2 akhir pekan terakhir ini saya disibukan dengan hobby baru saya, yaitu ngoprek elektronika. Bukan benar-benar hobby baru sebetulnya karena sejatinya ini adalah hobby saya sejak kecil. Bahkan akhirnya saya pun sekolah jurusan elektronika. Jadi jangan heran ketika saya keasyikan ngoprek sampai-sampai blog ini terlantar. Sepi posting, hehe.
Niatan ngoprek saya kali sebenarnya bukanlah murni ingin bersenang-senang dengan tenol dan solder. Ini karena kebetulan Power Amplifier yang saya rakit (DIY (Do It Yourself) Amplifier) sudah beberapa lama mangkrak, tidak terurus. Kebetulan pula saya membutuhkan sebuah Power Amp karena kangen dengan musik yang diputar dengan volume keras-keras. Dipikir-pikir daripada membeli Power Ampli baru, Amplifier DIY lama ini bisa diberdayakan kembali.
Berbekal peralatan seadanya, saat ini saya sudah tidak punya perlengkapan ngoprek proyek elektronika seperti dulu, alat-alat seperti multitester sudah lupa siapa yang pinjam kalau saya telah lupa dimana dulu menaruhnya. 😀 Saya mula-mula memeriksa kerusakan berbekal pengamatan visual saja. Tentu saja cara ini sangat tricky karena kebanyakan kerusakan pada komponen elektronika tidak bisa diamati secara visual. Bisanya bila kita mengujinya dengan serangkaian pengukuran.
Langkah pertama yang saya lakukan dengan power amplifier saya adalah dengan membukanya dan membersihkan dari debu-debu yang menggumpal. Setelah itu baru memeriksa tiap sambungan, konektor dan pengabelannya. Kamudian saya mencoba menghubungkan Amplifier ini dengan speaker dan input saya sambungkan ke laptop, karena ternyata saya sudah tidak ada head unit di rumah.
Setelah semua tersambung, rupanya Amplifier ini masih berbunyi. Meski beberapa masalah langsung ketahuan. Masalah ini diantaranya adalah suara sember. Yang setelah saya cek ternyata speaker saya yang lama tidak terpakai sudah robek-robek. :-D. Masalah selanjutnya adalah ketika saya mencoba mengatur volume, bass, treble dan balance. Masalah yang ini pun solusinya mudah, karena kerusakan ini bisa dipastikan Potensiometer yang aus/kotor yang akhirnya perlu diganti.
Saya pun segera ke toko elektronika untuk membeli potensio meter dan speaker. Suara menjadi lebih baik setelah speaker dan potensio saya ganti. Tapi tetap saja suaranya belum seperti yang saya inginkan. Saya pun melakukan pemeriksaan lanjutan sampai saya memutuskan penggantian beberapa elco, resistor, capasitor dan yang paling mahal adalah IC STK 443. Sampai langkah terakhir ini, power amplifier telah sembuh dari sakitnya dan bisa kembali mengalunkan suara musik yang volume nya mampu memenuhi kamar saya. 😀
[[Playing : Queen – Love of My Life]] jreeeeeeeeng!
Huahahaha.. keren ih, kayaknya bisa tuh “Open Order” hahahaha..
Mantab ni hasil oprekannya