Penipuan Lewat Telepon Makin Nekad

Kemarin sore, saya ditelpon oleh seseorang dengan nomor 082148023694. Penelepon itu memberi saya kabar kalau mobil Opel Blazer warna biru milik saya sedang terkena masalah dan ditahan di Polsek Jakarta Utara.

Ngaco banget. Sepeda ontel saja saya tidak punya, apalagi Blazer warna biru. Lagian saya tidak tinggal di Jakarta. Saya ingin menyudahi telepon seseorang yang jelas-jalas ngawur yang saya yakini sebagai penipu itu dengan mengatakan kalau saya tidak punya mobil itu dan saya akan segera menutup telepon. Namun si penelepon itu tetep ngotot dan berusaha meyakinkan kalau itu mobil saya. Males melayani penipu, saya langsung menutup telepon.

Hanya berselang satu hari, sore ini ada telepon tipu-tipu lagi. Telepon dari 082166195811. Bukan di ponsel saya lagi. Lebih buruknya telepon tipu-tipu ini ke nomor ponsel simbok. Untungnya, sayalah yang mengangkat telpon itu. Si Penipu kali ini mengabarkan kalau adik laki-laki saya sedang kena masalah dan berurusan dengan kantor polisi.

Saya langsung membentak penelepon ini sebagai penipu. Sama seperti penelepon tipu-tipu kemarin sore, penelepon ini tetep ngotot kalau dia tidak menipu dan adik laki-laki saya sedang di kantor polisi beneran dan dia menelepon karena dimintai bantuan oleh adik saya. Males melayani, telepon langsung saya tutup.

Saya tidak habis pikir bila telepon ini diangkat oleh simbok dan simbok sedang dalam keadaan cape. Hmmm! Bagaimana saya tidak akan misuh-misuh dengan penipu-penipu yang makin hari makin nekad seperti ini.

Kalau sudah makin sering terjadi kasus kejahatan lewat ponsel seperti ini, kapan pemerintah akan membuat aturan yang jelas terkait kepemilikan nomor ponsel. Terutama untuk kepemilikan nomor prabayar. 😐

 

Disemutin Semut

Sebel banget ya kalau minuman manis yang kita taruh di meja tiba-tiba sudah dikerumuni oleh semut. Seperti teh manis saya pagi ini. Belum seberapa yang saya minum sudah digilir oleh kerumunan semut.

Sejak beberapa hari ini, bila menaruh makanan atau minuman manis di meja saya akan lekas membuat semut-semut berkumpul. Padahal sebelumnya jarang sekali kedatangan kawanan semut. Kali karena sudah musim turun hujan. Jadi semut yang semula bermarkas di halaman dan pekarangan bermigrasi ke rumah hunian karena takut terendam air.

Saya pernah mendengar, kalau membaca ulasan yang detil sih belum pernah, katanya membunuh semut-semut itu dilarang oleh agama yang saya anut. Padahal bila tidak sengaja meminum atau memakan minuman atau makanan yang bersemut itu sudah berapa banyak semut yang terbunuh. Kasian. 😦

Saya juga belum tahu bagaimana cara yang efektif untuk menghalau semut-semut yang beraneka jenis itu. Ada yang kecil-kecil dan berjalan pelan, ada yang gede-gede, ada yang bila menggigit menyebabkan bentol-bentol dan iritasi kulit, dan bermacam-macam lainnya.

Ada ide cara mencegah semut tanpa membunuhnya?

Susilo Bambang Yudhoyono

Di posting saya kali, saya sedang tidak akan mengritik apalagi memuja-muji pak beye, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Saya akan menuliskan arti kata Susilo Bambang Yudhoyono menurut Bahasa Hindi. Bahasanya negeri Ramayana Mahabara. Bahasanya orang-orang India di seberang sana.

  • Susilo, dari kata Susil, yang berarti: good behave
  • Bambang: … (tidak tahu, atau kata tidak terdapat dalam kosakata Bahasa Hindi
  • Yudhoyono, dari kata Yudh, yang berarti: fight for something worth

Dari mana saya tahu Bahasa Hindi? Saya tidak sedang mengikuti kelas Bahasa Hindi. Menerjemahkan beberapa nama orang, terutama nama orang yang diambil dari Bahasa Jawa, ke dalam Bahasa Hindi ini muncul dalam ngobrol-ngobrol saya dengan seorang representative ASEAN Blogger dari Cambodia. Representative itu bernama Anirudh, bernama lengkap Anirudh Singh Bathi. Dia memegang passport India dan memang berasal dari India.

