Film : ” ? ” Tanda Tanya

Film tanda tanya mengambil setting di kota tua Semarang. Saya pikir kota tua Semarang adalah kota yang bagus untuk mengambil potret sosial tentang kehidupan antar umat beragama.

Ada empat plot utama dalam film ini:

Keluarga Tan Kat Sun. Pemilik restoran Canton yang menjual menjual aneka makanan dari babi, tapi cukup toleran dengan agama lain. Misalnya dengan memisah alat untuk memasak babi dan memasak yang non babi.

Keluarga Riska, gambaran cercaan sosial bagi seorang janda baru yang baru pindah ke agama Katholik. Dalam plot ini Riska digambarkan sebagai ibu yang cukup besar hati dengan tetap mengajarkan “agama lama”nya kepada anaknya yang masih kecil. Karena anaknya tetap memilih Islam sebagai agamanya.

Di plot yang lain diceritakan Sholeh, seorang pemuda muslim yang taat. Sayangnya dia adalah pengangguran yang akhirnya bekerja sebagai anggota Banser Nahdatul Ulama. Istrinya, Menuk, menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan bekerja di resto Canton milik Pak Tan.

Cerita ini dilengkapi dengan kisah Suryo. Seorang pemuda Muslim yang bercita – cita memainkan karakter tokoh utama dalam seni peran. Namun selama 10 tahun berkarir, ia selalu menjadi figuran atau paling ‘mentok’ jadi penjahat. Sampai akhirnya ia dipertemukan oleh Riska dengan tim drama gereja dalam pentas paskah untuk dijadikan karakter Yesus.

Interkoneksi antara keempat plot ini cukup bagus. Bisa saya bilang sebagai prestasi Titien Watimena (dan Hanung Bramantyo). Baca lebih lanjut

Iklan

Review Film : Emak Ingin Naik Haji

Posted with WordPress for BlackBerry.

Layar dibuka dengan close up sebatang kuas bergerak – gerak melukis Ka’bah. Zein, diperankan oleh Reza Rahardian, sedang melukis Ka’bah. Melukis mimpi Emaknya. (diperankan oleh Aty Kanser) Melukiskan film Emak Ingin Naik Haji. Jreng – jreng lagu: Cerita Untuk Orang Yang Lupa – Iwan Abdurrahman mengalun. Baca lebih lanjut

Mengecam Film ” Dedemit Gunung Kidul “

Malam tadi, melalui facebook seorang teman menyebar undangan/mengajak saya untuk menghadiri aksi mengecam film berjudul “Dedemit Gunungkidul”. Aksi akan dilangsungkan pada siang ini pada acara launching film itu di Rumah Makan dekat SMP N 2 Wonosari.

Entah apa alasan pengecaman terhadap film ini. Saya memang tidak suka genre film horor macam “Dedemit Gunungkidul. Meskipun saya tidak tahu seperti apa kualitas film ini, rasanya sayang kalau saya membeli tiket dan meluangkan waktu 2 jam duduk di bioskop.

Kemudian apakah saya akan ikut melakukan aksi mengecam film ini? Tidak. Selain aksi pengecaman yang menurut saya tidak akan membatalkan pemutaran “Dedemit Gunungkidul” di jaringan bioskop.  Makin dikecam orang – orang malah akan makin penasaran untuk menyaksikanya. Pengecaman malah akan menjadi promosi gratis bagi film ini. Masih ingat kan dengan film “2012” yang menunai promosi dari kecaman.

Lhoh, kok saya malah membuat tulisan kecaman film “Dedemit Gunungkidul” di blog ini. Berefek promosi ya? Maaf saya tidak dibayar oleh manajemen film untuk berpromosi di blog. Mudah – mudahan yang membaca tulisan saya ini tidak malah jadi makin penasaran 😀

17 an : Indie Video kami, bikin kangen saja

http://www.facebook.com/v/1224719225439

Video ini kami buat kira kira pada bulan Juli – Agustus 2003. Dengan segenap semangat penuh dan peralatan seadanya. Keinginan tok dan sedikit kreatifitaslah satu satunya modal kami saat itu.

Semangat kami yang menggebu, rupanya cukup untuk meyakinkan semua aktor dan semua pihak yang berada dibelakang layar untuk memberikan apa yang terbaik tanpa bayaran sepeserpun. Termasuk kontribusi Bapak Kepala Dukuh, Adiwono yang menggerakan semua warga untuk berpartisipasi dan tidak mempersulit bilamana kami perlu melakukan take di tempat – tempat umum.

Film ini, setelah dengan banyak cucuran keringat, pada malam pemutaran dengan Digital Viewer di Balai Dusun Karangmojo B, cukup memenuhi ekspektasi banyak orang yang terlibat dan para penonton. Mampu tampil sebagai hiburan yang belum pernah disuguhkan di Desa kami sebelumnya. Dan bertahan menjadi gosib gosib pasca pemutaran di Balai Dusun. Bahkan warga antusias untuk mendapatkan copy dalam bentuk VCD untuk dibagikan dengan famili dan kerabatnya.

Menampilkan video ini di internet bagi saya juga bukan hal mudah, karena mungkin saya yang hanya mengandalkan hosting video gratisan. Mulanya saya ingin meng upload foto ini di youtube, namun karena batasan durasi, dimana youtube hanya mengijinkan durasi 10 menit untuk tiap video. Tentu akan mengurangi sensasi menonton bilamana saya membagi film ini menjadi beberapa potongan. Untungnya facebook mengijinkan untuk meng host video sepanjang 20 menit, syukur demikian. Menyusul permasalahan selanjutnya adalah bandwidh upload internet saya. Saya gagal beberapa kali dalam mengunggah video ini melalui layanan speedy. Tidak mau menyerah, setelah beberapa kali mencoba, tadi pagi saya berhasil mengunggah file sebesar 160 MB ini dengan telkomsel flash selama kira kira 2 jam.

Silahkan menonton bagi yang suka dan mengerti bahasa jawa, eh bila tidak mengertipun tidak apa, hehe …

(Akan) Nonton Film “Fitna”

Pagi ini saya download Film “Fitna” yang heboh itu, download udah (filmnya) ada yang kurang? eh ternyata masih harus download sound card driver. Maklum kemaren harddisknya (terpaksa) di install ulang dan belum sepenuhnya berjalan. Tapi ga pa pa ya …

Komentar tentang Film ini entar kalau udah nontoh hik hik hik. Tapi ga taulah bisa komentar atawa tidak. Jangan jangan filmnya berbahasa Belanda. Mana bisa aku?

Ada yang mau translate buat saya atau mengajari bahasa Holand?

PS : Cara buka youtube setelah diblok pemerintah klik disini