Malas melewati jalan memutar seperti yang tiap hari saya lalui. Saat itu saya tergoda untuk mengambil jalan pintas menerobos pematang sawah yang sudah tidak pernah dilewati orang lagi. Jalan pematang itu berlumpur dan banyak ditumbuhi rerumputan berdaun tajam yang siap menggores kaki – kaki saya. Itu tidak mengurangi nafsu memintas yang menguasai sekujur badan.
Belum Ā setengah jarak pintasan, saya melihat beberapa ular di kanan – kiri pematang itu. Tidak apa. Ular – ular seukuran itu tidak cukup untuk membahayakan nyali saya. Bukan alasan untuk tidak meneruskan penitian jalan memintas itu. Saya melanjutkan berjalan lagi.
Seekor ular besar memotong pematang yang akan saya lewati. Saya bisa katakan ukuran itu sangat besar. Ular besar itu kok tidak segera bergegas bergerak. Sepertinya diam. Saya memikirkan bagaimana cara untuk melangkahi tubuh ular yang tenang-tenang saja itu. Entah ia menyadari kehadiran saya atau tidak. Mengusir atau mengganggunya saya pikir bukan hal baik. Menunggu ular itu pergi. Akan sampai kapan?
Daripada konyol, saya memutuskan untuk mengurungkan pemintasan jalan ini. Penakut! Biar! Saya membalikan badan dan beberapa langkah berjalan. Melihat ular-ular kecil yang tadi saya sepelekan rupanya sekarang sudah kelihatan galak menegakan leher dengan danĀ mata mengancamĀ . Seekor ular menyambar mematok.
Dada ini berdebar-debar setelah menemukan diri tanpa luka selamat dari patokan ular. Gerakan menghindar yang bagus. Saya memuji diri sendiri. Nafas masih terengah-engah namun sedikit lega.
***
Itulah salah satu dari beberapa mimpi yang saya selesaikan pada tadi malam. š
Menyukai ini:
Suka Memuat...