Mengejar Senja di Bukit Pengilon

Bila ada jalan pintas, mengapa mengambil jalan melingkar. Bila ada yang dekat kenapa mesti memilih yang jauh. Benar?

Hanya, itu bukanlah pilihan yang saya ambil dalam perjalanan saya menemukan senja sore itu. Saya memilih jalan yang jauh. Saya memilih jalan melingkar, yang menanjak curam. Kenapa? Suka-suka saya dong. Jangan sensi.

Ada dua hal yang amat saya sukai. Yang satu adalah fajar. Yang satunya lagi adalah senja. Saya amat menyukai karena keduanya mengajarkan saya bahwa setiap perbedaan selalu mempunyai persinggunangan. Sebagaimana dua negera yang berperang mempunyai zona demarkasi. Kali ini senja adalah demarkasi,  a shared place between day and night, an intersection in between differences.

Senja datang tidak pernah lama. Ia bergerak. Menjaga jarak. Tak peduli saya memintas atau meneriaki. Itulah kenapa saya mengambil jalan melingkar ketika saya mulai ngeh bahwa untuk perjalanan itu sendiri sebenarnya yang bisa saya dapatkan.

Ooiya. Kali ini saya sambil belajar merekam video dengan handphone. Saya pun belajar lagi mengedit video. Belajar lagi menggunakan Adobe Premiere, yang saat ini sudah sampai versi Premiere CC 2017. Software Video Editing ini sudah sangat berbeda dibanding beberapa tahun lalu (lupa tahun berapa) ketika masih bernama Adobe Premiere Pro 1.0 (Adobe Premiere 7.0)

Belajar … belajar …

Iklan

Satu komentar di “Mengejar Senja di Bukit Pengilon

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s