Source: RGE
Ketika ingin menilai karakter seseorang yang sesungguhnya, banyak yang mengatakan lihatlah saat ia berada di puncak. Tengoklah saat ia memegang kekuasaan dan berada di pucuk posisi. Namun, ternyata Sukanto Tanoto memiliki kerendahan hati yang besar. Inilah yang belakangan menjadi salah satu kuncinya sebagai pengusaha papan atas.
Bagi yang belum mengenal Sukanto Tanoto, ia adalah pendiri grup Royal Golden Eagle, sebuah korporasi skala internasional yang memiliki aset sebesar 15 miliar dollar Amerika Serikat.
Nilai tinggi Royal Golden Eagle muncul berkat ragam usahanya yang banyak. Grup perusahaan yang dulu bernama Raja Garuda Mas ini beroperasi di berbagai jenis industri berbeda. Mereka terjun dalam bidang kelapa sawit, kayu lapis, energi, serat viscose, hingga pulp and paper.
Berkat jangkauan bidang bisnis yang beragam, Royal Golden Eagle sanggup membuka lapangan kerja untuk 50 ribu karyawan lebih. Mereka tersebar di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Finlandia, Kanada, hingga Tiongkok.
Sebagai pendiri sekaligus pemilik, posisi krusial jelas dipegang oleh Sukanto Tanoto. Ia kini menjadi pengambil keputusan tertinggi di sana. Namun, sungguh hebat, Sukanto Tanoto tidak pernah memposisikan dirinya sebagai bos besar. Dengan rendah hati, ia selalu mengganggap dirinya setara dengan siapa saja termasuk para karyawannya.
Sukanto Tanoto pernah memperlihatkannya ketika dulu masih memimpin perusahaan kontraktor perminyakan. Kala itu, ia mendapat pekerjaan untuk memasang Air Conditioner (AC). Karena tidak tahu seluk-beluk AC, Sukanto Tanoto tak sungkan bertanya kepada para teknisi yang notabene bawahannya.
Saat Royal Golden Eagle sudah berkembang menjadi konglomerasi bisnis besar, sikap Sukanto Tanoto tidak berubah. Ia tetap menjaga sikapnya tetap membumi. Tidak pernah dirinya merasa lebih tahu dibanding siapa pun. Maka, ketika tidak paham tentang sesuatu, Sukanto Tanoto tak segan untuk bertanya kepada karyawan level bawah sekalipun.
“Jadilah praktis, realistis, dan cukup rendah hati untuk belajar dari orang lain,” ujar Sukanto Tanoto.
Dalam keseharian saat mengelola perusahaan, ia tetap melakukan hal serupa. Sukanto Tanoto lagi-lagi tidak pernah menganggap dirinya sebagai bos besar. Ia berusaha menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berlebihan.
Bahkan, ada salah satu ciri penting yang ditonjolkannya. Dengan penuh kerendahan hati, ia mau bekerja keras. Padahal, dengan status sebagai Chairman Royal Golden Eagle, ia bisa saja memerintah karyawannya untuk mengerjakan segala sesuatu.
Namun, Sukanto tidak seperti itu. Ia tetap bekerja keras seperti pegawai Royal Golden Eagle lain. Baginya hal ini sangat penting untuk menjaga eksistensi dan kinerja perusahaan agar terus maju.
“Dalam sebagian besar waktu, usaha manusia memainkan peran yang menentukan antara keberhasilan dan kegagalan. Saya memberi contoh bagi orang lain, dan saya percaya untuk tetap apa adanya. Lebih penting lagi, saya selalu rajin dan hemat, bekerja keras dalam bisnis saya,” kata Sukanto Tanoto.
RESEP SUKSES PEBISNIS TERNAMA
Langkah yang dilakukan oleh Sukanto Tanoto sejatinya merupakan bentuk kerendahan hati. Kalau tidak memilikinya, seseorang pasti tidak akan bisa sukses dalam bisnis, bahkan dalam bidang apa pun.
Kerendahan hati dapat ditunjukkan melalui berbagai bentuk. Sukanto Tanoto menunjukkannya dengan bekerja keras dan mau terjun langsung ke operasi usaha Royal Golden Eagle, hal mana juga dilakukan oleh para pebisnis papan atas lainnya.
Salah satu contohnya adalah Carlos Slim. Pria asal Meksiko yang dimasukkan oleh Forbes sebagai orang terkaya di dunia keenam per April 2017, ia juga memiliki prinsip serupa dengan Sukanto Tanoto.
