
Lembah Ngingrong atau Ngingrong Geopark
Pesona Lembah Ngingrong merupakan destinasi ekowisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Gunungkidul.
Tempat yang karena keindahan dan keunikan alamnya telah sejak lama menjadi tempat favorit untuk melepas penat bagi muda mudi di kota Wonosari dan sekitarnya itu kini telah resmi menjadi bagian dari 13 situs Geopark Gunungsewu yang diakui oleh Global Geopark Network. Lembah yang terletak di Desa Mulo itu selain dikenal dengan Lembah Ngingrong kini mulai dikenal orang dengan sebutan Ngingrong Geopark.
Sepuas mengeksporasi Taman Batu (Garden Park) di Desa Mulo pada akhir pekan (26 Maret 2016) itu kami tidak ingin menyiakan menikmati sore yang masih tersisa beberapa potong.
Saya langsung mengajak Tina Latief mengendarai sepeda motor menuju Lembah Ngingrong. Lembah Ngingrong atau Ngingrong Geopark cukup dekat dari Taman Batu di Desa Mulo. Kira-kira hanya berjarak selemparan atau dua lemparan batu.
Dalam hitungan menit kami pun sudah sampai di parkiran Kawasan Ngingrong Geopark. Lembah yang dalam dengan tebing-tebing yang curam nampak menyambut kedatangan kami dengan senyum dingin. Sekaligus memamerkan keanggunan lanskap batuan karst.

Tebing dan Jurang Lembah Ngingrong / Ngingrong Geopark di Desa Mulo – Gunungkidul
Beberapa langkah berjalan kaki meninggalkan parkiran kami tertegun berdiri di tepi lembah yang dari parkiran hanya berbataskan tali dan bambu.
Mungkin sore itu kami nampak ragu, sampai keraguan kami dihampiri dan disapa oleh seorang mas-mas pengelola Kawasan Ekowisata Lembah Ngingrong.
Saya lupa berkenalan dengan mas-mas itu. Maka di sini saya panggil saja mas-mas itu Lawrence Fishburne Pawiro Setomo saja.
Mungkin karena melihat keraguan kami akan bagaimana menikmati sore di Ngingrong Geopark, Mas Fishburne Setomo mulai memperkenalkan kami dengan spot-spot unik di Lembah Ngingrong ini.
Mas Fishburne Setomo mulai menunjukkan foto-foto di ponselnya. Foto foto itu diantaranya adalah foto pengunjung yang mengambil gambar dengan latar belakang tebing yang bergambar lafal Alloh (dalam tulisan Arab). Ada foto pasangan yang romantis. Ada pula sekelompok gadis yang menunjukkan ekspresi histeris.
Bila kami tertarik berpose dengan latar belakang seperti itu, menurut Mas Fishburne Setomo kami perlu berjalan memutar melewati sisi barat lembah ke selatan.

Tebing Dengan Lafadz Allah di Lembah Ngingrong
Foto-foto lain yang ditunjukkan Mas Fishburne Setomo adalah foto-foto di Batu Shalat (batu yang formasinya mirip orang mengerjakan shalat), foto-foto di dalam Gua Ngingrong, foto-foto rappeling menuruni gua secara vertikal dan foto-foto Flying Fox.

Lembah Ngingrong Foto oleh Tina Latief
Nah, Mas Fishburne Setomo menawari kami untuk menjajal Flying Fox di Kawasan Ngingrong Geopark yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Mulo. Tarifnya murah saja, Rp 15.000,- per orang.
Tawaran ini menggoda saya untuk memperhatikan sekelompok pemuda yang nampak riang dan bersemangat di sekitar Gasebo di sisi barat Lembah Ngingrong. Sekelompok pemuda itu merupakan kawan-kawan Mas Fishburne Setomo. Mereka adalah pengelola Kawasan Ekowisata Ngingrong Geopark dengan tugasnya masing-masing. Ada yang sebagai kru Flying Fox, pemandu susur gua, fotografer dan lain-lain.
Baca juga destinasi wisata keren lainnya di Gunungkidul:
- Menikmati Keanehan Taman Batu di Kawasan Geopark Gunungsewu di Mulo
- Menikmati Keindahan Alam Turunan Geoforest di Watu Payung Panggang Gunungkidul
- Menikmati Keindahan Alam Gunung Ireng di Pengkok Patuk Gunungkidul
- Menikmati Keindahan Alam Air Terjun Sri Gethuk
- Menikmati Keindahan Potensi Wisata di Paliyan Gunungkidul
- Menikmati Keindahan Alam Green Village Gedangsari
Kami memang cukup tertarik untuk menjajal flying fox, bermain-main dengan andrenalin, merasakan eksotisme Lembah Ngingrong dari ketinggian. Sayangnya potongan sore itu tinggal sedikit. Tidak mungkin kami menikmati semuanya di Ngingrong Geopark dalam waktu terbatas. Jadi saya memilih untuk menikmati beberapa saja dengan santai.
Saya dan Tina Latief memilih berjalan santai. Sesekali memotret bunga rerumputan yang menari-nari dalam terpaan angin sore yang lembut. Melihat lembah dan jurang dari dekat. Melihat-lihat batu shalat. Duduk-duduk sambil meluruskan kaki setelah berjalan memutari lembah. Sore itu kami duduk-duduk di rerumputan hijau yang telah ditinggalkan orang. Di padang rerumputan yang berhadapan dengan tebing yang nampak unik dengan lafadz Allah yang ditunjukkan Mas Fishburne Setomo tadi.
Bersantai menikmati alam terbuka di bawah langit sore yang diteduhkan oleh mendung seharusnya lebih sempurna bila sambil menikmati chocolate bar, crispy chip atau belalang goreng. Sayangnya kami malah sama sekali tidak membawa bekal. Kalau mau sedikit berjalan sebenarnya di dekat parkiran motor saya tadi melihat ada penjual belalang goreng bumbu bacem.
Tidak apa apa. Toh sedikit menahan lapar dan haus tidak mengurangi sore yang sudah manis manis gurih.

