
Menara Mercusuar Tanjung Baron/Tanjung Baron Light House Tower
Pantai Baron itu membosankan! Tidak ada kok istimewa-istimewa -nya dibanding pantai-pantai lain di Gunungkidul.
Ah, siapa bilang?
Saya juga kok. Saya juga bilang begitu. Beberapa tahun belakangan ini saya ke Pantai Baron hanya untuk berbelanja ikan. Saya sering sih mampir ke Pantai Baron untuk membeli oleh-oleh berupa ikan setelah saya puas menikmati jalan-jalan ke pelbagai pantai indah di pesisir selatan kabupaten Gunungkidul.
Menara Mercusuar di perbukitan di sisi timur Pantai Baron -lah yang membuat saya melirik lagi pantai yang pertama kali saya kunjungi pada jaman saya maih duduk di bangku Sekolah Dasar. Menara ini nampak gagah dan memikat ketika saya tidak sengaja melihatnya dari ujung kawasan Pantai Parang Racuk yang ditempati oleh dan digunakan sebagai Baron Techno Park.
Membayangkan menikmati keindahan hamparan pantai dan tebing karst dari ketinggian, saya pun membulatkan tekad, meniatkan diri untuk secepatnya secara khusus ke Pantai Baron dan memanjat naik ke atas, ke puncak Menara Mercusuar Baron.
Pun begitu selalu ada saja yang membuat rencana saya naik ke puncak menara ini tertunda. Begitu kesempatan itu ada, saya langsung meluncur ke Pantai Baron. Tanpa peduli dingin, saya dengan sepeda motor menembus kabut pagi Jum’at, 25 Maret 2016 menuju ke pantai.
Baca juga Menara Mercusuar Tanjung Baron yang ditulis oleh Tina Latief: Membingkai Keindahan Laut Pantai Selatan dari Puncak Mercusuar Tanjung Baron
Sampai di Pantai Baron sekitar pukul 06:30 WIB membuat saya leluasa memarkir sepeda motor. Bahkan saya bisa memarkir sepeda motor dekat dengan bibir pantai. Sepeda motor saya parkir satu deret dengan sepeda motor-sepeda motor lain milik para nelayan. Ini membawa keuntungan tersendiri. Selain lebih dekat ke arah menara, petugas parkir pun menjadi enggan menarik ongkos parkir dari saya.
Untuk menuju Mercusuar, saya tinggal sedikit berjalan ke timur. Naik ke bukit dengan melewati jembatan bambu yang dibuat oleh warga.
Untuk melewati jembatan bambu ini harusnya saya membayar semacam sumbangan. Saya pagi itu lolos tidak membayar karena warga yang bertugas memungut bayaran belum ada. Bukan karena saya tidak mau membayar sumbangan. 🙂
Sebenarnya ada cara lain untuk sampai ke menara ini tanpa terlalu jauh berjalan kaki. Caranya adalah dari pintu retribusi pantai, terus mengendarai motor melewati jalan menuju Pantai Kukup, bukan ke arah Pantai Baron. Nah, di tanjakan jalan menuju Pantai Kukup ditemukan papan plang yang menunjuk ke jalan setapak menuju ke Menara Mercusuar Baron. Persis di depan Menara Mercusuar ada tempat parkir yang cukup baik dan luas.
Saya memilih menuju ke menara dengan berjalan kaki dari bibir Pantai Baron karena, hitung-hitung sebagai olah raga pagi dengan jalan kaki. Selain bonus jalan kaki menaiki tebing sisi timur pantai ini adalah pemandangan indah seperti ini.

Pantai Baron Gunungkidul dari Sisi Timur
Tidak ada yang lebih afdol selain berfoto-foto. Toh perlu sedikit beristirahat dan banyak narsisme yang harus disalurkan setelah berkeringat jalan kaki naik ke bukit ini. Ini adalah satu dari banyak foto yang saya ambil di pintu gerbang komplek menara.

