yang ber-bhineka, bangsa yang kaya akan keberagaman? Entahlah šŸ˜€

Lebih Suka Duduk di Belakang

FullSizeRender (1).jamaah

Khatib Jum’at telah mengucapkan salam khotbah pertamanya. Muadzin mengumandangkan seruan adzan. Beberapa jamaah nampak telah duduk, siap mendengarkan khotbah. Di depan mimbar khotbah nampak shaf yang belum terisi penuh. Saya berdiri beberapa shaf di belakangnya menunggu adzan selesai, sambil memotret foto di atas. Usai kumandang adzan saya ingin shalat tahiyatul masjid dulu sebelum duduk mengengarkan khotbah.

Di kanan kiri dan belakang saya ada banyak jamaah Jum’at yang masih berdiri, yang sudah duduk pun ada. Seperti saya, mereka enggan untuk duduk mengisi terlebih dulu shaf di depannya atau yang paling depan. Entah kenapa keutamaan dan kebaikan shaf pertama dan shaf-shaf terdepan dalam shalat berjamaah terlihat kurang menarik greget para jamaah. Saya sendiri masih minderĀ untuk mengambil tempat persis di belakang imam. MakmumĀ persis di belakang imam diutamakan untuk menggantikan bila karena satu dan lain hal imam batal shalat. Saya merasa belum cukup ilmu untuk itu.

Kebiasaan menghindari tempat duduk atau shaf terdepan ini saya lihat tidak hanya terjadi pada shalat berjamaah. Di rapat-rapat di perkantoran saya lihat begitu. Di kelas saya dulu pun begitu seandainya tempat duduk tidak diatur sedemikian rupa oleh guru. Apalagi kalau di kelas sedang ada ujian. Pasti saya dan teman-teman saya akan berebut menduduki bangku yang paling istimewa. Posisi menentukan prestasi. Begitu pepatah yang berlaku.

Saya tidak tahu apakah kebiasaan menghindari tempat duduk terdepan ini hanya berlaku untuk orang-orang Indonesia saja atau terjadi dimana saja di seluruh dunia. Entahlah. Yang jelas saya tahu orang-orang akan berebut di tempat terdepan ketika sedang menonton konser dangdut di alun-alun.

ps :

topik khotbah jum’at tadi adalah hubungan antara sedekah dan rejeki

2011 : Awali Dengan Jogging

Benar. Saya tidak main – main kaitanya dengan urusan penuaian ritual jogging yang sudah sejak lama saya azzamkan. Betapa beratnya bangun pagi setelah semalaman begadang. Betapa cuaca tadi pagi tidak cukup cerah setelah malam diguyur hujan.

Pembukaan diri akan tahun 2011 denganlah jogging šŸ˜€

Foto pada posting ini barangkali hanya saya yang bisa mengenali. Merupakan salah satu ujung pemberhentian ritual jogging saya. Tepat di depan pintu utara Puslatpur Paliyan. Hihi, sengaja ya saya memposting foto yang ngga jelas. šŸ™‚

Posted with WordPress for BlackBerry 1.4.5

Ponsel terlantar, siapa punya Majikan

Di bangku angkutan yang saya tumpangi ada sesosok ponsel warna hitam yang tergeletak, mungkin tanpa sengaja tertinggalkan oleh si majikan. Tega banget, pikir saya. Dorongan empati dan feature belas kasih yang kuat, tidak tega hati ini dengan kesendirian si boncel ponsel. Tangan kiri ini memungut dan kedua mata ini mulai menyisir keseluruhan tubuh si boncel hitam kemungilan.

Karena pada saat itu gen jahat dalam diri sedang tidak dominan, terpikir untuk menghubungi sang mantan majikan. Saya hanya ingin memastikan apakahĀ  dia sengaja meninggalkan ponsel karena sudah menemukanĀ  yang lebih di cinta atau faktor ketidak sengajaan. Seingat saya bangku bangku angkutan tadi baru saja ditinggalkan oleh beberapa siswi suatu SMK. Pikiran saya berkata bahwa mungkin ada hubunganya.