Kembali berbicara tentang arti nama orang, Anirudh sendiri berarti: one it started, it doesn’t stop atau unstoppable. Untungnya Anirudh tidak tahu apa arti nama saya. Saya sendiri saja tidak tahu apa artinya sebuah nama pemberian orang tua ini. hehe Baca lebih lanjut

Belajar Thai English di ASEAN Blogger

Adalah Wason. Seorang pria berpenampilan kalem yang duduk satu kursi dengan saya dalam bus yang mengantarkan dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali menuju Hotel Pop Haris dimana peserta ASEAN Blogger Conference menginap.

Saya tidak mengenal Wason sebelumnya. Saya hanya sedikit menyapa ketika tiba di bandara dengan wajah nampak ragu, dan lelah dengan koper bawaannya setelah menempuh waktu terbang dari negaranya,  dan belum punya ide akan bunga kamboja yang dikalungkan pada setiap peserta ASEAN Blogger yang baru tiba di bandara sebagai ungkapan selamat datang.

Dibalik penampilanya yang kalem, kemudian baru saya ketahui, sebenarnya Wason adalah pria yang ramah dan penuh penasaran. Dia memulai mengajak saya berbicara dan lebih ngobrol-ngobrol. Dia penasaran dengan gambar-gambar dan poster di sepanjang jalan yang dilalui bus –secara bulan ini di Bali sedang berlangsung banyak konferensi, dengan patung-patung di beberapa perempatan jalan,  termasuk ketika ia keheranan melihat sebuah poster yang mencantumkan nomor ponsel dengan digit yang menurut dia panjang sekali. Di negaranya ponsel hanya 7 digit. Di sini nomor ponsel sepanjang 12 digit.

Lebih dari itu, Wason juga mengajak saya ngobrol tentang kebebasan berbiacara di Indonesia, terutama kebebasan berbicara di internet, undang-undang yang mengatur penyampaian pendapat dan hal-hal terkait. Saya sedikit berbicara tentang UU ITE yang memuat pasal deflamasi/pencemaran nama baik yang banyak diprotes blogger dan onliner Indonesia, kasus Prita Mulyasari dan lain-lain.

Wason pun menceritakan tentang menyebut sesuatu yang buruk atas Raja Thai, apapun adalah pelanggaran hukum. Tidak ada kritik untuk Raja dan pemerintahan. Onliner harus berhati-hati bila tidak ingin dipenjarakan. Termasuk Wason menceritakan tentang blogging dan trend social media di Thailand.

Sampai di sini barangkali Anda mengira ngobrol-ngobrol saya dengan Wason itu lancar-lancar saja.

Kenyataannya tidak demikian. Masalah sudah terjadi ketika di dalam bis kami berkenalan nama. Ketika saya tanya nama, saya tidak jelas kata apa yang dikatakanya. Telinga saya mendengarnya sebagai sesuatu semacam Hua thou. Dia pun agak susah menyebut nama saya, Jarwadi. Mengulang-ulang menyebut nama ternyata tidak menyelesaikan masalah.

Anda tau apa ide saya? Saya menuliskan nama saya di ponsel saya dan menunjukan ke dia. Dan di ponsel saya menuliskan namanya berdasarkan apa yang saya dengar. Oh ternyata saya salah mengetik namanya. Dia pun menuliskan ‘Wason’ di ponsel.

Nah, cara seperti ini yang kami gunakan sepanjang ngobrol panjang yang intinya saya tuliskan pada paragraf-paragraf terdahulu. Bila telinga saya kurang jeli maka saya akan mengkonfirmasinya dengan kalimat yang saya tuliskan pada ponsel. Hal serupa dilakukan oleh Wason. “Chating” seperti ini tidak perlu koneksi internet. Cukup Wason melihat ponsel saya. Saya melihat ponsel Wason. hehehe

Sampai sekarang saya masih menyimpan “file text” yang berisi apa yang saya katakan pada Wason. Andai Wason masih menyimpannya akan sangat memorable bila bisa saling bertukar file text untuk dapat membaca kembali offline text chat itu. 🙂

Lesson Learned:

Kalau saya saat ini hanya mengenal dan mempelajari United State English, Australia English dan United Kingdom English, itu saja belum cukup. Saya juga perlu belajar Thai English dan varian dari Asia English lainnya. Ngobrol-ngobrol dengan Mr Wason ini mengingatkan saya akan lucu-lucu penuh kocak di film remaja Thailand yang saya tonton beberapa tahun lalu yaitu Crazy Little Things Called Love dan Sucksheed.