Padahal, Slim yang memiliki America Movil, sebuah perusahaan telekomunikasi mobile terbesar di Amerika Selatan itu tak berkekurangan harta. Kekayaannya ditaksir oleh Forbes senilai 54,5 miliar dollar Amerika Serikat. Dengan uang sebanyak itu maupun posisi tinggi yang diduduki, Slim seharusnya bisa ongkang-ongkang kaki.
Namun, sama seperti Sukanto Tanoto, ia juga sosok yang rendah hati. Slim mirip seperti Sukanto Tanoto yakni mau berperan sebagai pengusaha level rendah yang bekerja keras.
“Pad umur 25 tahun, saya sudah membuat banyak perusahaan. Saya lebih berpikir seperti pebisnis atau entrepreneur dibanding Chief Executive Officer. Saya menciptakan perusahaan-perusahaan baru, baik yang berskala kecil maupun menengah,” ujar Slim. “Saya berusaha terlibat dalam berbagai kegiatan perusahaan baik dalam segi keuangan, real estate, maupun pertambangan.”
Sikap Slim senada dengan Sukanto Tanoto. Ragam usaha yang dimiliki keduanya sangat banyak. Selain bidang telekomunikasi, Slim juga mendirikan perusahaan consumer goods, pertambangan, dan real estate. Persis seperti Royal Golden Eagle yang aktif di berbagai bidang industri.
Akan tetapi, keduanya tidak mau berpangku tangan. Mereka selalu turun langsung untuk menjalankan perusahaan. Hal ini penting untuk mengetahui kondisi dan permasalahan bisnis yang dihadapi. Jika tidak memahami persoalan dengan baik, maka keputusan bijak dalam pengelolaan usaha tidak dapat diambil.
PERCAYA KERJA KERAS
Sukanto Tanoto sangat mempercayai kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Maka, ia bertekun untuk melakoninya meski berat. Beruntung sejak kecil ia sudah tertempa melakukannya.
Terlahir dari sebuah keluarga besar yang sederhana di Belawan, Sukanto Tanoto tidak hidup berlebihan. Ia bahkan putus sekolah pada 1966 karena sekolahnya ditutup, akibat ayahnya masih berstatus sebagai warga negara asing, sehingga Sukanto Tanoto tidak bisa bersekolah lagi.
Malang tak dapat ditolak, tidak lama berselang, sang ayah sakit. Sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, ia mesti mengambil alih tanggung jawab. Dalam usia 17 tahun, Sukanto Tanoto sudah harus bekerja mengelola usaha keluarga berupa toko kecil yang berjualan onderdil mobil, minyak, dan bensin.
Kala itu, semua dilakukannya bukan untuk menggapai kekayaan berlimpah, namun hanya untuk sekadar bertahan hidup. Namun, berkat kerja keras dan ketekunan, suatu ketika kesempatan untuk menjadi kontraktor perminyakan menghampirinya. Peluang itu langsung dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Sukanto Tanoto tak takut terhadap tantangan yang akan dihadapi. Benar saja, ia mau bekerja keras. Ia tak ragu ikut berpergian ke luar daerah dengan menumpang truk untuk mencari material yang dibutuhkan. Bahkan, ia selalu terjun langsung mengawasi berbagai proyek pekerjaan yang dilakukan.
Semua itu membuatnya memiliki modal untuk mendirikan Royal Golden Eagle. Jadilah korporasi besar yang membuatnya mendapat predikat sebagai Raja Sumber Daya. Hal itu dikarenakan inovasinya mampu membuat hasil bumi Indonesia menjadi sebuah produk dengan nilai tambah yang tinggi.
“Saya percaya pada kerja keras untuk mencapai sesuatu. Pasalnya, keberuntungan melibatkan waktu yang tepat, lingkungan yang kondusif, dan faktor manusia. Tiga faktor ini harus datang bersamaan, barulah keberuntungan terjadi,” ucap Sukanto Tanoto.
Oleh karena itu, ketika sudah di posisi yang cukup baik sekalipun, jangan pernah tinggi hati. Berusahalah tetap membumi dan menjaga kerendahan hati. Hal itu ternyata merupakan cara terbaik untuk kian sukses.
Sukanto Tanoto dan Slim telah menunjukkannya. Mereka memperlihatkan kerendahan hati dengan bekerja keras dan mau belajar dari siapa saja. Tak aneh, keduanya menjadi sosok-sosok bernama besar dalam dunia usaha di level internasional. Mari belajar dari keduanya.
Aku jadi tahu nama Sukanto ini lewat Tanoto Foundation.. ah pengen dapet beasiswanya mas 😉