Bagi saya puasa bukan halangan untuk menikmati Sate Kambing. Maklum saya adalah penggemar, penyuka dan penikmat Sate Kambing kelas berat.
Bila pada bulan selain ramadan saya biasa menikmati Sate pada siang dan malam hari, khusus pada bulan puasa ini saya tidak mungkin menikmatinya pada siang hari. Saya adalah muslim yang taat. Sengiler ngilernya lidah saya kepingin makan sate harus ditunda sampai malam hari.
Puji syukur alhamdulillah, selama dua per tiga Ramadhan ini saya senantiasa kuat menahan diri dari godaan sate kambing pada siang hari. Dan berikut ini adalah 3 Sate Kambing yang berbeda yang saya nikmati selama Ramadan tahun ini.
Sate Kambing “Mbah Darmo” di Taman Kuliner Wonosari
Ini terjadi pada awal-awal Ramadan. Saat itu sebenarnya saya belum terlalu ngebet ingin makan Sate Kambing. Hanya untuk pertama kalinya saya ingin menikmati ngabuburit di Taman Kuliner Wonosari yang baru dibuka, saat itu saya dan Krismawati bingung, ada terlalu banyak jenis kuliner di sana. Haaa, untuk mudahnya saya dan Krismawati memilih Sate Kambing. Kebetulan kami memang sama-sama penyuka Sate.

Sate Kambing “Mbah Darmo” Taman Kuliner Wonosari
Dibanding Sate Kambing Sate Kambing yang ada di Gunungkidul, Sate Kambing “Mbah Darmo” ini tidak begitu istimewa. Rasanya standar. Bahkan daging kambingnya cukup alot. Meski rasanya sendiri tidak mengecewakan lidah saya.
Untuk 2 porsi Sate Kambing “Mbah Darmo” yang kami nikmati di tempat dan 2 Tongseng Kambing yang kami bawa pulang, harganya adalah Rp 80 ribu. Tidak mahal.
Sate Klathak “Pangestu” di Jalan Damai Palagan Yogyakarta
Sate Klathak kesukaan saya memang Sate Klathak “Pak Bari” di Pasar Jejeran, Wonokromo, Bantul. Saya mencoba Sate Klathak “Pangestu” karena kebetulan senior blogger saya, Pak BR menginap di Hotel Hyatt Regency. Daripada jauh-jauh ke Wonokromo maka yang menjadi pilihan adalah Sate Klathak terdekat, yaitu “Pangestu”.

Sate Klathak “Pangestu” Jalan Damai – Palagan (Foto oleh Pak BR)
Pertama kali melewati Jalan Damai di Palagan ini saya baru tahu, kalau di sini ada banyak penjual Sate dan Sate Klathak. Ini mirip dengan apa yang ada di Jalan Imogiri.
Menurut saya, Sate Klathak “Pangestu” cukup enak dan dagingnya lebih empuk. Pelayanannya sendiri bisa dibilang cepat dan tersedia cukup tempat duduk. Di tempat Pak Bari sebenarnya tempat duduknya juga banyak. Hanya pasca Sate Pak Bari muncul di AADC 2 di sana memang kebanjiran pengunjung.
Sate Kambing “Pak Nono” depan Pasar Playen
Tadi malam adalah pertama kalinya secara kebetulan saya melihat ada Sate Kambing baru di sekitar pasar Playen. Saya sekaligus mencobanya karena Sate Kambing Mas Budi Gito kebetulan tutup.

Sate Kambing “Pak Nono” Depan Pasar Playen
Kehadiran Sate Kambing Pak Nono ini saya rasa memperkaya khasanah perkambingan di sekitar pasar Playen. Ditambah Pak Nono, saat ini setidaknya ada 4 penjual sate Kambing. Bagi saya makin banyak pilihan makin menyenangkan.
Sate Kambing Pak Nono menurut saya mempunyai rasa yang berbeda dibanding 3 sate di sekitar Pasar Playen yang sudah saya coba. Menurut saya mempunyai rasa yang lebih nendang. Mempunyai rasa bawang merah yang kuat. Saya suka. Hanya saja daging sate di sini terasa cukup alot. Sejujurnya saya memang lebih suka daging sate yang tidak terlalu alot
***
Ramadhan masih sepertiga lebih sedikit. Enaknya Sate Kambing mana lagi yang enak dicicipi?
Kalo aku biasanya lebih suka sate Klatak kalo lagi di Jogja 😀
sate klathak saya juga suka mas, unik kok rasanya, hehe
Saya cukup sate ayam, yg murah saja he…
sate ayam juga enak, saya di jogja suka sate ayam pak kromo yg legendaris itu
Aku belom nyobain semuanya. Pak bari pun belum. Sebelum sebelumnya kalo gak yg di lapangan karang kotagede sini, ya Pak Pong yg jejeran tapi kunjungan trakhir kesana mengecewakan. Biasanya oke banget padahal
Sate kambing Pak Pono tapi gak pake ditusuk ya?
Aku juga pecinta apapun ttg kambing tp sekarang mesti du kurangi coz darah tinggi mengintai hahaha
suka tp kadang ada sate baunya msh amis
Ping balik: Puas Kecewa 3 Kali Bukber di Taman Kuliner Wonosari | Gadget, Running & Travelling Light