Nah, saya harus mulai dengan lebih banyak menonton film Thai agar terbiasa dengan Thai English. Jadi bila suatu saat Mr Wason mengundang saya ke Pattaya beach di Thailand sana, saya tidak lagi terkendala Thai English pronounce. 😀

Penasaran dengan Mr Wason. Lihat foto berikut: Baca lebih lanjut

Ngantuk Jadi Masalah

Ada beberapa pengalaman menarik yang terjadi dalam beberapa hari belakangan ini yang ingin saya ceritakan di blog. Permasalahanya, sekarang saya sedang ngantuk berat setelah meminum obat hidung meler. Menjengkelkan. 😐

Dalam keadaan kecapean, ngantuk berat, disertai flu berat, disertai jengkel seperti ini akan tidak mudah bagi saya untuk mengingat-ingat dan menuliskan kembali cerita itu dengan bahasa yang enak bila kelak saya baca lagi. Saya menulis kan untuk konsumsi pribadi. Bila dibaca publik itu urusan lain, hehehe

Permasalahan lain, bila saya menunda menuliskanya, biasanya akan banyak detil dari kejadian-kejadian menjadi terlupa. Makin besok menunda makin banyak yang terlupakan. Laa tagline blog ini padahal “Menuliskan Sebelum Terlupakan” Untuk mencegah kelupaan itu sebenarnya yang menjadi prioritas blog saya ini. 😦

Jaman saya masih muda dulu untuk mengusir ngantuk seperti ini saya biasanya menimum kopi hitam yang pekat. Sekarang sudah lama pisahan sama kopi hitam. Kalau nekad, ngantuk akan bisa terusir beneran. Giliran asam lambung dan perut ngambek yang datang mendera. 😦

Kayaknya memang bener harus istrirahat dulu.  zzzzzZ

Test Kecepatan Koneksi Internet

Saya segera menyalakan laptop dan melakukan test koneksi setelah di Haris Pop Hotel diberikan  login dan password oleh Mas Bintang. Hasilnya bagus. Oleh speedtest.net bahkan diberi grade B. Padahal koneksi ini adalah fasilitas gratis dari hotel. hehehe

Speed test at Haris Pop Hotel

Nah, masalah koneksi internet yang saya khawatirkan beberapa waktu lalu kini tidak jadi masalah.

Oleh karena hotel ini telah  menyediakan koneksi internet yang lumayan bagus, saya tidak tahu apakah koneksi internet ini fasilitas dasar atau sengaja pesanan dari panitian ASEAN Blogger, maka secara keseluruhan saya me-rating Haris Pop: b a g u s.

Habis saya tidak tahu bagaimana harus me-rating suatu hotel kecuali pelayanannya ekstrim jelek dan sangat tidak sopan. 😀 Saya tidak terlalu menuntut kenyamanan tempat. Biasanya saya tinggal di pinggir jalan saja biasa. Hanya, bila sekarang ini tanpa koneksi internet akan membuat saya mati gaya.

Saya tadi tiba di sini sekitar pukul 13:00 WITA setelah dijemput oleh Mas Bachtiar, Mas Hyudee, Mba Indah Juli dan lain-lain. Ada sebenarnya cerita menarik dalam perjalanan saya menuju hotel dari bandara. Tentang bagaimana kerasnya usaha saya untuk berkomunikasi lisan dengan Wason, seorang blogger dari Thailand yang sama-sama baru tiba di Bali pagi ini. Tapi sepertinya akan saya ceritakan lain waktu saja. 🙂

Virus dan Jualan Microprocessor

Ada posting menarik di blog yang saya ikuti. Posting Pak Budi Rahardjo tentang perkembangan bisnis proses atau micro processor di http://rahard.wordpress.com/2011/11/13/seputar-bisnis-mikroprosesor/. Micro processor, otak dari PC dan laptop yang kita pakai sekarang ini sebenarnya secara teknologi sudah sangat cepat. Lebih dari cukup untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dan kantoran yang umumnya hanya dipakai untuk mengetik (word processor) dan sedikit hitung-hitungan. Untuk spread sheet misalnya.