Tina Latief dan Menara Mercusuar Baron
Sadar mendapati suasana kompleks Menara Tanjung Baron yang sepi, kami menjadi ragu dan mengurungkan untuk segera naik ke atas, ke puncak Menara. Kami ingin memastikan dulu apakah memanjat naik ke Menara Mercusuar Tanjung Baron bukanlah perilaku ilegal.
Baca juga tulisan saya tentang keindahan pantai pantai di Gunungkidul di:
Satu-satunya yang bisa kami temui adalah bapak-bapak petugas kebersihan di sana. Saya bertanya apakah kami diperbolehkan untuk naik ke atas, ke Puncak Menara Mercusuar Tanjung Baron. Bila diperbolehkan apakah ada retribusi yang harus kami bayarkan.
Bapak-bapak petugas kebersihan kompleks Menara Mercusuar Tanjung Baron mempersilakan kami naik sambil berpesan untuk berhati-hati dan tidak bersandar di pagar di tangga menara. Untuk menaiki menara ini kami diminta membayar retribusi Rp 5000,- per orang atau Rp 10.000 untuk kami berdua. Kami membayarkannya kepada bapak petugas kebersihan itu, dan memang saat itu saya tidak menerima semacam tiket/kartu retribusi.

Meniti Tangga Memutar di Menara Mercusuar Tanjung Baron. Foto oleh Tina Latief
Memanjat tangga demi tangga di dalam Menara Mercusuar Tanjung Baron ini kami akui cukup menantang. Perlu stamina prima dan keberanian lebih. Menaiki tangga mercusuar sampai di lantai 4 saja sudah membuat kami berkeringat dan ngos-ngosan. Padahal untuk sampai ke puncak setinggi 40 meter ini kami masih harus melewati banyak lantai lagi. Saya lupa entah berapa lantai yang harus kami lewati untuk sampai ke puncak menara.
Untuk mensiasati kelelahan dan menghemat tenaga, kadang-kadang kami beristirahat di beberapa lantai di menara itu. Kami sekedar beristirahat dan kadang menuju ke jendela, untuk mencicipi keindahan dari ketinggian. Keindahan-keindahan ini yang memompa semangat kami untuk tidak menyerah, untuk sampai ke atas. Dalam hati kami, separoh ketinggian saja seindah ini, apalagi di puncak ketinggian. Pasti jauh lebih indah.

Lanscape Sisi Utara Menara Mercusuar Tanjung Baron. Foto oleh Tina Latief
Kami mendadak terdiam dan menghela nafas panjang mendapati tangga terakhir yang harus kami daki. Tangga terbuat dari besi ini dibentuk vertikal, tidak melingkar seperti tangga-tangga sebelumnya. Tangga ini berbentuk persis seperti tangga tradisional yang terbuat dari batang bambu yang digunakan oleh orang-orang di desa kami untuk memanjat pohon.
Saya dan Tina Latief pun kemudian berdiskusi, bagaimana cara aman memanjat tangga ini. Didahului dengan meyakinkan diri apakah kami masih cukup kuat dan cukup nyali untuk terus memanjat, kami pun memulai dengan membersihkan telapak tangan kami yang bercucur keringat. Keringat bercucuran ini bisa membuat besi tangga melicin ketika kami pegangi. Sandal yang kami pakai pun kami lepas. Untuk mengurangi risiko terpeleset.

Memanjat Menara Vertikal di Menara Mercusuar Tanjung Baron. Foto oleh Tina Latief
Bismillah … kami pun mulai memanjat. Anak tangga demi anak tangga kami daki dengan hati-hati. Sebenarnya saya memanjat tangga lebih dulu sampai dengan pembawaan riang gembira. Sementara Tina melihat saya dari bawah. Ini saya maksudkan untuk menyemangatinya agar tidak ragu mendaki.
Alhamdulillah, keraguan demi ketakutan akan ketinggian itu terselesaikan dengan selamat tidak kurang suatu apa. Hamparan keindahan menyambut kami dengan ramah.

Keindahan Lanscape Pantai Selatan dari Menara Mercusuar Tanjung Baron
Dari puncak Menara Mercusuar Tanjung Baron setinggi 40 meter memandang ke bawah membuat kami takjub sekaligus degdegan. Ini adalah untuk pertama kalinya kami benar-benar memanjat menara setinggi ini, tidak menggunakan lift seperti ketika kami mencapai gedung-gedung pencakar langit di kota-kota.

Doing selfie (wefie) was Mandatory here at Tanjung Baron light house
Jum’at pagi yang indah itu Puncak Menara Tanjung Baron mungkin telah ditakdirkan bagi kami. Menjadi dua insan yang leluasa bermesra dengan ketinggian, debur ombak pantai selatan, laut biru dan perbukitan menghijau yang mulai dihangatkan mentari pagi.