Memotret Bunga Rerumputan di Lembah Ngingrong

Bunga Rumput di Ngingrong Geopark
Lafadz Allah di Lembah Ngingrong
Menurut Mas Fishburne Setomo, tulisan atau Lafadz Allah yang terdapat di tebing sisi timur Ngingrong Geopark ini bukan sesuatu yang buatan. Lafadz Allah itu terbentuk secara alami. Melalui suatu proses alam, proses geologi yang panjang.
Jadi Lafadz Allah ini memang pantas menjadi daya tarik tersendiri. Baik untuk dikagumi sekaligus dijadikan obyek fotografi, sebagai background foto maupun sebagai latar berfoto selfie. Saya pun sebenarnya mencoba berfoto selfie di sini. 🙂

Spot Favorit untuk Berfoto di Lembah Ngingrong

Bunga Rumput di Kawasan Ngingrong Geopark

Petang Mistis di Lembah Ngingrong / Ngingrong Geopark Desa Mulo – Gunungkidul
Gema adzan Maghrib berkumandang. Sisa beberapa potong sore itu telah kami habiskan dengan terlalu cepat. Memang. Foto-foto dan duduk-duduk saja bagi kami adalah cara cepat menghabiskan waktu. Cara termudah (sekaligus termurah) untuk membuang segala lelah dan penat ke jurang-jurang dalam.
Kami pun segera bergegas. Berjalan kaki melewati jalan setapak melingkar menuju ke tempat dimana kami memarkir sepeda motor. Melewati Gasebo yang tadi ditunjuk Mas Fishburne Setomo, yang dijadikan posko pengelola Ekowisata Lembah Ngingrong. Rupanya begitu petang tiba semua pengelola Ekowisata pun mengemasi peralatannya.
Dari kejauhan pemuda pemudi pengelola ekowisata Ngingrong Geopark tiba-tiba bagi kami menjadi pemandangan yang membuat bibir ketawa ketiwi. Sekelompok pemuda desa Mulo itu, Fishburne Setomo dan teman-temannya yang nampak riang dan kocak begitu iseng dengan perangkat sound system portable yang mereka bawa.
Selayaknya bakul jamu keliling, mereka mengumandangkan semacam pengumuman. Kira-kira begini: “Bapak-bapak ibu-ibu, ingkang ngesakaken mantu elek-elekan, kula aturi nyaket dhateng radosan. Kula aturi milih piyambak, pundi ingkang dipun kersaaken“.
Kelar bersantai menikmati keindahan dan keunikan pemandangan Lembah Ngingrong, pengunjung boleh untuk tidak terburu-buru pulang. Kunjungan ke Lembah Ngingrong belum sepenuhnya sempurna bila belum menikmati kulineran khas ala Mulo. Aneka kuliner tersedia di warung-warung makan yang terletak di depan tempat parkir.
Sayangnya sore itu saya harus pulang ke rumah secukupnya. Kami hanya membeli air mineral di kios di seberang tempat parkir. Kunjungan saya ke Lembah Ngingrong ( Ngingrong Geopark ) akan saya sempurnakan lain waktu dengan mencoba susur gua, rappeling, flying fox dan pastinya adalah kulineran. 🙂
Ngingrong Geopark
Alamat : Jalan Raya Wonosari – Tepus Km 6, Mulo, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta
Kode Pos 55851
HP : 0813-2864-4776
sering lewat tapi malah ga sempet berhenti disini mas
ternyata bagus juga ya kalau diperhatikan hihihi..
next time kudu mampir kih
Wuuuuih tempatnya kece beuddd. Aku suka yang ginian. 😀 Coba tak nyari di Malang Selatan, ada juga gak tempat kaya’ gini
Aku tahu tempat ini dari teman pesepeda daerah Playen. Pengen sepedaan ke sini, tapi belum sempat-sempat 😦
Gunungkidul emang banyak potensi yang dapat dioptimalkan selain pantai.