Masih Banyak SMS Spam/Iklan/Tipu-Tipu

Saya mengira pasca diterapkanya biaya interkoneksi SMS lintas operator, SMS spam, iklan dan tipu-tipu akan berkurang secara signifikan. Ternyata saya salah.

Sampai pagi hari ini, 6 hari setelah diterapkan biaya interkoneksi sms lintas operator itu, saya sudah beberapa kali menerima sms tidak dikehendaki itu. Memang jumlahnya sedikit berkurang dari sebelumnya. Kebanyakan SMS tak terkehendaki itu datangnya juga dari operator yang sama dengan operator yang saya gunakan di ponsel saya. Saya menggunakan kartu pasca payar dari Telkomsel.

Jadi sebenarnya penerapan biaya interkoneksi sms lintas operator itu menguntungkan siapa dan merugikan siapa? Kualitas apa yang bisa ditawarkan oleh operator seluler pasca penerapan biaya interkoneksi sms itu?

Coba kita lihat apa yang terjadi pada layanan SMS sampai akhir bulan. Namun tetap saja biaya interkoneksi sms lintas operator tidak bisa dibatalkan meski layanan operator tidak membaik ya. 😀

Bagaimana Cara Memotret Makanan Enak?

Selama ini saya lebih tertarik untuk memotret obyek yang berwarna mencolok. Kenapa? Ya, karena warna-warna cerah terlihat menarik saja. Permasalahanya muncul ketika saya ingin memotret suatu makanan dan menginginkan potret itu berbicara kalau makanan itu enak, sangat enak. Makanan-makanan yang enak tidak selalu berwarna-warni. Bentuknya pun tidak jarang berantakan.

Soto dan gorengan dalam potret berikut, walaupun bentuk dan warnanya begitu-begitu saja, namun rasanya enak. 😀

Soto Pak Buang

Soto Pak Buang

Gorengan

Gorengan

Ada yang mau berbagi tips trik memotret makanan?

Mengejar Senja

Kemarin sore, ketika sedang berwudlu di padasan di sekitar sumur keluarga, saya melihat di langit semburat-semburat senja warna jingga. Jingga berbaur dengan warna abu-abu, putih, dan biru. Alih-alih segera menyelesaikan wudlu, saya malah beranjak ke rumah. Mencari kamera secepatnya. Ingin mengambil gambar senja yang memanjakan mata itu.

Saya bergegas berlari mencari tempat terbuka di persawahan tidak jauh dari rumah. Begitu menengadah dan mengarahkan kamera, seketika mood saya hilang. Senja yang indah itu telah berlalu. I missed that beautiful sunset. Moment happened so instant.

Senja

Senja

Foto senja yang jelek, seperti mood saya yang langsung memburuk saat itu. Barangkali benar apa kata Dafhy begini:

Badan Sedang Tidak Enak

Senin pagi ini, sebenarnya sejak Sabtu pekan lalu, badan saya terasa tidak enak. Mungkin karena kecapean dan atau perubahan cuaca. Menuju musim kemarau yang panas dan dingin.

Bila menghadapi kondisi seperti ini, saya dihadapkan kepada setidaknya dua pilihan. Tetap beraktivitas seperti biasa. Dengan konsekuensi pekerjaan bisa jadi diselesaikan dengan tidak excellent, seadanya, asal jadi, mediocare. Lebih parahnya bila nanti saya terbawa terlalu memaksakan diri sehingga badan tambah tidak enak.

Pilihan lain yang saya ambil sekarang adalah bersabar dan istirahat di rumah. Dengan harapan badan kembali enak dan fit di kemudian harinya. Efeknya adalah beban kerja hari ini menumpuk untuk dikerjakan bersamaan pada hari kapan saya sudah kembali beraktivitas.

Selamat Hari Senin buat yang merayakan dengan penuh semangat.

Nonton Di Belakang Layar

Wayang : Di Belakang Layar

Wayang : Di Belakang Layar

Tanpa rencana tanpa dinyana, (sebenarnya saya sudah akan tidur tetapi diampiri oleh teman-teman) semalam saya menonton pergelaran Wayang Kulit/Wayang Purwa. Yang diselenggarakan di Balai Dusun di Kampung sebelah, Dusun Karangmojo A. Yang dibabar oleh Ki Dalang Suko Cermo Menggolo. Dengan lakon: Tambak Bendhung. Ini merupakan cerita Ramayana. Ngomong-ngomong lakon Raden Rama – Dewi Sinta saat ini sudah jarang dilayarkan di dunia pewayangan. Kalah populer dengan cerita-cerita Pandawa di kisah Mahabarata.

Saya tidak akan menceritakan kembali lakon yang dibawakan Ki Dhalang Suko tadi malam. Ada satu hal kecil yang mungkin sudah tergeser dari menonton wayang.

Menonton wayang sejak jaman dulu bisa dilakukan dari dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang, arah pandang yang umum digunakan banyak orang adalah dari depan. Dari sudut dimana semua kemewahan dan gebyar terlihat. Mulai dari waranggana yang berdandan menor, para penabuh gamelan wiaga, pakaian ki dhalang sampai pada kerlap-kerlip dan pernik wayang.

Wayang: Bendhung Tambak

Wayang:  Tambak Bendhung

Sementara di belakang layar biasanya duduk-duduk para pinisepuhan, para orang tua yang menyimak pergelaran wayang. Biasanya penonton di belakang layar ini adalah mereka yang sudah cukup makan garam dan berderajat pengetahuan lebih. Mereka melihat wayang yang sesungguhnya adalah bayang-bayang. Dan saya perhatikan semalam saya tidak menemukan duduk para pinisepuhan seperti yang saya temui pada jaman dulu, sekitar tahun 1990-an.

Hmmmm.

Saya pun semalam tidak menonton sampai ngebyar, sampai pagi. Saya segera menghangatkan diri dengan membeli wedang ronde.

Wedang Ronde di Peyayangan

Wedang Ronde di Peyayangan

Kemudian pulang.

Mencoret-Coret Uang Kertas

Coret-Coret Uang Kertas

Coret-Coret Uang Kertas

Saya tidak tahu, apakah uang kertas dicoret-coret, digambari, ditulisi catatan dan pesan-pesan khusus juga terjadi pada uang kertas di negara lain. Namun untuk uang kertas rupiah, coretan-coretan seperti di atas sering saya temukan. Terutama di uang kertas pecahan Rp 50.000,- dan pecahan yang lebih kecil. Untuk uang kertas pecahan Rp 100.000,- tidak banyak ditemui barangkali karena jenis kertas yang digunakan relatif tidak enak buat dicoret-coret. Atau karena sayang, masa uang pecahan seratusan ribu dicoret-coret.

Di Indonesia, uang kertas yang dicoret-coret semaunya atau diperlakukan semaunya sampai terkadang sobek-sobek pun tidak mengalami penurunan nilai. Dipakai belanja umumnya juga tidak masalah.

Sebenarnya ada tidak sih di negara lain terjadi nilai uang kertas yang tidak terawat mengalami penurunan nilai. Misalnya kalau ada coretan nilainya turun 20%?

Masih lumayan uang kertas hanya dicoret-coret. Artinya pemegang uang tidak bermaksud merusaknya. Ini mengingatkan saya pada sekitar tahun 1992-1994 (kalau tidak salah). Pada tahun-tahun itu banyak orang sengaja merusak uang koin pecahan Rp 500,- untuk dibuat cincin. Kenapa karena cincin yang terbuat dari uang koin pecahan Rp 500 kalau dijual bisa laku puluhan kali lipat dari nilai uang itu sendiri. 🙂