Bisa dibilang jalan-jalan saya kemarin sore ke Puncak Green Village yang terletak di Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah perjalanan tanpa rencana. Puncak Green Village menjadi ide spontan ketika siang harinya saya ngobrol sambil wedangan di rumah dengan Maryanto, Yuliarto dan Teguh. Puncak di Desa Mertelu ini menjadi pilihan pada hari Sabtu yang memang seharusnya masih menjadi bagian liburan pergantian tahun ini.
Alasan utama kami ke puncak ini sebenarnya adalah potensi kemacetan di jalan-jalan menuju pantai selatan dan ke spot-spot wisata yang lebih dulu terkenal seperti Goa Pindul dan Sri Gethuk. Alasan pendukungnya adalah karena kami belum banyak mengeksplorasi (baca: memotret) sisi menarik di sebelah utara pegunungan seribu ini.
Kira-kira pukul 16:00 WIB kami berangkat dengan berkendara sepeda motor matic. Tentu saya membuka Google Map sebelum berangkat ke sana. Ada dua alternatif jalan yang bisa dilalui bila kami berangkat dari kec. Paliyan. Melalui arah Gading-Sambi Pitu-Gedangsari nampak lebih dekat. Namun Google Map memberi warna merah di sekitar pertigaan Gading. Artinya ada kemacetan. Mengingat ruas ini adalah jalan utama dari luar kabupaten. Mau tidak mau kami memilih jalan memutar dengan melewati Siyono-Wonosari-Nglipar-Gedangsari.
Perjalanan sore itu kali lewatkan dengan santai. Sore habis hujan melewati jalan berkelok yang di kiri kanannya terbentang sawah dan pepohonan yang menghijau yang menyelimuti bukit-bukit kapur akan terlalu sayang dilewatkan dengan ketergesa-gesaan. Dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam kami tiba di Green Village sudah jam 17:00 WIB lebih. Kecepatan kami pastinya kurang dari itu. 8 km terakhir yang kami lalui adalah jalan corblok yang bersambung jalan berbatu. Pastinya tidak nyaman ditempuh oleh pemotor matic seperti kami.
Kami pun segera memarkir motor di pelataran parkir, membayar tarif parkir Rp 3000,-/motor dan tak lupa “melepas beban” ke toilet yang baru saja dibangun bersebelahan dengan pelataran parkir.
Tidak jauh dari pelataran parkir ini sudah ada banyak penjual aneka jenis minuman seperti air mineral, teh botol, minuman berkarbonasi, makanan ringan dan lain-lain. Saran saya belilah minuman dan makanan ringan secukupnya sebelum menuju puncak Green Village. Saya kira di atas sana kita akan betah berlama-lama sedangkan di atas sana tidak ada orang berjualan.
Sebenarnya apa saja sih 4 Hal Menarik di Pucak Green Village yang ingin saya bagikan? Ini:
1. Selfie dan Orang-Orang Berselfie
Di sepanjang jalan setapak dari pelataran parkir menuju Puncak Green Village saya terpesona dengan banyaknya orang-orang yang berfoto selfie. Keriangan dan wajah-wajah ceria mereka, saya tidak peduli apakah keceriaan mereka tulus atau dibuat-buat, bagi saya ini menunjukkan optimisme di awal tahun.
Indonesia adalah negeri yang elok nan indah. Percuma dilahirkan dan hidup di Indonesia bila tidak bahagia. Apalagi setelah dihadirkan sebuah teknologi berupa kamera digital dan inovasi berupa tongsis. Saya pikir inovasi yang saya sebut terakhir ini secara significan mampu meningkatkan level bahagia orang-orang Indonesia.
Maka melalui akun Instagram saya, @jarwadi, saya mendoakan teman saya @bababdito agar senantiasa dirahmati oleh Allah SWT karena jasa-jasanya menjadi bapak tongsis di Indonesia. Teruslah berkarya Bab, terus sebarkan kebahagian ke seluruh penjuru negeri.
2. Landscape Perbukitan dan Puncak Bukit Cabaan/Gunung Tugel
Jalan setapak menuju Puncak Green Village sengaja dibuat melingkar. Sengaja dibuat demikian agar pengunjung bisa merasakan sensasi meniti jalan sambil menikmati bentang alam sisi utara pegunungan seribu.
Beruntunglah saya berkunjung ke Puncak ini pada awal musim penghujan. Bukit-bukitnya sudah menghijau oleh pepohonan yang bersemi. Adalah Pucak Bukit Cabaan atau disebut juga sebagai Gunung Tugel di sisi selatan. Menikmatinya sambil meluruskan kaki di gasebo-gasebo berdesain unik di puncak Green Village ini saya kira adalah cara terbaik melepaskan penat. Atau mau melempar lelah jauh ke jurang? Kalau begitu cobalah mencarinya di sisi utara.
