Film tanda tanya mengambil setting di kota tua Semarang. Saya pikir kota tua Semarang adalah kota yang bagus untuk mengambil potret sosial tentang kehidupan antar umat beragama.
Ada empat plot utama dalam film ini:
Keluarga Tan Kat Sun. Pemilik restoran Canton yang menjual menjual aneka makanan dari babi, tapi cukup toleran dengan agama lain. Misalnya dengan memisah alat untuk memasak babi dan memasak yang non babi.
Keluarga Riska, gambaran cercaan sosial bagi seorang janda baru yang baru pindah ke agama Katholik. Dalam plot ini Riska digambarkan sebagai ibu yang cukup besar hati dengan tetap mengajarkan “agama lama”nya kepada anaknya yang masih kecil. Karena anaknya tetap memilih Islam sebagai agamanya.
Di plot yang lain diceritakan Sholeh, seorang pemuda muslim yang taat. Sayangnya dia adalah pengangguran yang akhirnya bekerja sebagai anggota Banser Nahdatul Ulama. Istrinya, Menuk, menjadi tulang punggung ekonomi keluarga dengan bekerja di resto Canton milik Pak Tan.
Cerita ini dilengkapi dengan kisah Suryo. Seorang pemuda Muslim yang bercita – cita memainkan karakter tokoh utama dalam seni peran. Namun selama 10 tahun berkarir, ia selalu menjadi figuran atau paling ‘mentok’ jadi penjahat. Sampai akhirnya ia dipertemukan oleh Riska dengan tim drama gereja dalam pentas paskah untuk dijadikan karakter Yesus.
Interkoneksi antara keempat plot ini cukup bagus. Bisa saya bilang sebagai prestasi Titien Watimena (dan Hanung Bramantyo). Baca lebih lanjut