Menariknya adalah kreatifitas dari pabrikan micro processor itu untuk memaksa agar kita mau meng-upgrade processor kita yang sebenarnya sudah lebih dari mencukupi itu. Bentuk ‘usaha pemaksaan’ itu diantaranya adalah dengan membuat aplikasi yang membutuhkan tenaga computing extra. Misalnya 3 D gaming, High Definition Video, Aplikasi yang didevelop dengan bahasa pemrograman Java (sifatnya yang menggunakan virtual machine), dan lain-lain.

Oh, iya! Satu lagi. Virus. Saat ini virus tumbuh subur pada sistem operasi paling populer sejagat, Windows. Pada Windows 7 yang paling gres sekalipun tetep rentan virus. Keberadaan virus yang meraja lela mau tidak mau memaksa user untuk memasang antivirus pada PC/Laptop. Lagi-lagi pemakaian antivirus akan menambah beban processor. Perlu tenaga computing yang lebih lagi. Perlu processor yang lebih kenceng lagi. Komputer tidak mau lelet? Ya upgrade.

Beberapa orang, atau banyak orang mungkin mencela kerentanan Windows akan merajalelanya virus. Barangkali bisa jadi Windows memang tidak bodoh dengan membiarkan celah security mereka untuk berbagi kesempatan bisnis dengan mitranya. Barangkali keberadaan virus ini sebenarnya berkah bagi 1) Pembuat Software Anti Virus. 2) Pabrik Processor yang selalu laku menawarkan proses yang lebih kenceng. 3) … (siapa lagi?) Nah kalau ide dari paragraf terakhir ini muncul dari posting dan diskusi di google+ di https://plus.google.com/100589888237588857830/posts/j4Yu1NpzYpn

Selamat Pagi

Desa Grogol : Bak Penampungan Air Warna Biru

Di desa Grogol dimana saya tinggal, ada banyak bak penampungan air yang biasanya digunakan oleh penduduk untuk menyimpan air bersih pada musim kemarau. Bak-bak air yang ada di desa Grogol umumnya dibangun dengan dana yang bersumber dari bermacam mata anggaran. Kebanyakan dibangun dari program PPK dan PNPM Mandiri. Beberapa memang dibangun dari sumbangan corporate atau institusi penderma.

Bak Penampungan Air warna biru yang unik di Desa Grogol

Bak Penampungan Air warna biru yang unik di Desa Grogol

Foto bak penampungan air di atas adalah salah satu dari bak-bak penampungan air yang ada di desa Grogol. Berwarna biru. Tidak bermarna semen seperti kebanyakan bak air yang ada di desa Grogol.

Saya tidak tahu kenapa bak air ini kemudian dicat warna biru setelah beberapa lama berselang. Setelah bak air ini berbulan-bulan selesai dibangun.

Bak air ini unik dengan warna birunya. Dan sepengetahuan saya, di desa Grogol hanya ada dua bak air yang sebelumnya ada logo PNPM Mandiri di salah satu sisinya dicat warna biru. Yang satu ada di Dusun Gerjo dan yang satu ada di Dusun Karangmojo B. Dengar-dengar malah ada tiga. Tapi bak air PNPM Mandiri bercat biru yang lain saya belum pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri.

Bak air warna biru yang unik itu barangkali tidak hanya mampu menyimpan air bersih untuk kehidupan tetapi menyimpan kisah yang pada waktunya kelak akan menceritakan jati dirinya. 🙂

Moody Gara-Gara Hal Sepele

Dua hari belakangan ini, Sabtu kemarin dan Minggu tadi, seolah diri saya  sedang dipenuhi kejengkelan dan kemarah-marahan. Kejengkelan yang sebenarnya disebabkan oleh hal-hal sepele yang tiba-tiba terjadi.

Hal-hal sepele itu sepele beneran. Diantaranya adalah kiriman dari ekspedisi yang terlambat (atau sebenarnya orang di seberang sana yang ceroboh dalam mengirimkan item-item yang saya pesan), bertemu orang yang kurang bisa menepati janji, beberapa pakaian yang tidak ketemu setelah saya mengobrak-abrik almari pakaian yang belakangan saya ketahui ternyata petugas laundry yang ceroboh yang menyebabkan pakaian-pakaian itu tertinggal di tempat laundry sehingga tadi saya harus mengambilnya, dan beberapa biang penyebab jengkel lainnya.