Pantai Baron dilihat dari Menara Mercusuar Tanjung Baron
Apa yang bagi kami menjadi pemandangan baru pada Jum’at pagi itu adalah: pemandangan Pantai Baron dari ketinggian. Perahu-perahu nelayan yang berjajar. Pengunjung Pantai Baron yang menikmati pagi dengan mandi dan berenang di laut. Tentu saja orang-orang mandi itu nampak kecil-kecil. Jangan membayangkan kami melihat detil lekuk demi lekut tubuh mereka.
Perahu Nelayan yang datang dan pergi melaut dari Pantai Baron adalah pemandangan yang cukup membuat kami berkontemplasi. Melihat pejuang-pejuang kehidupan yang benar-benar mengarungi luasnya samudera kehidupan. Dari puncak menara ini kami betul-betul melihat betapa luas laut selatan ini. Luas yang sebenarnya masih kalah luas dari samudera kehidupan yang seolah tak berbatas.

Baron Tekno Park Dilihat dari Menara Mercusuar Tanjung Baron
Pemandangan di sebelah barat daya nampak menarik dengan Prasasti Jam di Baron Tekno Park. Melihat orang-orang berfoto-foto di sana membuat kami tersenyum tipis. Mungkin seperti itu kelihatannya dari sini beberapa waktu lalu ketika kami berfoto-foto di Tekno Park. Matahari Jum’at pagi indah itu juga terpantul oleh panel-panel solar cell di Tekno Park. Begitu juga dengan kincir-kincir angin pembangkit listrik, stasiun cuaca dan gedung-gedung di Baron Tekno Park. Semua nampak anggun dinikmati dari ketinggian Menara Tanjung Baron.

Menara Mercusuar Lama Dilihat dari Menara Mercusuar Baru Tanjung Baron
Persis di sebelah selatan Menara Tanjung Baron adalah menara mercusuar lama yang sudah nampak rusak. Kalau tidak salah saya pernah pula berusaha memanjat menara lama ini pada sekitar tahun 2002. Meski pemanjatan kami pada saat itu tidak sampai ke puncak.
Memandang ke tenggara adalah semacam semenanjung. Mungkin ini yang disebut sebagai Tanjung Baron atau bisa jadi itu adalah Pantai Luwuk yang baru saja di buka. Melihat jalan-jalan setapak kecil di punggung perbukitan dari ketinggian menara mengingatkan saya peristiwa pada tahun 1993.
Saat itu saya dengan teman-teman satu kampung berjalan kaki dari bibir Pantai Baron sampai ke Pantai Kukup. Benar! Saat itu untuk merayakan tahun baru, Karang Taruna di desa dimana saya tinggal membuat kegiatan hiking. Jalan kaki dari desa kami sampai ke Pantai Baron yang jaraknya sekitar 23 km.

Hamparan Pantai Selatan Gunungkidul Dilihat dari Menara Mercusuar Tanjung Baron
Pantai-pantai di sebelah timur yang nampak dari Menara Tanjung Baron diantaranya adalah Pantai Kukup, Pantai Sepanjang, Pantai Drini, Pantai Krakal, Pantai Indrayanti dan lain-lain. Terlalu banyak bila saya sebutkan satu per satu.
Pagi itu kami memuas diri dengan hamparan panorama yang tidak bisa dinikmati di sembarang tempat. Percayalah tidak ada kata puas dengan hidangan lukisan alam ini. Sampai matahari pagi yang makin meninggi makin menyengat wajah kami. Rasa haus pun mulai terasakan oleh tenggorokan ini. Pun nada-nada keroncongan ini. Perut memang tidak bisa dibohongi.
Kami memutuskan segera turun untuk mencari sarapan. Dengan menuruni jalan setapak yang kami lewati tadi. Bedanya kali ini kami sedikit memutar melewati bibir pantai. Melihat dari dekat insan-insan yang menikmati seabathing dan nelayan-nelayan kehidupan pada hari pagi.

