
Asus Zenbook UX 303 UB
Sebuah laptop untuk bekerja yang baik menurut saya harus mempunyai kebagusan di 3 bagian ini: layar, keyboard dan touchpad.
Ketika bekerja, layar adalah bagian yang akan paling lama saya tatap. Bukan keyboard, bukan charger, bukan pula karyawati baru di sebelah meja yang punya bola mata cantik. Layar yang baik harus bisa menampilkan detil, warna dan kenyamanan. Itulah alasan saya kenapa kali ini saya memilih Asus Ultrabook UX 303 UB yang memiliki layar wide viewing angle IPS LCD dan resolusi yang cukup tinggi, 1920 x 1020 pixel.
Keyboard. Saya bekerja setiap hari dengan data, data dan data. Semuanya, sebagian berupa text. Saya memasukkan data-data ini dan berinteraksi dengan komputer melalui input device berupa keyboard.
Keyboard yang buruk, yang tidak presisi dan tidak sesuai dengan karakter mengetik saya akan memberikan efek samping berupa typo yang barangkali bertebaran. Itu baru typo. Bila salah entry data, hasilnya adalah frustasi.
Nah, tidak ketinggalan adalah touchpad. Dari sini semua pengalaman bekerja yang menyenangkan akan ditentukan. Keyboard dan Touchpad bagi saya mempunyai implikasi yang hampir sama. Sama-sama bisa membuat frustasi bila keduanya buruk (poor).
Mengadopsi sebuah notebook yang tidak terbilang murah, Zenbook UX 303 UB ini harganya Rp 15 juta kurang seribu, tidaklah berlebihan bila saya mengharapkan mempunyai trackpad yang bagus. Saya mengharapkan setidaknya setara dengan apa yang ada di Macbook. Toh harganya tidak terpaut begitu jauh.

Touchpad Asus Zenbook UX 303 UB
Kenyataannya tidak demikian. Beberapa hari bekerja menggunakan Zenbook UX 303 UB saya mendapati gesture dari touchpad ini membikin frustasi. Saya menemukan beberapa kali Asus Smart Gesture macet, sama sekali tidak bisa digunakan. Beberapa saat kemudian Smart Gesture tiba-tiba berfungsi lagi. Pikir saya ini aneh.
Setelah saya pelajari rupanya Asus Smart Gesture ini seringnya macet ketika Zenbook sedang mendapat load pekerjaan yang tinggi. Ketika menurut Task Manager, RAM yang terpakai di atas kisaran 80%. Memang digunakan untuk kerja kantoran apa sehingga RAM 8 GB begitu cepatnya terpakai 80%. Saya menggunakannya untuk menjalankan database yang menggunakan engine PostgreSQL, tentu dengan Apache Web Server dan dia web browser haus memory (Google Chrome dan Firefox).
Ada lagi ketidak nyamanan Asus Smart Gesture di Zenbook UX 303 UB ini. Pinch to Zoom (2 finger scroll) yang tidak mulus. Two finger scroll yang terbaca seolah-olah 3 finger swipe. Yang terakhir ini kadang bikin ngakak ngaco. Saya maunya men-scroll sebuah halaman, eh yang terjadi malah me-minimize semua window terbuka.
Untuk mencoba mengatasi masalah Smart Gesture ini, kemarin saya mencoba mengatasinya dengan meng-install ulang program Asus Smart Gesture dari kumpulan driver bawaan yang ada di harddisk laptop ini. Sayangnya cara ini sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Cara berikutnya yang saya coba adalah mengunduh driver Asus Smart Gesture dari Official Download Web nya Asus Notebook. Dari link: Asus Zenbook Pointing Device Driver. Langkah yang saya lakukan berikutkan meng-uninstall Asus Smart Gesture lama – restart – install Asus Smart Gesture lagi. Kali ini yang diinstall adalah Smart Gesture hasil unduhan tadi. Restart lagi.
Sampai pagi ini saya mengetik posting ini, Asus Smart Gesture tidak lagi tiba-tiba macet dan tidak bisa digunakan. Mudah-mudahan tidak kambuh lagi. Hanya saja, meski dengan Asus Smart Gesture yang baru, Zenbook menurut saya memang belum sepadan bila dibandingkan experience yang biasanya diberikan oleh gesture di Macbook. Pinch to Zoom, 2 fingers scroll dan swipe belum bisa begitu mulus dan lembut.
Smart Gesture adalah masalah pertama yang saya temukan selama menggunakan Asus Zenbook UX 303 UB ini. Masalah kedua yang saya temukan ada pada sektor audio. Kekurang nyamanan ke-3 ada di fitur auto brihtness. Dua yang terakhir ini kelak akan saya tulis menjadi posting blog baru. Bila saya telah menemukan solusinya, atau setidaknya titik masalahnya.
Membaca tulisan ini sampai akhir barangkali ada yang bertanya-tanya, kenapa saya hanya menulis 3 hal yang paling menentukan bagus tidaknya sebuah laptop kerja. Bagaimana dengan processor, RAM, batere, network dan lain-lainnya? Jawaban untuk kalimat pertanyaan terakhir adalah bahwa kesemuanya itu tidak akan menentukan kebaikan sebuah laptop kerja, melainkan penentu kejelekannya. Bila processornya tidak gegas berarti itu adalah notebook yang buruk buat kerja. Begitu saja. 😀
Ini definisi Laptop Baik yang saya tulis setahun lalu. Coba dibandingkan apakah definisi saya berubah apa tidak: Definisi Laptop Baik.
Teknologi asus benar2 menggoda
Harganya kalau untuk dipakai kerja, ya sepadan ya.
Ini laptop juara banget mas. Ngeri spesifikasinya, tapi kalau memang kerjanya berat dan sesuai dengan harapan penggunanya sih nggak sia-sia beli yang seperti ini.
Untung saja Smart Gesture di Asus A456U saya bisa bekerja mulus. Tapi saya jarang menggunakan touchpad sih mas, lebih nyaman pakai mouse~ ✌😁
Waaa ini laptop idaman! Tapi kudu nabung dulu nih biar bisa kebeli 😀
*reviewnya bikin mupeng*
Aku udah ngak pernah pake mouse, kalo ampe macet2 gitu mmg bikin keselllllll
Ping balik: Review Ultrabook: ASUS Zenbook UX303UB – Gadget, Running & Travelling Light
Ping balik: Kembali Memakai Mouse – Gadget, Running & Travelling Light
itulah salah satu kekurangan dari produk asus, dimana kadang tifak sinkron dengan setelah update system windows