Ngga penting-penting amat  dan tidak dalam taraf membahayakan. Yang merugikan adalah hal-hal sepele ini merusak mood saya seharian yang mengakibatkan saya kehilangan kendali untuk konsentrasi pada hal-hal yang lebih penting. Sebel.

Nah, rugi yang lain lagi adalah saya malah curhat di sini. 😀 Atau blog memang tempatnya untuk curhat? Menuliskan yang jelek-jelek dan yang mungkin tidak terlalu jelek. Bila iya maka kebetulan  sejak lama saya telah membuat beberapa kategori Curhat di blog ini. Agar bila kemudian blog ini ternyata isinya curhatan melulu tidak membuat orang yang tidak sengaja membuka blog saya ini kecele. 😀

Benar apa yang saya baca beberapa tahun lalu. Lupa dimana saya membaca dan siapa yang menuliskan. Kalau mood sedang jelek sebaiknya tidak mendekat apalagi menyentuh web 2.0 (atau 3.0). Kalau tetep nekad akan seperti ini jadinya. Tambah kacau dan mengacaukan. hehe.

Mungkin ada yang mau berbagi tips bagaimana mengendalikan diri dan menjaga mood dari deraan masalah-masalah sepele yang tiba-tiba datang bertubi-tubi?

Masjid Agung Jawa Tengah

Setelah melewati jalanan kota Semarang yang merayap dari arah Bandungan, hampir pukul 16:00 WIB sampai di area parkir Masjid Agung Semarang.Masjid Agung Semarang atau Masjid Agung Jawa Tengah terletak di Jalan Gajah Raya, desa Sambi Rejo, kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.

Kali ini nampaknya yang paling menarik bagi rombongan adalah Menara Asmaul Husna atau Al Husna Tower. Menara dengan 19 lantai setinggi 99 meter. Merupakan menara tertinggi di Semarang.

Berpose di Depan Tower Al Husna

Berpose di Depan Tower Al Husna

Untuk memasuki menara ini harus membeli tiket dulu seharga Rp 5.000,- ditambah antri untuk sore itu. Di dalam lift, pengunjung oleh seorang Pemandu diberikan penjelasan tentang menara ini dan tentang Masjid Agung Jawa Tengah itu sendiri. Seorang teman saya malah bertanya apakah lift ini pernah slip/macet ketika membawa rombongan. Pertanyaan yang tidak nyambung dengan cerita Pemandu dan berhasil membuat semua orang di dalam lift degdegan. 🙂

Tak berapa lama, pintu lift sudah terbuka. Saya dan rombongan menginjakan kaki di lantai tertinggi di kota Semarang itu. Dari Puncak Menara ini kota Semarang terlihat tanpa halangan. Bila kurang puas dengan panorama dari ketinggian, pengunjung masih bisa melihat dengan teropong yang tersedia bagi pengunjung di sana. Teropong itu bisa digunakan dengan memasukan coin Rp 500,-. Jangan khawatir kalau tidak bawa koin, di sana ada tempat penukaran.

See Semarang city in the Tele Lens (at Tower Al Husna)

See Semarang city in the Tele Lens (at Tower Al Husna)

Ah, tapi saya membayangkan bila di Tower Al Husna ini selepas Maghrib. Pasti pemandangan kerlap kerlip lampu malam kota Semarang makin eksotik terlihat.

Berpindah ke sisi lain Menara. Arsitektur Masjid Agung Jawa Tengah yang dibangun pada tahun 2001-2006 dan diresmikan oleh Pak Beye itu tampak sebagai kemegahan tersendiri. Konon desain Masjid ini mengadopsi arsitektur Jawa, Arab dan Roma. Luar biasa yang dilengkapi dengan 6 payung hidrolik yang membuka tutup secara otomatis.

Eagle View of Masjid Agung Semarang (from the top of Al Husna Tower)

Eagle View of Masjid Agung Semarang (from the top of Al Husna Tower)

Bagi saya, sepintas Masjid ini terlihat seperti kapal raksasa. Lebih besar dari Titanic barangkali. 🙂 Baca lebih lanjut