Pemilu 2014, Masyarakat Tidak Bodoh dan Tidak Mau Dibodohi

Apatisme akan Pemilu 2014 bisa menghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkualitas tidak hanya milik orang-orang terpelajar, golongan menengah ngehe dan orang perkotaan. Siapa pun yang jadi wakil rakyat, dari partai apa pun akan saja. Sama-sama akan mengeluarkan banyak uang yang dihamburkan selama masa kampanya. Sama-sama tidak akan membawa perubahan menuju perbaikan. Kepercayaan apatis seperti ini pun saya dapati telah merambah ke desa dimana saya tinggal. Suatu pedesaan di kabupaten Gunungkidul.

Ketidak percayaan masyarakat di desa dimana saya tinggal terhadap para calon wakil rakyat dan wakil rakyat ini membuat rakyat menjadi pragmatis. Pragmatisme itu kini mudah dilihat ketika akhir-akhir ini banyak calon wakil rakyat yang sosialisasi (baca: curi-curi start berkampanye di masyarakat) di lingkungan dimana saya tinggal. Masyarakat kini tidak acuh terhadap program kampanye yang diusung calon wakil rakyat. Mereka tidak percaya janji-janji kampanye, sama sekali.

Misalnya: Di desa dimana saya tinggal, pada bulan lalu ada seorang calon legislatif yang mensosialisasikan pencalonannya. Masyarakat pun tanpa basa-basi langsung bertanya apa yang bisa diberikan sang caleg kepada masyarakat sekarang dalam bentuk yang kongkrit. Poinnya adalah “sekarang” Masyarakat tidak mau percaya apa pun yang dijanjikan akan dipenuhi bila sang calon legislatif terpilih.

Akhirnya antara masyarakat dan sang calon logislatif terjadi kesepakatan. Sang caleg akan memberikan 100 kursi dan 20 meja untuk balai dusun di lingkungan saya. Batas waktu bulan Desember 2013. Namun apa yang terjadi, ternyata sang caleg mengingkari janji. Sampai habis bulan Desember, 100 kursi dan 20 meja tidak datang. Baru nyaleg saja sudah bohong apalagi kalau sudah duduk di kursi DPR.

Masyarakat pun akhirnya membatalkan kesepakatan dengan sang caleg ingkar janji itu.

Dalam beberapa hari masyarakat bertemu dengan calon legislatif lain dari partai yang lain. Ditanya apakah siap memberi bantuan 100 kursi dan 20 meja, sang caleg baru siap. Benar saja dalam beberapa hari meja dan kursi itu dikirim ke balai dusun di lingkungan dimana saya tinggal.

Kamis kemarin (9 Januari 2014) sang caleg yang menyumbang meja dan kursi itu datang membuat acara seremonial yang dimeriahkan dengan hiburan elekton. Di tengah masyarakat yang datang sang caleg seperti biasa menyebut sejumlah bantuan yang diberikan untuk masyarakat dan menyampaikan janji-janji kampanye. Misalnya kalau sang caleg sudah terpilih, masyarakat dipersilakan membuat proposal pembangunan senilai sekian juta atau sekian puluh juta. Diberi waktu memberikan tanggapan, tokoh masyarakat di lingkungan dimana saya tinggal dengan praktis mengatakan, kalau memang mau memberi bantuan, jangan menunggu sampai besok. Lakukan sekarang atau besok ingkar janji.

Ada pertanyaan apakah masyarakat kelak akan memilih caleg yang sudah memberi bantuan meja dan kursi ini? Jawabnya: Tidak tentu. Toh kalau ada caleg lain yang memberi bantuan lebih besar pada hari berikutnya, si caleg pemberi meja kursi ini tidak bisa berbuat banyak. Tidak akan bisa menuntut masyarakat karena tidak memilihnya.

Masyarakat sudah bosan dibohongi dengan janji-janji kampanye, sudah lelah di PHP-in. Masyarakat sekarang tidak bodoh dan tidak mau dibodohi.

14 komentar di “Pemilu 2014, Masyarakat Tidak Bodoh dan Tidak Mau Dibodohi

  1. ralat ya mas itu paragraf 4 bener bulan desember tahun 2014????

    saya aja lebih milih golput di pemilu nanti…klise sih ujung2nya mereka nyaleg cuma buat cari duit kan….

  2. Saya rasa para caleg sekarang harus ekstra bekerja keras dalam mewujudkan keinginannya, karena sama dengan pemikiran masyarakat di kampung Kang Jarwadi, ditempat sayapun sama.

  3. sejarah selalu terulang, untuk pemilihan presiden saya yakin akan banyak rakyat yang dibodohi oleh sihir media. Yang jelek dipoles jadi berkilau…
    dan setelah menjabat ketahuan kemampuannya tak sehebat yang digembor-gemborkan oleh media.

  4. Klo Caleg ksh ∂ï trima saja, klo mrk mrk tagih. Bilang saja skr Pesta Rakyat bukan Pesta Caleg, ntar klo mrk ƲϑӑƗƚ kepilih baru pada Pesta sampe lupa diri akhirnya ∂ï tangkep KPK Ђёђё;)ђёђё;)ђёђё;)

  5. skrg rakyat harus pinter milih calon… mengingat skrg kayaknya semua orang nyalonin diri jadi bingung karena ga ada yg kenal… syukurnya yg saya denger ada web untuk bisa liat CV para petinggi negara ya… smoga web itu bs dimanfaatkan oleh masyarakat dgn baik ya, mengingat rakyat kita pun sudah makin pintar… 😀

Tinggalkan komentar