Menikmati Pagi Bersih di Pantai Baron

Menikmati Pagi Bersih di Pantai Baron

Kehidupan Gotong Royong Nelayan Pantai Baron Gunungkidul. Foto oleh Tina Latief

Tangkapan Ikan Nelayan Pantai Baron Gunungkidul. Foto oleh Tina Latief
Tips Praktis Menikmati Pemandangan Hamparan Pantai di Puncak Mercusuar Tanjung Baron
1. Golden Time atau waktu terbaik untuk menikmati pemandangan di sana adalah pada awal pagi dan pada sore hari menjelang petang.
Pada awal pagi pengunjung akan disuguhi oleh pemandangan matahari terbit (sunrise). Tergantung pada musim apa kita berkunjung ke sana.
Bila berkunjung pada musim hujan seperti sekarang maka akan mendapatkan pemandangan matahari seolah terbit dari laut. Ini bila beruntung. Karena tergadang cuaca tidak bersahabat dengan memunculkan awan dan mendung.
Bila berkunjung pada musim kemarau, matahari akan menyembul dari balik perbukitan karst gunung seribu. Pemandangan punggung bukit yang diterpa sinar matahari pagi adalah pemandangan dengan kekhasan tersendiri. Ini akan membentuk bayangan-bayangan bukit di laut. Sementara air laut lambat laun akan keperak-perakan memantulkan sinar matahari yang makin meninggi.
Sunset terbaik memang akan hadir pada musim penghujan seperti sekarang. Pengunjung rasanya belum afdol bila belum menjadi saksi detik demi detik matahari ditenggelamkan oleh cakrawala samudera.
2. Pastikan perut cukup kenyang dan telah cukup minum sebelum mendaki Menara Tanjung Baron
Ini sangat penting. Apalagi bagi pengunjung yang menuju ke Menara Mercusuar Baron dengan berjalan kaki dari bibir Pantai Baron. Ini adalah perjalanan yang akan menguras energi. Jangan sampai malah menjadi kelaparan, kehausan dan kehabisan energi bahkan sebelum sampai menara.
3. Kenakan pakaian yang simpel dan tidak ribet
Celana panjang dikombinasikan dengan kaos yang memungkinkan keringat cepat terlepas adalah pilihan terbaik. Demi keselamatan kaki, percayalah untuk tidak menggunakan high heel. Sandal gunung dan sepatu ket adalah pilihan alas kaki terbaik. Topi untuk pelindung kepala dan kacamata rayban penting untuk melindungi mata dari paparan sinar matahari yang sangat kasar. Apalagi cahaya yang terpantulkan air laut sangat tajam pada siang hari.
4. Bawa bekal makanan, minuman dan kudapan
Minuman, baik air mineral maupun sport drink sangat saya anjurkan. Kemungkinan ini akan menjadi salah satu perjalanan yang berkeringat. Jangan sampai perjalanan ini membuat dehidrasi sebelum sampai ke puncak menikmati pemandangan pantai dari Puncak Menara Tanjung Baron.
Makanan ringan dan kudapan akan menjadi teman terbaik di Puncak Menara Mercusuar Baron untuk menikmati pemandangan pantai dari sudut yang mungkin baru pertama kali dilihat.
Sebenarnya di kawasan Pantai Baron dan di sepanjang jalan setapak sampai di tempat parkir Menara Mercusuar Baron banyak terdapat penjual makanan dan minuman. Hanya saja kalau terlalu pagi mereka belum buka. Sebaiknya bekal makanan dan minuman dipersiapkan dari rumah.
5. Bawa uang pecahan/uang receh
Uang pecahan dalam jumlah cukup akan membantu perjalanan lebih efisien. Uang pecahan ini akan bermanfaat untuk membayar dengan cepat ongkos retribusi pantai, ongkos parkir, sumbangan menyeberang jembatan bambu dan membayar retribusi menaiki Menara Mercusuar Tanjung Baron.
6. Naik dan turun tangga Menara Mercusuar Baron dengan hati-hati
Bisa jadi menara ini adalah menara yang tertinggi yang didaki secara manual dengan kaki. Pahami bahwa ini membutuhkan tenaga dan stamina prima. Bila dirasa kurang begitu sehat dan badan kurang fit, sebaiknya pertimbangkan lagi niat untuk menuju ke puncak Menara Baron.
Bila sudah mantab ingin mendaki, maka dakilah dengan pelan. Jangan tergesa-gesa. Gunakan pegangan yang mengikuti tangga. Berpegangan akan membantu menghemat tenaga dan akan mengurangi resiko terpeleset.