3. Sunset
Bagi saya momen yang paling kontemplatif dan menenangkan adalah: senja. Karenanya saya tidak bisa menyiakan begitu saja ketika matahari turun ke ufuk barat menyentuh cakrawala.
Puncak Green Village yang pada sore itu sedikit bermendung saya dapati sebagai salah satu spot sunset terbaik yang pernah saya nikmati.
4. Landscape Malam Kabupaten Klaten dari ketinggian.
Waktu terbaik untuk menikmati Puncak Green Village menurut saya adalah sore hari, sampai malam. Sunset di sini bukan hidangan terakhir. Hidangan penutupnya adalah sisi utara yang tetiba berubah menjadi lautan mutiara yang gemerlapan begitu senja usai.
Yah, Green Village di Desa Mertelu merupakan puncak tertinggi di sisi paling utara Gunungkidul yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Klaten. Night Lanscape tersebut adalah kota Klaten dari ketinggian.
Sayangnya saya tidak bisa membagikan lanskap malam dari ketinggian ini. Kemarin saya tidak bawa tripod (dan tidak membawa kamera DSLR). Berbekal sebuah smartphone sebenarnya kemarin saya mencoba memotretnya, namun apa daya memotret dengan mode low speed bila hanya bertumpukan tangan dan lengan. Hasilnya tentu jelas sebuah foto yang blurr … hehehe
Saya pun akhirnya memilih turun untuk bersegera menunaikan shalat Maghrib di Mushala yang bersebelahan dengan pelataran parkir dan arena bermain untuk kemudian mencari makan malam yang enak. Lain kali saya harus ke sini lagi dengan perbekalan yang lebih komplit agar bisa membawa oleh-oleh foto yang lebih breathtaking. Halaaah …
Keren sekali suasananya, sangat natural itu kesukaan saya. Revw dech buat saya, siapa tahu ada kesempatan, bisa berkunjung ke sana, Thanks guys,,,
mas, besuk explore bukit sebelah baratnya lagi mas :). Namanya bukit Cabaan. Enak buat ngecamp mas Jarwadi.
siap mas, nanti kalau piranti camping saya sudah memadai, hehe
wah ini ya mas, yg di gunung kidul yg kayak omah kayu di paralayang, cakepp juga ya mas, next time lahh saya akan berkunjung ke sana hihiih
hayuk, besok langsung mampir ke rumahku yak 🙂
tolong posting juga tu kawasan wisata gunung gamabar di ngawen mas..
siap mas, nanti kalau saya sudah berkunjung ke sana. Terimakasih sarannya ya
wiihh,keren banget ya tempatnya. kapan-kapan mau coba kesana ah 🙂 TFS mas Jarwadi
Kayaknya perlu diagendakan untuk pergi ke tempat ini, aku kasih titik koordinat dong mas bisa menyimpan @masopickaza
Maksudnya bukan menyimpan soalnya baru beli have kemarin dicoret hawanya jadi salah ketik yg bener menyimpan titik koordinat mas untuk gendang sarinya di @masopickaza
Liat foto senja di puncak itu….aku jdi pengen ke sana nih mass….
wah masih tren ya ternyata selfie. tapi tempatnya memang menarik
wooww sunset nya bagus.. kalo malam dingin ngga mas di sana ?
Wah bagus ya tempatnya … Dulu ke Gunung Kidul cuma ke pantai2 nya aja … skrg iso ke sini.
Hmm … ga ada yg bs dijadiin tatakan buat motret ya? mesti bawa tripod deh ntar huehehe.
klo musim kemarau apa ya masih cocok disebut green ya? jadinya brown karena kering kerontang? 😀
jangan khawatir, nanti kita siapkan filter di vsco app 🙂 jadi brown akan terlihat greenery hihi
mas kayaknya sekarang sering banget jalan-jalan ke gunung kidul
Senja. Selalu menarik untuk diabadikan….
Ping balik: Sunset di Puncak Tertinggi Gunungkidul, Seelok Apa? | Menuliskan Sebelum Terlupakan
Ping balik: Melihat Potensi Wisata di Wilayah Kecamatan Paliyan | Menuliskan Sebelum Terlupakan
Ping balik: Ulang Tahun ke-8 Wonosari.com: Semoga Makin Berjaya di Udara di Darat Berkarya Nyata | Menuliskan Sebelum Terlupakan
4 Tahun di Jogja belum semuanya dijelajahi. Termasuk green village gedangsari ini.. duh..
panjenengan asli gunungkidulkah mas? saya kemarin menyempatkan diri ke Green Vilage sekalian nengok simbah di gunungkidul, tempate asik, daerah tempat tinggal saya juga kelihatan meskipun cuma klamut-klamut.