Tidak lama berselang, ada panggilan masuk ke ponsel malang tersebut, entah dari teman si pemilik ponsel atau orang lain. Merasa bukan orang yang tepat untuk memberi jawab maka saya membiarkan saja, toh ini juga tempat publik, di dalam angkutan, saya tidak mau suara seksi saaya mengganggu ketertiban umum.

Kali ini sebuah pesan teks masuk dan sebuah Ā  panggilan masuk ke ponsel saya, walaupun saya enggan menjawab karena dari nomor bukan yang saya kenal. “Mas, kalau ada ponsel tertinggal, tolong dibawaakan. Itu milik temenku”. Pastinya teks sms tidaklah seperti itu, saya susah meniru gaya penulisan pesan pemuda pemudi jaman sekarang. Mengherankanya bagaimana mereka tahu nomor ponsel saya. “Iya, nanti sore silahkan ambil ke rumah”

Perilaku yang menyusahkan Orang Lain

cgon422l1Kata Iklan, berganti ganti pasangan it u perbuatan tercela sekaligus membahayakan diri. Juga membahayakan kesehatan dan keselamatan orang lain. Bagaimana tidak menjengkelkan dan merugikan orang orang lain disekitarnya. Tadi pagi seorang teman terus menggerutu dan ngomel ngomel gara gara kebiasaan buruk teman temanya. Entah untuk urusan apa si bapak tadi gagal menelepon beberapa orang temanya yang adalah teman saya juga dan berakhir dengan “The destination you’re calling is not define, please try another number” Tidak hanya bapak bapak teman saya tadi yang dirugikan dan terus menggerutu. Tanpa tau apa salah dan dosa, saya pun harus mau tidak mau menjadi korban dari kebiasaan berganti gonta nomor pon sel. Kalau saja tidak ada perilaku buru k sepeti itu semestinya saya menikmati jam jam kerja saya dengan damai tanpa suara suara orang nggedumel.

Kemana juga boleh!

Selamat Pagi!

… Good Morning

Guten Morgen

… Ohayo Gozaimazu

… Bounjour

Sugeng Enjang

Sebenarnya pagi ini saya mau menulis banyak hal lebih dari sekedar say good morning. Sayangnya sedang bingung mau mulai dari mana dan mau kemana.

Bingung ya mana arah utaranya. Kalau tidak salah rumah saya menghadap utara. Maklum tidak punya kompas. Matahari Baca lebih lanjut

(Jogja) Kendala Penerapan eCommerce

Saya tadi malam secara tidak sengaja mendengarkan talkshow di radio Unisi kalau ga salah di acara IT Channel, ehm temanya : Kendala Penerapan eCommerce.

Saya lupa nama nara sumbernya, yang jelas mereka menyebutkan bahwa kendala penerapan eCommerce (di Jogja) adalah banyaknya kasus carding yang melibatkan orang orang Jogja itu sendiri ( we e e, apa bener ya kalau Bandung dan Jogja itu kawah candra dimuka nya para carder, cracker –mudah mudahan ngga benar). Tapi buktinya banyak situs eCommerce internasional yang memasukan kota Jogja dan Bandung dalam daftar blacklist ( –waduuuuuh)

eCommerce merupakan tuntutan global, pergerakan sebuah perubahan dan pemenuhan kebutuhan manusia ( konon katanya manusia sekarang sudah sedemikian sibuk sehingga untuk pergi ke tempat belanja saja tidak sempat)

Tetapi tantangan yang dihadapi adalah Baca lebih lanjut

Kecewa … mengapa?

Saya senang sekali bahwa ternyata banyak orang yang berusaha memahami dan mengerti saya, maksudnya berusaha mengenal saya, atau merasa mengenal saya [ jangan GR dong ]. Ya dech. Maksud saya banyak orang yang mengenal saya setengah setengah atau sebagian ( kecil ) saja dari dimensi kehidupan saya yang komplek.

Benar saya menyadari betapa kompleksnya ‘saya’, sama kompleknya dengan orang lain dan dimensi kehidupan mereka. Kalau orang mengira saya ini under quailified, Baca lebih lanjut