Secara berkala periksa telapak tangan, apakah berkeringat. Bila iya maka bersihkan dengan tissue atau kain. Telapak tangan yang berkeringat akan membuat pegangan tidak kuat/licin.
Bila takut ketinggian, sebaiknya tidak melihat ke bawah selama perjalanan menaiki tangga demi tangga di dalam Menara Mercusuar Tanjung Baron.
Beristirahat secara berkala adalah pilihan bijak. Ini bermanfaat untuk menjaga stamina, memberi waktu keringat mengering dan memberi waktu agar nafas menjadi teratur kembali, tidak terengah-engah. Beristirahat di tiap lantai bisa digunakan untuk mengintip pemandangan melalui jendela-jendela kaca yang tersedia. Di lantai-lantai tertentu malah disediakan semacam canopy untuk mencicipi pemandangan alam dari ketinggian.
Tangga terakhir menuju ke Puncak Menara mempunyai bentuk yang sama sekali berbeda dengan tangga-tangga sebelumnya. Tangga ini vertikal, tidak melingkar. Saran saya beristirahatlah beberapa menit sebelum mencoba menakhlukan tangga terakhir ini.
Bila ke sana berombongan, hendaknya mendaki tangga ini satu per satu. Tidak bersamaan. Salah seorang mendaki terlebih dulu. Sementara yang lain menjaga, mengawasi, memperhatikan dari bawah. Bergantian seperti itu. Begitu pula nanti ketika menuruni tangga ini.
7. Jangan Vandal dan Jangan mengubah, mencoret, merusak
Peruntukan Menara Mercusuar Tanjung Baron sebenarnya untuk membantu navigasi para nelayan yang melaut. Bukan diperuntukkan khusus sebagai gardu pandang bagi wisatawan.
Di pucak menara ini terdapat Lampu Mercusuar (Marine Lantern). Menggunakan sumber listrik tenaga surya. Di sisi timur Puncak Mercusuar Baron terdapat solar panel/solar cell yang terhubung dengan rangkaian batere dan lampu yang otomatis menyala pada malam hari.
Batere dan rangkaian lampu ini tidak dilindungi secara khusus. Untuk itu jangan menyentuh, mengubah bahkan merusaknya.
Di bangunan mercusuar ini tidak tersedia tempat sampah. Saran saya sediakan sendiri tempat sampah untuk Anda. Jangan malah meninggalkan sampah di sini. Apalagi dengan membuang, melempar sampah ke bawah. Ini selain mengotori juga sangat berbahaya. Bayangkan bila sebuah botol dijatuhkan dari ketinggian 40 meter kemudian kebetulan menimpa seseorang di bawah sana.
8. Membeli ikan dan olahan ikan di Pantai Baron
Pantai Baron merupakan Pantai Nelayan. Di pantai ini terdapat Tempat Pelelangan Ikan dan Pasar Ikan. Ikan-ikan bisa dibeli dalam kondisi mentah maupun berbentuk aneka olahan ikan.
Selayanya pasar, tawar menawar harga ikan lazim di sini. Jadi jangan segan untuk menawar harga. Mungkin aneh bagi yang terbiasa berbelanja di super market. Dengan mencobanya di sini mungkin akan menjadi pengalaman pertama yang membentuk kesan tersendiri.
PS :
Tulisan ini meskipun sudah panjang, sebenarnya belum selesai. Saya akan menambahkan beberapa foto lagi dan beberapa tips untuk menikmati lanskap pantai selatan dari Puncak Menara Mercusuar Tanjung Baron.
Pantai Baron memang indah sekali. Terus ada menara yang tinggi dan pacaran di atas tentu lebih indah lagi 🙂
Foto panoramamu keren (y)
Dari atas pemandanganya keren banget yah,,,
Baru tahu kalau di Baron ada mercusuar.
Tinggi banget ya kayaknya.. Pemandangan dari atas bagus ya ternyata
dari dulu saya ingin sekali pergi ke marcusuar namun belum kesampean aja. rasanya menyenangkan bisa melihat keindahan pemandangan sekitar dari ketinggian itu.
Asli mas baru setengahnya kaki ini udah gemetaran gak sampe atas. Apalagi pas turunnya sampe lemes
dua minggu lalu sy ke situ dan bayar Rp.10.000 per kepala Gan, dan jg tanpa karcis 😀 sekitar 1 jam-an di atas menara, banyak pejalan yg jg naik, sy hitung kasar bisa sampai sekitar 30an orang dalam waktu 1 jam-an. klo sehari bisa lumayan juga tuh pungli-nya 😀
Ping balik: 3 Destinasi Running Vacation yang Instagramable di Gunungkidul – Gadget, Running & Travelling Light