Sering Ganti Operator Seluler, Tidak Masalah?

Merasa tidak puas dengan satu operator seluler untuk ponselnya, seorang teman saya langsung mengganti nomer selulernya dari operator yang berbeda. Kurang puas lagi, ganti lagi. Masih belum puas ganti lagi, dan seterusnya. Nomor ponsel bisa berganti beberapa kali dalam beberapa bulan saja. Ini tidak hanya terjadi pada teman saya itu saja. Saya perhatikan akhir-akhir ini banyak orang yang semakin mudah memutuskan hubungan dengan satu operator seluler kemudian menggunakan nomor baru dari operator seluler yang lain.

Dulu, saya mengira nomor telepon/handphone bisa digunakan untuk mengikat pelanggannya. Operator seluler dulu (sampai sekarang?) enggan menggunakan Mobility Number Portable, dimana nomer telepon seluler mutlak milik pelanggan sehingga pelanggan tidak perlu khawatir kehilangan nomor yang telah dipakainya begitu berganti layanan dari operator lain.

Ternyata saya salah. Tidak perlu Mobility Number Portable untuk memerdekakan orang. Perkembangan jaman (baca: trend teknologi) kini menunjukan tanda-tanda bahwa nomer yang mutlak dikuasai operator tidak akan lagi bisa mengikat seseorang untuk tidak dengan merdeka berganti operator.

Saat ini, yang saya lihat, orang-orang mulai meninggalkan nomer telepon/handphone sebagai identitas mereka dalam berkomunikasi. Bisa dilihat salah satunya dari signature email yang dibuat banyak orang. Mereka lebih suka memasang twitter, facebook, google+, instant messengger, voice chat, voipp dan lain-lain. Yang kesemuanya itu sangat tidak bergantung dengan operator/provider. Kartu nama yang saling kita pertukarkan pun saat ini kontak tidak melulu nomor telepon/handphone, melainkan id email, social media dan instant messenger. Benar?

Faktor lain seperti kemudahan menggunakan layanan prabayar produk dari operator/provider, tidak adanya kontrak dengan operator dan perkembangan teknologi yang menjadikan memutakhirkan kontak dapat dilakukan secara masal dalam waktu singkat adalah hal lain yang makin tidak menghalangi orang untuk tidak berpindah layanan.

Jadi apa yang bisa digunakan oleh operator/provider untuk mempertahankan loyalitas pelanggan? (Kualitas DAN Harga)? atau (Kualitas ATAU Harga)? πŸ˜€

Iklan

10 komentar di “Sering Ganti Operator Seluler, Tidak Masalah?

  1. Benar, Mas. Kalau akun email dan social media orang cenderung tidak ganti-ganti jadi lebih aman menyimpan itu di address book kita ketimbang nomor ponsel yang tiap bulan bisa gonta-ganti.

    Terkait pendapat Mas Jarwadi di atas, saya antara setuju dan tidak setuju dengan pendapat ini. Faktanya memang benar ada orang yang suka gonta ganti nomor seperti ganti pacar saja. Namun masih banyak orang yang tetap setia tak pernah ganti nomor hingga bertahun-tahun lamanya. Nah, yang tak pernah gonta-ganti nomor ini umumnya adalah orang dengan strata atau kelas sosial menengah ke atas, Mas.

    Saya berpendapat seperti itu karena perusahaan saya pernah melakukan riset memetakan pelanggan toko kami yang tersebar di seluruh Indonesia berdasarkan range pengeluarannya setiap bulan. Semakin tinggi angka pengeluaran seorang pelanggan per bulan orang tersebut cenderung setia tidak pernah ganti nomor seluler. Sebaliknya, orang yang masih kelas menengah ke bawah sering ganti-ganti ponsel. Ini bisa kami ketahui saat kami melakukan blasting SMS promo melalui web. Pesan SMSnya tidak sampai ke nomor-nomor tertentu karena nomor sudah hangus/tidak aktif lagi.

    • Benar Pak Joko.

      Saya sendiri tidak ganti-ganti nomer untuk nomer utama handphone saya. Nomer saya yang 08112932XX sudah cukup tua. πŸ™‚ Ini adalah nomor yang peruntukannya untuk voice.

      Namun untuk nomer yang peruntukan utamanya untuk komunikasi data (nomer sekunder) rasanya harus terus menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan.

      Saya sependapat dengan pendapat bahwa semakin tinggi pengeluaran seseorang (semakin mapan seseorang), orang cenderung enggan berganti-ganti nomer. Bagi golongan ini tarif tidak masalah. Mereka hanya akan berganti layanan untuk hal yang sangat terpaksa.

  2. alhamdulillah saya bukan tipikal yang suka ganti-ganti nomor.. udah 5 tahun setia sama si merah pasca bayar.. gak repot dan gak mau pusing ngejelasin sama orang kalo ganti nomor..

  3. tp biar gimana no hp emang di butuhkan.. Sy dr pertama kali py hp sekitar 12 th yg lalu setia sm nomer pasca bayar sy..

    kl ada temen yg gonta-ganti nomer terus malah akhirnya suka gak sy simpan nomernya.. Abis gonta-ganti terus πŸ˜€

  4. iya bang kalo gonta – ganti nomor gampang ciptain masalah

    salam kenal
    saya rynem
    kalau berkenan silahkan mampir ke blog ku……
    folloback juga ya buat nambah temen sesama blogger,,
    kalau mau tukeran LINK silahkan
    salam blogger

  5. Saya jadi ingat presentasi teman saya yang bekerja di perusahaan telco. Program promo obral tarif seheboh apa pun hanya akan berdampak sekian persen pada penambahan/perubahan jumlah pengguna nomor pra bayar. tidak sampai 15%, kalau saya tidak salah ingat.

    Tapi saya kira kalau kualitas yang memburuk akan mau tidak mau memaksa pelanggan termasuk golongan mapan (menengah ke atas) untuk hengkang berganti operator/provider yang membuat kebutuhan mereka terpenuhi. πŸ™‚

  6. Aku malah punya masalah. Gara2 aku ceroboh dan aku kehilangan nomor kesayangan ku (hangus), udah pakai bbrp tahun.setelah hangus aku masih ttp berusaha ke grapari dan minta tmnku yg kerja di telkomsel dan bertanya apakah bs diaktifkan kembali,katanya ga bisa.aku maret 2013 iseng nelfon ke nomorku yg hangus itu. Aktif tp sudah milik orang lain. Tapi aku sangat menginginkan nomor itu jd milikku..tp mustahil.. Semenjak nomor kesayanganku hangus aku sering ganti nomor krn merasa kurang sreg dan masih bermimpi no kesayanganku kembali. Ada cara yg bisa dilakukan tidak ya untuk meminta dari si pemiliknya nomor lama ku itu? πŸ˜₯ sangat berharap tp sprtinya mustahil

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s